Kajian Review Studi Terdahulu

3. Teknik Pengumpulan data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Studi kepustakaan Library Research yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan serta menganalisa data yang diperoleh dari literatur-literatur yang berkenaan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berupa buku, artikel, dan sebagainya. 4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Perpustakaan merupakan tempat yang tepat guna memperoleh bahan -bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca, dikaji, dicatat, dan dimanfaatkan. Adapun perpustakaan yang penulis sering kunjungi dalam penelitian ini yaitu, perpustakaan yang ada di lingkungan kampus dan sekitarnya. b. Waktu Penelitian waktu penelitian yang penulis lakukan dimulai pada bulan Juni 2016 sampai dengan bulan November 2016 5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada “ Pedoman Penulisan Skripsi “ yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

G. Kajian Review Studi Terdahulu

Asma Barlas merupakan tokoh feminis yang karya tulis nya tergolong banyak bukan hanya soal Islam dan perempuan dalam Islam melainkan karya-karya lain dalam ranah filsafat, ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Pemikiran nya ini mulai di kenal oleh kalangan terbatas pemikir Indonesia sejak diterbitannya buku Cara Qur’an Membebaskan Perempuan Believing Women In Islam : Unreading Patriarchal Interpretations of the Qur’an tahun 2002. Kendati Pemikiran Asma Barlas relatif baru, namun corak teori yang di tawarkan sebetulnya bisa ditemui dalam pemikiran beberapa tokoh feminis muslim yang telah banyak diketahui secara luas oleh berbagai kalangan diantraanya: Menurut Amina Wadud dalam bukunya Wanita di dalam al-Qur’an juga membicarakan panjang lebar mengenai penafsiran al-Qur’an yang berkenaan dengan perempuan. Menurutnya, laki-laki maupun perempuan sesungguhnya memiliki kemungkinan untuk berpartisipasi nyata dan punya potensi untuk berperan serta di dalam melakukan fungsi-fungsi yang ada. Dalam al-Qur’an derjad diperoleh melalui perbutan amal sholeh bukan pada status jenis kelamin, dan punya potensi untuk berperan serta di dalam melakukan fungsi-fungsi yang ada. Al-Qur’an tidak berusaha menghapus perbedaan laki-laki dan perempuan atau menghilangkan pentingnya perbedaan jenis kelamin yang akan membantu masyarakat memenuhi kebutuhan dan berjalan dengan mulus, tetapi al-Qur’an tidak mendukung peran tunggal itu defnisi tunggal mengenai seperangkat peran bagi setiap jenis kelamin dalam setiap kebudayaan. Al-Qur’an mengakui fungsi laki-laki dan perempuan baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Tetapi tidak ada aturan rinci yang mengikat mengenai keduanya berfungsi secara kultural. Spesifikasi semacam itu akan mempersempit dan mengurangi nilai al-Qur’an, dari ayat-ayat yang bersifat universal menjadi ayat yang khusus yang bersifat kultur, karena ajaran-ajaran yang ada di dalam al-Qur’an adalah melebihi ruang dan waktu. Amina menepatkan perempuan sebagai kawan laki-laki, bukan sebagai lawan, sebagaimana yang di presepsikan kaum feminis modernis yang memaksakan kategorisasi - kategorisasi pemikiran barat untuk mereformasi ajaran Islam. 4 Menurut Asghar Ali Engineer, dalam bukunya Hak-hak Perempuan dalam Islam, upaya penempatan kembali hak-hak perempuan dalam Islam, suatu masalah yang sampai saat ini masih sering disalah mengertikan dan disalah tafsirkan. Dan Asghar kembali menangkap semangat sejati dari hukum-hukum al-Qur’an yang menyangkut hubungan laki-laki dan perempuan. Dengan semangat yang menyakini, ia membuktikan hak-hak setara bagi laki-laki dan perempuan, yang tidak mendeskreditkan mereka dalam hal apapun terutama yang berkaitan dalam masalah prestasi . 5 . Menurut Fatma Mernisi, dalam bukunya yang berjudul Wanita di dalam Islam. Siapa saja yang meyakini bahwa seorangg wanita Muslim yang berjuang untuk meraih kemuliaan hak-hak sipilnya berarti telah mengeluarkan dirinya sendiri dari lingkungan umat dan merupakan cuci otak propaganda barat adalah orang yang menyalah-pahami warisan agama dan identitas budaya sendiri, selanjutnya dia berpendapat bahwa hak-hak wanita merupakan masalah bagi seagian laki-laki Muslim modern, hal itu bukan karena al-Qur’an ataupun sunnah Nabi, bukan pula karena tradisi Islam, melinkan karena hak-ak tersebut bertentangan dengan kepentingan kaum elit laki-laki 6 . 4 Amina Wadud Muhsin, Wanita di dalam al-Qur’an, Terj. Yaziar Radianti, Bandung Pusaka, 1994 h.47 5 Asghar Ali Eagineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Terj Farid Wajdi dan cici farkha Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1994, cet 1 h.55 6 Fatima mernissi, Rebbellion and Islamic Memory, Atlantic Highlands, NJ: Zed Book, 1996, h. 84. Indri Sri Sembadra dari Fakultas Ushuluddin dalam skripsinya yang berjudul: Karakteristik Anti Patriarkal Dalam Al-Qur’an: Studi Pemikiran Asma Barlas, menjelaskan mengenai metode penafsiran barlas yang menawarkan metode lain dalam melihat al-Qur’an untuk membebaskan diskriminasi penafsiran bagi perempuan. Al- Qur’an bagi barlas merupakan wacana Ilahi yang tidak bisa dipisahkan dari Tuhan. 7

H. Sistematika Penulisan