Alat dan Bahan Parameter yang Diamati

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 sampai bulan Mei 2009 bertempat di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Pengembangbiakan Dan Genetika Biota Akuatik dan Laboratorium MST Marine and Science Technology, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Departemen Budidaya Perairan, Program Studi Teknologi Dan Manajeman Akuakultur, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pemeliharaan induk dan perlakuan terdiri dari 3 buah bak beton berdimensi 1 x 1 x 0,6 m, 4 buah akuarium berdimensi 0,5 x 0,5 x 0,4 m, 30 akuarium berdimensi 0,2 x 0,15 x 0,15 m, instalasi aerasi, selang sifon, pompa air,ember, baskom, serokan ikan, shelter batu bata dan tanaman air, freezer, filter sederhana, timbangan digital, kalkulator, alat tulis, 6 buah syringe 0,5 ml, 30 buah botol film, lempeng plastik, mikroskop, gelas objek, dan pipet. Pada pembuatan larutan Spawnprime B digunakan alat-alat seperti timbangan digital, homogenizer, vortex, gelas ukur, gelas piala, micropipet, tip, centrifuse, eppendorf, stirer, 6 buah botol gelap, senter, dan refrigerator. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk ikan sumatra dengan panjang 2-5 cm, pakan ikan pelet apung dan bloodworm beku, NaCl, Aromatase inhibitor AI, Anti-dopamin domperidon, akuades, dan MS-222. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Instalasi dan persiapan wadah Tahap pertama adalah penyusunan tata letak akuarium serta sistem aerasi untuk penampungan air, pemeliharaan induk dan wadah perlakuan. Wadah penampungan air dan pemeliharaan induk berupa akuarium sebanyak 4 buah berukuran 0,6 x 0,4 x 0,5 m dan bak beton sebanyak 3 buah berukuran 1 x 1 x 0,8 m dicuci hingga lumut dan kotoran yang menempel bersih kemudian dikeringkan selama satu hari lalu diisi air hingga tinggi 0,8 m. Setelah itu diberi aerasi kuat dan filter untuk menyaring endapan lumpur, karat dan debu yang berasal dari udara. Pada wadah pemeliharaan induk diberikan Shelter berupa bata berlubang dan tanaman air Ki Ambang Pistia sp. Wadah perlakuan terdiri dari akuarium sebangak 30 buah berukuran 0,2 x 0,2 x 0,15 m dicuci hingga bersih, dikeringkan lalu ditutup dengan menggunakan plastik mulsa. Pengisian air, pemasangan aerasi dan pemberian shelter berupa tanaman air Ki Ambang Pistia sp dilakukan sesaat sebelum perlakuan. Letak wadah perlakuan dikondisikan gelap untuk mencegah stess dan ikan loncat ke luar akuarium saat perlakuan dan inkubasi induk.

3.3.2 Pengadaptasian dan pemeliharaan induk

Induk ikan Sumatra Puntius tetrazona berasal dari pembudidaya ikan sumatra di desa Cibuntu, Ciampea โ€“ Bogor. Jumlah induk sebanyak 300 ekor yang terdiri dari 200 ekor betina dan 100 ekor jantan berukuran 2-2,5 cm dipelihara secara terpisah pada wadah yang berbeda antara jantan dan betina. Pemisahan induk jantan dan betina berdasarkan ciri kelamin sekunder yaitu dari bentuk dimorfisme dan warna tubuh dikromatisme ikan. Pemberian pakan awal berupa pelet apung berdiameter 2 mm. Selanjutnya dikombinasikan dengan bloodworm beku lalu bloodworm beku total untuk mempercepat pematangan gonad. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari secara ad satiation sekenyangnya. Penyiponan dan penggantian air dilakukan 1 โ€“2 kali sehari tergantung dari jumlah feces yang diekskresikan. Volume air yang diganti sebanyak 30 โ€“ 50 dari volume total. Pengamatan terhadap kesehatan dan perkembangan induk dilakukan setiap kali pemberian pakan.

3.3.3 Pembuatan larutan Spawnprime B

Larutan Spawnprime B terdiri dari ovaprim yang telah dilakukan pengenceran sebanyak 20 kali dengan dosis 0,01mlg bobot tubuh, Aromatase Inhibitor AI 100 ppm yang telah dilarutkan dalam NaCl 0,9 dan Anti-dopamin 10 mgml yang telah dilarutkan dalam NaCl 0,9. Larutan Anti-dopamin berasal dari tablet yang mengandung 10 mg domperidontablet kemudian dilarutkan dalam NaCl lalu dihomogenkan dengan menggunakan homegenizer dan di-stirer over night semalaman. Setelah itu larutan tersebut disentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm untuk memisahkan carier dengan bahan aktif Anti-dopamin yang terlarut. Setelah disentrifuse maka akan terbentuk pellet dan supernatan, supernatan diambil menggunakan micropipet 20-1000 ยต l dengan tip. Pembuatan Spawnprime B sebanyak 3 buah dan 3 buah kontrol sesuai dengan rancangan perlakuan. Perlakuan terdiri dari perlakuan : Spawnprime B.I 50 Ovaprim; 25 AI; 25 AD, Spawnprime B.II 25 Ovaprim; 50 AI; 25 AD, dan Spawnprime B.III 25 Ovaprim; 25 AI; 50 AD. Kontrol tidak dilakukan kombinasi terdiri dari Ovaprim, Aromatase Inhibitor AI 100 ppm dan Anti- dopamin 10 mgml. Larutan Spawnprime B dan kontrol disimpan dalam botol gelap dan kedap kemudian ditaruh dalam refrigerator.

3.3.4 Seleksi induk ikan Sumatra

Setelah induk terlihat siap untuk dipijahkan yakni terlihat dari warna tubuh yang relatif lebih pucat dan bentuk perut induk betina yang menggembung mulai dari pangkal sirip pektoral hingga urogenital maka dilakukan seleksi induk matang gonad. Pengamatan induk matang gonad meliputi warna dan bentuk perut yang menggembung berisi telur kemudian di daerah urogenital terdapat zona transparan sehingga terlihat beberapa butir telur berwarna putih kekuningan yang mengindikasikan bahwa induk siap dipijahkan serta dilakukan stripping untuk mengecek kemungkinan telur sudah mengalami ovulasi. Induk yang siap dipijahkan relatif tidak agresif bela dibandingkan dengan induk yang belum siap dipijahkan. Induk yang telah diseleksi dipisahkan pada akuarium lain yang telah disiapkan dan dipelihara seperti biasa sedangkan sisanya dikembalikan ke akuarium pemeliharaan induk. Induk dipuasakan diberok sehari sebelum perlakuan untuk mengecek kemungkinan menggembungnya perut bukan disebabkan berisi telur melainkan feces serta untuk membuang feces yang masih berada dalam saluran pencernaan.

3.3.5 Persiapan perlakuan

Persiapan perlakuan meliputi pengisian air pada akuarium perlakuan dan inkubasi induk, pemasangan sistem aerasi, pemberian shelter berupa tanaman air Ki Ambang Pistia sp secukupnya serta pengecekan seluruh peralatan yang dibutuhkan pada saat perlakuan.

3.3.6 Perlakuan kombinasi campuran tiga bahan Aromatase inibitor, anti- dopamin, dan ovaprim

Perlakuan ini dilakukan pada malam hari yaitu pada pukul. 22.00 WIB hingga induk ovulasi. Perlakuan ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Pengecekan ovulasi telur Pengecekan telur bertujuan untuk memastikan belum terjadi ovulasi pada induk sumatra betina yang akan diberikan perlakuan dengan cara mengurut perut dari arah depan anterior ke arah belakang posterior menggunakan jari. 2. Pengukuran panjang dan bobot ikan Pengukuran panjang dan bubut bertujuan untuk menentukan fekunditas, Tingkat Ovolasi ovulation Rate serta menghitung volume bahan larutan yang akan disuntikan. 3. Penghitungan vulume suntik Volume suntik dihitung berdasarkan bobot induk sumatra yang akan diberikan perlakuan. 4. Peminsanan induk betina ikan sumatra Pemingsanan ikan menggunakan bahan pembius dengan merk MS-222 dengan konsentrasi 100 ppm. Setelah ikan ditimbang dan larutan siap untuk disuntikan maka dilakukan pemingsanan dengan cara merendam ikan dalam MS- 222 dengan konsentrasi 100 ppm hingga ikan pingsan. 5. Penyuntikan Penyuntikan dilakukan secara hati-hati secara intra-muscular sambil diurut secara perlahan hingga seluruh larutan masuk ke dalam tubuh ikan. 6. Inkubasi induk Induk betina Sumatra yang telah disuntik ditempatkan pada akuarium inkubasi secara hati-hati. 7. Pengecekan Ovulasi telur Ikan yang telah mendapat perlakuan dilakukan pengecekan ovulasi dengan cara stripping. Stripping dilakukan 8 jam setelah penyuntikan. Bila belum terjadi ovulasi maka stripping dilakukan selang waktu 3 jam. Pengecekan ovulasi dengan cara stripping dilakukan selama 24 jam setelah penyuntikan. 8. Pengamatan dan penghitungan telur ikan sumatra Pengamatan telur meliputi pengukuran diameter telur dan pengamatan pergeseran posisi inti telur serta penghitungan jumlah telur yang telah mengalami ovulasi.

3.4 Parameter yang Diamati

Parameter utama :

1. Tingkat keberhasilan pemijahan

Dengan penyuntikan ovaprim, aromatase inhibitor AI, anti-dopamin AD, dan kombinasi ketiganya dapat diketahui pengaruhnya terhadap keberhasilan memijah S dengan rumus : S =

2. Lama waktu ovulasi Ovulatalion Time OT

Setelah 8 jam pasca penyuntikan dilakukan dilakukan pengecekan terhadap induk yang mengalami ovulasi. Setiap selang waktu 3 jam dilakukan pengecekan telur terhadap induk-induk betina yang mengalami ovulasi. Pengecekan ovulasi telur dilakukan dengan cara mengambil ikan menggunakan serokan ikan kemudian diurut stripping menggunakan jari jempol secara perlahan.

3. Tingkat Ovulasi Ovulation Rate OR

Tingkat ovulasi diperoleh dari jumlah telur yang diovulasikan dari total telur yang dihasilkan fekunditas dalam satu ekor induk sumatra betina dengan bobot tertentu. Tingkat ovulasi dapat dihitung dengan rumus : OR =

4. Diameter telur

Diameter telur diukur di bawah mikroskop menggunakan mikrometer dengan perbesaran 40 kali. Diameter telur yang diamati adalah diameter telur sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Diameter telur dapat dihitung menggunakan rumus Cindelaras 2005 : A = B 0,2 x 0,01 mm Keterangan : A = Ukuran sebenarnya dalam mm B = Nilai yang didapat dari pengamatan mikrometer 0,2 = Apabila perbesaran lensa objektif 20x

5. Telur yang diovulasikan

Telur yang diovulasikan adalah jumlah telur yang diovulasikan per ekor induk betina.

6. Derajat Pembuahan Fertilization Rate FR

Derajat pembuahan adalah persentase jumlah telur yang dibuahi dari telur yang diovulasikan. Pengamatan derajat pembuahan dilakukan delapan jam setelah proses pembuahan. Derajat pembuahan dihitung dengan menggunakan rumus : FR =

7. Derajat Penetasan Hatcing Rate HR

Derajat penetasan adalah persentase jumlah telur yang menetas dari telur yang dibuahi. Pengamatan dilakukan sampai tidak ada lagi telur yang menetas. Derajat penetasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : HR =

8. Tingkat Kelangsungan Hidup Survival Rate SR

Tingkat kelangsungan hidup larva adalah persentase jumlah larva yang hidup setelah berumur 2 hari. Tingkat kelangsungan hidup larva dapat dihitung dengan menggunakan rumus : SR = Parameter pendukung : 1. Kualitas air Sampel air yang diukur berasal dari bak penampungan air, akuarium inkubasi, dan akuarium pemeliharaan induk. Parameter kualitas air yang diamati terdiri dari disolve oxygen DO, pH, suhu, dan amonia NH 3 . Data kualitas air disajikan dalam bentuk tabel.

3.5 Analisis Data