29
3. Penentuan total asam Ranganna, 1977
Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan ditambahkan akuades sampai berat menjadi 100 g, disaring dengan menggunakan kapas kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai batas tera. Filtrat kemudian diambil sebanyak 10 ml dengan pipet skala, dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai batas tera. Kemudian diambil 10 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai
batas tera. Lalu diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer serta ditambahkan phenolptalein 1 sebanyak 2-3 tetes. Titrasi dilakukan dengan
menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna merah jambu yang stabil.
ml NaOH x N NaOH x BM asam dominan x FP x 100 Total asam =
Berat sampel g x 1000 x valensi asam FP = faktor pengencer
4. Penentuan total padatan terlarut Muchtadi dan Sugiyono, 1989
Sampel ditimbang sebanyak 2,5 g dan ditambah akuades sampai berat menjadi 35 g, kemudian dimasukkan kedalam beaker glass. Diaduk hingga
merata, disaring dengan menggunakan kapas. Filtrat tersebut diambil 1 tetes dan diteteskan pada handrefractometer. Pembacaan skala diamati dan dicatat
nilainya. Kadar total padatan terlarut adalah nilai yang diperoleh pada handrefractometer dikalikan dengan faktor pengenceran dan dinyatakan dalam
o
Brix.
30
5. Penentuan daya larut SNI-7612, 2011
Sampel ditimbang sebanyak 15 g lalu dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi air hangat sebanyak 100 ml setelah itu diaduk selama 1 menit
dan didiamkan selama 30 menit. Diambil 10 ml sampel dengan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui
beratnya. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dengan suhu pertama 80
o
C
untuk satu jam pertama, lalu dinaikkan suhunya menjadi 90
o
C untuk satu jam, kemudian dinaikkan lagi menjadi 100
o
C untuk satu jam ketiga, kemudian dikeluarkan dari oven dan ditimbang. Sampel tersebut dimasukkan lagi ke dalam
oven selama 30 menit, lalu diangkat dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan.
Daya larut = 10 A-B x 100 C
Keterangan : A = Berat akhir
B = Berat cawan porselin C = Berat sampel
6. Penentuan kecepatan larut Yuwono dan Susanto dimodifikasi, 1998
Kecepatan larut serbuk penyegar dilakukan dengan cara melarutkan 15 g bahan dalam 100 ml air dan diaduk dengan menggunakan stirer. Waktu yang
diperlukan serbuk penyegar untuk larut dicatat, kemudian cepat larut serbuk penyegar dihitung dengan rumus berikut:
Berat sampel g Kecepatan larut gs=
Waktu larut s
31
7. Nilai organoleptik skor warna Soekarto, 1985
Organoleptik terhadap warna ditentukan dengan uji skor warna. Pengujian dilakukan dengan menyeduh 15 g serbuk minuman penyegar sereh dalam 100 ml
air hangat. Kemudian sampel minuman yang telah diberi kode, diuji secara acak oleh 15 orang panelis. Pengujian organoleptik skor warna dilakukan secara
inderawi organoleptik terhadap minuman penyegar sereh yang telah diseduh yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala organoleptik skor warna
dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Skala skor warna
Skala numerik Skala skor
1 2
3 4
5 Sangat tidak coklat
Tidak coklat Agak coklat
Coklat Sangat coklat
8. Nilai organoleptik hedonik aroma Soekarto, 1985
Penentuan nilai organoleptik dilakukan dengan uji hedonik aroma. Pengujian dilakukan dengan menyeduh 15 g serbuk dalam 100 ml air hangat.
Kemudian sampel minuman yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 15 orang panelis. Pengujian organoleptik hedonik aroma terhadap minuman penyegar
sereh yang telah diseduh dilakukan secara inderawi organoleptik yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala organoleptik hedonik aroma
dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Skala hedonik aroma
Skala numerik Skala hedonik
1 2
3 4
5 Sangat tidak suka
Tidak suka Agak suka
Suka Sangat suka
32
9. Nilai organoleptik rasa Soekarto, 1985