1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang melanda negara- negara di dunia termasuk di Indonesia. Jumlah penderita kanker serviks
menduduki urutan pertama pada penyakit yang diderita wanita di negara berkembang. Angka kejadian kasus baru di negara berkembang diperkirakan
tiga kali lipat dari negara maju. Menurut World Health Organization WHO diperkirakan terdapat 460.000 kasus baru di seluruh dunia dimana sebanyak
75 berada di negara berkembang. Berbeda dengan negara-negara maju, dimana angka kejadian maupun angka kematian karena kanker serviks sudah
menurun berkat program skrining kanker serviks Rosyidi, 2006. Di Indonesia, kanker serviks menduduki tempat kedua dalam urutan
keganasan pada wanita yaitu 16 orang per 100.000 penduduk wanita. Berdasar data Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS 2007, kejadian kanker
serviks sebanyak 5.786 kasus atau 11,78 dari keganasan lainnya. Angka kejadian kanker serviks meningkat dari jumlah kasus pada 2006 sebanyak
4.696 kasus atau 11,07 dan sekitar 70 penderita berada dalam stadium lanjut Aditama, 2010. Kanker ini terbanyak berkonsentrasi di Pulau Jawa
yaitu sekitar 89,48 Tresna, 2009. Di Jawa Tengah pada tahun 2005 sebanyak 2076 kasus atau sekitar 19,70 Budiharjo, 2009. Menurut data
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008, gambaran akhir untuk
kanker serviks sebanyak 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Berikut adalah data insiden kanker serviks dari
beberapa kota besar di Indonesia:
Tabel 1.I Data Insiden Kanker Serviks di Beberapa Daerah di Indonesia
No Daerah
Frekuensi Persentase
1 Medan
262 1,01
2 Padang
260 1,00
3 Palembang
260 1,00
4 Bandung
511 1,96
5 Yogyakarta
1.205 4,63
6 Surakarta
1.502 5,77
Sumber: Cermin Dunia Kedokteran Sukaca 2009: 36.
Tabel data di atas menunjukkan bahwa tingkat insiden kanker serviks di wilayah Surakarta cukup tinggi. Jumlah pengidap kanker leher rahim
serviks di Solo, Jawa Tengah tergolong tinggi. Hasil pemeriksaan menunjukkan dua dari 100 ibu rumah tangga di kota ini terjangkit penyakit
yang sering berakhir dengan kematian. Dari pemeriksaan terhadap 7.000 ibu rumah tangga, 4 diantaranya positif terkena kanker leher rahim dan 6
lagi terinfeksi. Sebanyak 280 dari 6.973 perempuan di Solo yang mendaftar tes Iva dinyatakan menderita gejala awal kanker leher rahim. Data itu
diperoleh sejak pertengahan 2007 hingga Maret 2010 Danarsih, 2009. Pencegahan dan pengobatan prakanker serviks masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di antara wanita dewasa di Indonesia. Menurut ketua umum YKI Yayasan Kanker Indonesia, diperkirakan
15.000 penderita baru per tahun dan 8.000 penderita meninggal tiap tahun.
Karena itu, deteksi dini dan pengobatan prakanker serviks perlu menjadi prioritas Moerdijat dkk, 2008.
Setiap wanita yang telah melakukan hubungan seksual mempunyai risiko menderita kanker serviks. Oleh karena itu, deteksi dini perlu
dilakukan segera setelah ada aktivitas seksual. Pemeriksaan ini bukan sekali seumur hidup, melainkan dilakukan rutin tiap tahun sampai usia 70 tahun
Ocvyanti, 2009. Cara deteksi dini yang paling sering dilakukan ialah metode usapan
smear lendir leher rahim menurut Papanicolaou atau sering dikenal dengan Pap Smear. Petugas kesehatan akan melakukan pengambilan lendir
pada leher rahim dengan cara usapan smear untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Selain pemeriksaan pap smear ada cara deteksi yang lebih
sederhana yaitu dengan cara inspeksi visual setelah meneteskan asam cuka atau asam acetat 2- 5, yang dikenal dengan IVA inspeksi visual dengan
asam asetat atau VIA visual inspection with acetic acid. Metode ini sangat menguntungkan karena biaya untuk pemeriksaan cukup terjangkau
Prawirohardjo, 2006. Upaya deteksi dini dengan cara pap smear atau IVA belum banyak
diketahui masyarakat luas. Salah satu metode untuk menyebarluaskan informasi tentang deteksi dini adalah dengan melakukan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan dengan metoda ceramah interaktif merupakan upaya yang dapat digunakan agar lebih dapat menjamin peningkatan pengetahuan,
sikap dan perubahan perilaku Tjahjowati et al., 1997. Metode diskusi
interaktif akan lebih efektif jika didukung dengan alat bantu berupa media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan oleh pemberi
informasi, baik melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Salah satu media visual
untuk mengkonkritkan materi promosi kesehatan adalah media audio visual aids AVA dalam bentuk tayangan film pendek short film. Film yang
berisi gambar gerak dan unsur suara dapat ditayangkan melalui media video compact disk VCD. Video dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk
mempelajari obyek dan mekanisme kerja dalam topik tertentu Santyasa, 2007.
Keuntungan penggunaan
video untuk
menyampaikan pesan
mempunyai beberapa keuntungan antara lain, pesan yang disampaikan lebih realistik, memiliki beberapa features yang sangat bermanfaat untuk
digunakan dalam proses penyampaian pesan. Salah satu feature tersebut adalah slow motion di mana gerakan obyek atau peristiwa tertentu yang
berlangsung sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari. Slow motion, adalah kemampuan teknis untuk memperlambat proses atau
peristiwa yang berlangsung cepat. Upaya penanggulangan penyakit kanker serviks telah dilakukan yaitu
dengan melakukan program skrining kanker serviks, namun hasil-hasil penelitian di beberapa negara masih menunjukkan kurangnya partisipasi
wanita untuk mengikuti program skrining Rachmadahniar, 2005. Sebagian besar penderita kanker datang sudah dalam stadium lanjut sehingga
prosesnya sulit atau tak mungkin lagi disembuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks masih tergolong
rendah, sehingga kesadaran masyarakat untuk skrining kanker serviks juga rendah Tyastuti, 2001.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan motivasi wanita agar lebih berperan aktif mengikuti program skrining
kanker serviks. Salah satunya adalah dengan pemberian informasi dengan promosi kesehatan tentang bahaya kanker serviks dan pentingnya skrining
bagi wanita dalam upaya deteksi dini kanker serviks. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang kanker serviks dan permasalahannya,
diharapkan wanita dapat berpartisipasi aktif dalam program skrining kanker serviks.
Berdasarkan pemikiran dan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh promosi
kesehatan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks dan partisipasi wanita dalam deteksi dini kanker serviks di Mojosongo RW 22 Surakarta.
B. Perumusan Masalah