Perubahan MDA pada setiap fase

85 yang kuat. Mekanisme antioksidan dari asam amino dan peptida adalah kation pada radikal peptida yang akan memberikan satu elektron dari atom nitrogen ke radikal peroksi Murase et al. 1993. Pemberian tempe sebanyak 160 g per hari selama 4 minggu relatif dapat mempertahankan Ox-LDL untuk tidak mengalami peningkatan dibandingkan kelompok kontrol yang meningkat sebesar 20.3. Hal tersebut karena isoflavon pada tempe dapat mencegah oksidasi lipid, bahkan potensi antioksidannya lebih tinggi dibandingkan dengan -tocopherol Packett et al. 1971. Kadar MDA Sebelum dan Setelah Intervensi Malondialdehyde MDA adalah senyawa aldehida yang merupakan hasil akhir dari oksidasi asam lemak tidak jenuh ganda yang mengalami oksidasi karena senyawa radikal bebas atau peroksidasi lipid. Sebagai produk akhir, MDA dapat digunakan untuk penanda terjadinya peroksidasi lipid atau kadar radikal bebas di dalam tubuh. Semakin bertambahnya usia, pembentukan radikal bebas akan semakin meningkat sehingga mengakibatkan kerusakan oksidatif selular. Wanita menopause yang berisiko terhadap memburuknya profil lipid merupakan kelompok yang rentan terhadap radikal bebas akibat reaksi oksidasi. Serangan radikal bebas pada membran sel dapat ditandai dengan peningkatan kadar MDA dalam darah yang biasanya juga disebabkan rendahnya status antioksidan Zakaria et al . 2000. Biomarker ini diperkirakan merupakan indikator yang sesuai untuk pengukuran stres oksidasi pada penelitian klinis. Malondialdehyde dianggap sebagai parameter peroksidasi lipid dan sesuai untuk penelitian pada sampel dengan kondisi klinis seperti metabolik sindrom dimana terjadinya peningkatan peroksidasi lipid akan disertai dengan peningkatan produksi MDA. Jika MDA bereaksi dengan DNA akan terbentuk MDA-DNA adduct sehingga DNA menjadi rusak dan sel tidak dapat berfungsi.

a. Perubahan MDA pada setiap fase

Gambar 29 menunjukkan kelompok yang pada fase 1 mendapatkan “intervensi” terlebih dahulu. Terlihat bahwa pada kelompok sampel yang memiliki MDA lebih besar dari mean, mengalami penurunan yang lebih tajam dibanding kelompok sampel yang memiliki MDA kurang dari mean. Pada fase wash out penurunan M fase 2 kontrol, terjad kemungkinan masih sebelum “intervensi” kelompok A dan B dibanding kelompok i sampel dengan stres secara bermakna dan konsumsi tempe dihen Gambar 29 P Pada Gambar dahulu terlihat adany maupun di bawah me sampel dengan kadar yang tajam sebalikny peningkatan MDA, k masih pada kisaran diharapkan. Gambar 30 P 2 4 6 8 Sebe ppm 1 2 3 4 Set ppm n MDA di dua kelompok ini masih terjadi, dan jadi peningkatan MDA. Fase wash out yang h h terlalu singkat untuk meningkatkan MDA i”. Hal ini yang menyebabkan, jika fase ko B maka rata-rata pada kelompok kontrol jau k intervensi. Gambar 29 juga menunjukkan ba s oksidatif tinggi, konsumsi tempe akan men n mempertahankan pada level tersebut hingga entikan. Perubahan rata-rata MDA pada kelompok A ar 30 dimana sampel pada fase 1 mendapat “k nya kenaikan MDA baik pada sampel denga mean. Sementara setelah memasuki fase inte ar MDA lebih besar dari mean menunjukkan p nya sampel dengan MDA kurang dari mean ju kemungkinan karena pada kelompok terseb n normal, sehingga tidak terjadi perubahan Perubahan rata-rata MDA pada kelompok B p ebelum Setelah Sebelum Setelah Intervensi Kontrol Kelompok A Setelum Setelah Sebelum Setelah Kontrol Intervensi Kelompok B 86 an setelah masuk hanya satu bulan kembali seperti kontrol digabung jauh lebih rendah bahwa khususnya enurunkan MDA ga 2 bulan setelah ppm. “kontrol” terlebih gan MDA di atas ntervensi, ternyata penurunan MDA justru mengalami ebut mean MDA han seperti yang ppm. mean mean mean mean 87 Ketika “intervensi” pada kelompok A dan B digabung Gambar 31, terlihat bahwa sampel yang memiliki MDA di atas mean ternyata mengalami penurunan MDA yang lebih tajam dibanding sampel dengan MDA kurang dari mean. Hal ini kemungkinan pada individu dengan level MDA yang tinggi intervensi tempe akan lebih bermanfaat. Sementara itu pada “kontrol” terlihat bahwa meniadakan konsumsi tempe akan semakin meningkatkan kadar MDA. Gambar 31 Perubahan rata-rata MDA ppm. Analisis bivariat lebih lanjut berdasar hasil FFQ terhadap riwayat konsumsi tempe sebelum penelitian dilaksanakan menunjukkan bahwa, sampel dengan MDA di atas mean ternyata lebih banyak yang tidak mengonsumsi tempe setiap hari 36.4 dibanding yang mengonsumsi tempe setiap hari 29.0. Hal ini sejalan dengan penelitian Purwantyastuti 2007 bahwa lansia wanita yang mengonsumsi tempe lebih besar atau sama dengan 350gminggu mempunyai kadar MDA yang lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi tempe dengan jumlah lebih sedikit, artinya konsumsi tempe dapat menghambat laju peningkatan oksidasi lipid atau MDA di dalam tubuh. Konsumsi kolesterol juga berhubungan dengan kadar MDA, dimana sampel dengan kadar MDA lebih besar dari mean ternyata persentasenya lebih banyak yang mengonsumsi kolesterol 200 mghr 50 dibanding sampel yang konsumsi kolesterolnya 200 mghr 24.3. Kadar MDA di atas mean juga berhubungan dengan serum kolesterol di atas normal dan hipertensi, yaitu sampel dengan kadar MDA diatas mean lebih banyak yang serum kolesterol di atas normal 37.5 dan mengalami hipertensi 40 dibandingkan dengan yang serum kolesterol nya normal 15.4 dan tidak hipertensi 25. 2 4 6 Sebelum Setelah Sebelum Setelah mean mean Intervensi Kontrol Total sampel A dan B ppm 88

b. Perubahan MDA total