Riwayat Hidup BIOGRAFI ASMA BARLAS

41

BAB III BIOGRAFI ASMA BARLAS

A. Riwayat Hidup

Pada bab ini dibahas tentang latar belakang kehidupan Asma Barlas. Ini dirasa perlu, mengingat yang menjadi kajian dalam penulisan ini adalah Asma Barlas. Oleh sebab itu, penulis merasa butuh dan hendaknya mengetahui secara komprehensif dan lebih spesipiknya adalah segala hal yang ikut mendukung dan mempengaruhi tumbuh kembangnya keilmuan Asma Barlas dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Begitu juga dengan segala disiplin ilmu yang dikuasai olehnya, sehingga sampailah ia menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia feminis. Karena Ketika mengkaji pemikiran seorang tokoh, maka menjadi suatu keniscayaan untuk tidak memisahkan antara gagasan pemikiran yang dihasilkan dengan latar belakang sosio –historis pemikirannya. Keduanya adalah saling terkait dan tidak boleh dipisahkan. Oleh karena itu, keduanya harus dikaji secara integratif. Sehingga antara ide dengan latar belakang sosio-historis dapat tergambarkan secara sistematis dan dialektis. Kajian mengenai latar belakang kehiduan serang tokoh merupakan suatu hal sangat signifikan untuk dilakukan, bagaimana, ide, gagasan atau pemikiran tidak akan pernah terlepas dari konteks latar belakang pencetus ide itu sendiri. Ide dan pemikiran itu selalu base on historical problems, sebagaimana dalam kajian ‘ulumul al-Qur’an juga di kenal dengan adanya konsep ashab al-nuzul. Berangkat dari asumsi ini, kiranya perlu untuk menjelaskan bagaimana latar belakang sosio-historis Asma Barlas. Urgensi dan signifikansinya adalah untuk melihat bagaimana kita bisa melihat antara ide pemikiran yang dihasilkan dengan kondisi sosial historis yang menyertai. Bagaimana harus disadari bahwa aspek lingkungan keluarga, pendidikan, maupun kondisi sosio-kultural, bahkan situasi politik pada saat Asma Barlas memunculkan ide, adalah sangat berpengaruh atau setidaknya mengilhami dalam menggulirkan sebuah ide dan gagasan. Dengan melihat latar belakang riwayat hidupnya, maka diharapkan akan dapat menganalisis secara lebih tajam, kritis, dan cermat mengenai akar pemikiran Asma Barlas. Dalam hal ini penulis akan mencoba menerapkan biografi Asma Barlas. Akan tetapi, penulis mendapat kesulitan karena ulasan tentang Barlas kurang memadai. Sejumlah sumber yang penulis dapatkan memiliki keterbatasan informasi yang cukup berarti. Asma Barlas dilahirkan di Lahore, Pakistan, tempat ia menjadi perempuan pertama, 1956, di Negara tersebut yang bekerja untuk pelayanan luar negeri. 1 ia mempunyai seorang anak bernama Demir Mikail dari suaminya Ulises Ali. Ayahnya bernama Iqbal Barlas, Ia memuja almarhum ayahnya, Iqbal Barlas, dan ibunya, Anwar Barlas, yang kini bermukim di Vancouver, kanada. Keduanya mendidik tiga anak perempuan serta satu anak laki-lakinya secara setara dan membukakan mata mereka akan ilmu pengetahuan yang tidak terbatas. 2 Berkat didikan orang tua nya Barlas pun tumbuh menjadi pemikir-aktivis yang sangat kritis. Pada masa Ziaul Haq, Barlas diberhentikan dari tugasnya karena kritikannya yang keras terhadap kekuasaan rezim militer di Pakistan yang dipimpin oleh jenderal ini.. 30 Asma Barlas, Cara Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta : Serambi 2005 Cet. 1 2 Maria Hartingsih dalam http:www.Barlasbarlas.comlink diakses pada 10 juni 2015 pukul 09:44 Selepas dari pekerjaannya, ia kemudian bergabung sebagai asisten editor di surat kabar The Muslim, sebuah surat kabar yang menyuarakan oposisi terhadap kebijakan pemerintah. Namun, pada tahun 1983, Asma Barlas harus meninggalkan negaranya karena rezim saat itu melakukan pengusiran terhadapnya. 3 Asma Barlas hidup ditengah realitas masyarakat Pakistan yang sangat tidak mendukung pembebasan perempuan, bukan mendiskriminasi perempuan sedemikian rupa. Ketika Perdana Mentri Zulfikar Ali Buhutto ditangkap pada 5 Juli 1977, itulah dimulainya perebutan kekuasaan oleh jenderal Ziaul Haq dimulai. Sembilan bulan kemudian, jenderal Zia mengumumkan ketertarikannya melakukan islamisasi atas kode etik masyarakat Pakistan. Ketika itu pulalah Zia melakukan kooptasi atas Liga Muslim Pakistan dan menempatkan anggota-anggota jamaah Islamiyah di dalam Kabinetnya. Jamaah Islamiyah adalah organisasi Islam Pakistan yang sangat getol memperjuangkan penerapan syariat Islam. Zia sebagai penguasa berarti berkuasanya kelompok jamaah Islamiyah, yang dengan demikian menjadi tanda akan berlangsungnya diskriminasi besar-besaran terhadap perempuan. 4 Kisah Pakistan seperti itulah yang membuat Asma Barlas terusir dari tanah airnya sendiri. Di Pakistan, Perempuan benar-benar terbelenggu dengan berbagai argument doktrin agama dengan banyak tingkatan. Menurut Asma Barlas, penerapan syariat di Pakistan sangat mengecewakan. Ada pembantu rumah tangga yang diperkosa lalu dihukum ranjam, padahal sanksi rajam sendiri tidak terdapat dalam al- Qur’an untuk kejahatan apa pun. Tapi orang-orang yang pro-syariat akan mengeluarkan ratusan hadis dan mengklaim diri setia mempraktekan ajaran Nabi. 3 Asma Barlas, Cara Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta : Serambi 2005 Cet. 1 4 Maria Hartingsih dalam http:www.Barlasbarlas.comlink diakses pada 10 juni 2015 pukul 09:44 Ujungnya, perbincangan melanturkan ke tingkat lain. Asma Barlas menekankan bahwa sebagai mukmin, kita tidak harus yakin 100 dengan apa yang ada di hadis, tapi perlu yakin 100 pada apa yang ada di dalam al-Qur’an. Di Pakistan, sanggahan terhadap hal semacam itu akan dijawab oleh mereka yang pro-syariat dengan segera berpindah argumen dari al-Quran ke hadis, lalu ijma’ atau konsensus ulama. Asma Barlas mengatakan: ‘’ketika Anda mengatakan al-Qur’an dapat ditafsirkan lebih dari satu cara, mereka segera memindahkan kancah perdebatan ke hadis. Ketika Anda dapat mematahkan argument hadis karena ia lebih banyak diriwayatkan bil ma’na dan merupakan salah satu refleksi kebijakan Nabi saja, mereka akan berdalih dengan ijma’. Padahal, konsep ijma’ tidak dapat dierima, karena tidak datang dari langit. Ijma’ sudah jelas konstruksi sosial manusia yang tidak sacral sama sekali. Tapi mereka akan kukuh dengan itu, dan akan mencecar Anda keluar dari kesepakatan ulama. Bagi saya, itulah bentuk pusaran penindasan circle of opressions yang selama ini kita hadapi. Dan selama ini, sulit bagi perempuan untuk lari dari pusara tersebut’’. 5 Dengan latar belakang pengalaman hidup seperti ini, Asma Barlas muncul dengan sejumlah argumentasi bagaimana mengatasi problem sosial masyarakat Islam dengan terlebih dahulu menyoroti masalah teologis. Sebab bagi Asma Barlas, persoalan umat Islam sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kondisi keagamaan masyarakat Islam itu sendiri.

B. Perjalanan Pendidikan Karier Intelektual Asma Barlas