penuh semua prinsip kesetaraan dan menyediakan kemungkinan teoritik bagi pemahaman tentang kesetaraan itu sendiri. Karya ini bisa dijadikan landasan
bahwa secara teologis, Islam menganjurkan dan mendukung penuh semua prinsip kesetaraan. Dengan demikian, pandangan ini sekaligus membantah
bahwa ide kesetaraan perempuan dan laki-laki adalah sesuatu yang baru dan berasal dari luar Islam, melainkan berasal dari dalam Islam itu sendiri.
11
5. Democracy, Nationalism, and Communalism: The Colonial Legacy in South Asia Westview Pres, 1995. Buku ini membahas perkembangan politik di
dunia Muslim, khususnya Asia Selatan. Barlas mencoba membandingkan antar pengaruh agama pada politik dengan membandingkan antara wilayah-
wilayah berpenduduk Muslim dan Hindu. Pengaruh itu tampak dala m beberapa aspek, yakni demokrasi, nasionalisme, dan komualisme.
12
D. Metode pemikiran Asma Barlas
Metode dan prinsip-prinsip yang digunakan Asma Barlas dalam membaca kembali al-Qur’an dan aplikasinya terhadap ayat-ayat gender yaitu dalam rangka
membangun sebuah prinsip egalitarianisme dan antipatriarkalisme di dalam al- Qur’an yang erat kaitannya dengan pembebasan perempuan, Barlas menggunakan
dua argumen penting, yaitu: argumentasi sejarah dan argumentasi hermeneutik. Argumentasi sejarah maksudnya adalah penggunaan karakter politik tekstual dan
seksual yang berkembang di kalangan masyarakat Islam, terutama proses yang telah menghasilkan tafsir-tafsir di dalam Islam yang memiliki kecenderungan patriarkis.
Sedangkan argumentasi hermeneutik dimaksudkan untuk menemukan apa yang ia
11
Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta : Serambi 2005 Cet. 1
12
Asma Barlas, Democracy, Nationalism, and Communalism: The Colonial Legacy in South Asia Westview Press, 1995
sebut sebagai epistemologi egalitarianisme dan antipatriarkalisme di dalam al- Qur’an, yang terletak dalam karakteristik pengungkapan diri Tuhan, yang menolak
pandangan tentang kekuasaan ayah atau laki-laki.
13
Ada tiga langkah yang digunakan Barlas dalam hal ini: 1. Menjelaskan karakter teks al-Qur’an yang polisemik dan membuka pelbagai
kemungkinan pemaknaan, sebagai kritik terhadap pola penafsiran yang reduksionis dan esensialis, artinya tidak bolehnya membaca al-Qur’an dalam
kerangka patriarkis saja. 2. Barlas ingin menolak relativisme penafsiran, sebuah pandangan yang
menyatakan bahwa semua model bacaan pada dasarnya benar. 3. Meletakkan kunci-kunci hermeneutik untuk membaca al-Qur’an dalam
karakter divine ontology, yaitu yang berciri ontologi ketuhanan. Prinsip- prinsip teologis yang digunakan oleh Barlas adalah terletak pada
pengungkapan Diri Tuhan, yaitu keesaan, keadilan dan keunikan Tuhan. Sedangkan Metodologi yang digunakan oleh Barlas, merujuk pada pemikir
sebelumnya yaitu Fazlur Rahman, yaitu hermeneutika yang biasa disebut dengan gerakan ganda double movement, dari situasi sekarang ke masa al-Qur’an
diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. ketika Barlas mencoba untuk mengungkap makna teks yang polisemik serta ingin meluruskan pemahaman umat Islam tentang al-
Qur’an yang bersifat antipatriarki. Dilihat dari perspektif epistemologis, corak berpikir Barlas yang lebih memilih dan merujuk teks kitab suci dapat dikategorikan
sebagai corak epistemologi bayani explanatory.
14
13
Jurnal, Fauziah, Egaliterianisme dalam Keluarga Menurut Al-Quran :Studi Pemikiran Asma Barlas Terhadap Q.s an-Nisa Ayat 1, di akses pada 10 mei 2016
14
Artikel, Eva Septi Kurniawati, A Methodological Study In Interpretation AL-Qur’an, diakses pada 22 Agustus 2016, pukul 14:55
E. Prinsip dan Pokok-Pokok Pemikiran Asma Barlas