berturut-turut dapat mencapai 97,82 , 94,65 , dan 97,5 . Tingginya derajat pembuahan selalu diikuti oleh daya tetas telur yang baik, kecuali kalau ada faktor
lingkungan yang mempengaruhinya Oyen et al., 1991; Poxton, 1991; Sayer et al., 1991; Suseno , 1983; dan Wardani, 1996. Menurut Novianto 2004, telur ikan
sumatra yang telah dibuahi dan diinkubasi pada suhu 29
o
C akan menetas setelah 18
– 24 jam sejak pencampuran antara telur dengan sperma. Bila pemeliharaannya baik maka induk betina dapat memijah selang dua minggu kemudian Munro et al.
1990.
2.2 Proses Perkembangan Gonad
Menurut Swanson 2008 reproduksi pada ikan, seperti pada vertebrata tingkat tinggi diatur oleh sistem endokrin reproduksi yang terdiri dari otak
hypothalamus, kelenjar pituitari dan gonad. Kelenjar pituitari berperan dalam menginisiasi pematangan reproduksi puberty, pemeliharaan reproduksi sperma
dan telur pada gonad,merangsang pematangan akhir dan pengeluaran gamet spawning.
Hormon memegang peran yang sangat kritis dalam proses reproduksi. Hormon adalah penyampai bahan kimia yang disekresikan ke dalam darah oleh
organ tertentu seperti kelenjar pituitari Mittelmark, 2008. Pada ikan, gonadothropin adalah hormon pituitari utama yang bertanggung jawab mengatur
pematangan seksual dan perkembangan gamet Swanson, 2008. Secara morfologi tingkat kematangan gonad TKG diartikan perubahan bentuk, ukuran panjang
dan berat, warna, diameter telur dan perkembangan isi gonad yang merupakan suatu tahap tertentu dari perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan
memijah. Gonadothropin yang disekresikan ke dalam darah akan masuk ke sel teka
menstimulir terbentuknya testosteron kemudian testosteron masuk ke dalam sel granulosa dan diubah oleh enzim aromatase menjadi estradiol-
17β. Hormon estradiol-
17 β kemudian masuk ke hati melalui peredaran darah dan merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin lalu dialirkan lewat peredaran darah menuju
gonad untuk diserap oleh oosit diikuti dengan perkembangan diameter telur. Menurut Effendi 1979 kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh
perkembangan diameter rata-rata telur dan distribusi penyebaran ukuran telur. Setelah mencapai ukuran maksimum, perkembangan akan terhenti dan oosit akan
memasuki fase dorman Woynarovich dan Hovarth, 1980.
Gambar 2. Skema proses perkembangan oosit Nagahama et al.,1995
2.3 Penggunaan Hormon dalam Pemijahan Ikan
Menurut Rottmann et al., 1991, reproduksi pada ikan diatur oleh mekanisme internal yaitu ikan dan eksternal yaitu faktor-faktor lingkungan.
Faktor-faktor lingkungan memicu mekanisme internal untuk bekerja. Mekanisme internal yang mengontrol proses reproduksi pada ikan adalah rantai otak,
hypothalamus, pituitari dan gonad. Hormon dalam teknologi pemijahan buatan mempengaruhi rangakaian mekanisme pada beberapa tingkatan dengan
mempercepat dan menghambat suatu proses. Bahan utama yang digunakan dalam pemijahan buatan antara lain :
1. Ekstrak pituitari dan Gonadotropin murni untuk merangsang ovarium dan testes
2. LHRH Analogs LHRHa tunggal atau dikombinasikan dengan Anti- dopamin yang meningkatkan potensi LHRH untuk merangsang pituitari.
GnRH
Gonadotropin
OTAK Hypothalamus
Kelenjar Pituitari
Gonad
Sel Teka
Sel Granulosa
Testosteron
Estradiol-17 β
P450 arom
3. Steroid untuk merangsang sel gamet secara langsung. Menurut Chakroff 1976 pemijahan buatan diartikan sebagai upaya
untuk membuat ikan menghasilkan telur dan sperma ketika mereka tidak dapat melakukannya sacara alami. Pemijahan buatan dilakukan ketika kondisi kolam
tidak dapat membuat mendukung terjadinya pemijahan alami atau ketika ikan tidak siap memijah ketika pembudidaya menginginkannya untuk memijah.
2.4 Ovaprim