3 Tulisan ini berusaha menjawab tiga permasalahan berikut: 1 Mengapa
klasifikasi dan wazan mashdar dalam bahasa Arab sangat bervariasi? 2 Apa implikasi semantik dari keragaman bentuk mashdar? 3 Bagaimana aplikasi mashdar dalam
struktur kalimat dan dalam penerjemahannya?
B. Pengertian Mashdar
Kata mashdar, menurut aliran Bashrah, berbentuk ism makân kata yang menunjukkan makna tempat; sementara menurut aliran Kûfah, bukan ism makân,
melainkan kata berwazan maf‘al yang bermakna maf‘ûl, karena kata ini memang
berakarbersumber dari fi‘l. Mashdar berasal dari kata:
ََرَددَص -
َ َُرُددْصَي
- َ
رْددَص -
َ َرْوُددُص
- َ
رَددْصَم
yang bermakna: tempat lahir, timbul, terjadi, berasal, bersumber, dan kembali
5
. Menurut istilah, mashdar infinitive adalah kata yang menunjukkan makna kejadian atau peristiwa
yang tidak terkait dengan konsep waktu
6
. Singkatnya, mashdar merupakan kata benda jadian dari kata kerja yang tidak mengandung pengertian masa lampau, sekarang, dan
mendatang. Istilah mashdar juga digunakan dalam penelitian bahasa Arab, terutama studi tokoh.
Mashdar dibedakan dari
marji‘. Mashdar source adalah sumber primer penelitian, sedangkan
marji‘
د رم
, reference adalah sumber sekunder. Mashdar dapat berupa karya
yang ditulis langsung oleh penulisnya, atau oleh muridnya yang didikte atau diberi ijâzah dari gurunya untuk menuliskannya
7
. Jika kita hendak menulis tentang pemikiran ‗Abd al- Qâhir al-Jurjânî w. 471 H, maka mashâdir-nya, antara lain, adalah
Dalâ’il al-I‘jâz dan Asrâr al-Balâgah;
sedangkan marâji‘-nya, antara lain: al-Abâd al-Ibdâiyyah fî Manhaj
Abd al-Qâhir al-Jurjânî karya Muhammad Abbâs dan al-Tafkîr al-Naqdî Inda al-Arab
karya Îsâ Alî al-Âkûb. Selain itu, mashdar juga didefinisikan sebagai buku atau karya yang membahas
suatu tema secara mendalam, komprehensif, otoritatif, dan memperlihatkan orisinalitas yang tinggi. Sedangkan
marji‘ adalah buku atau karya yang membahas suatu tema yang
5
Ibrâhîm Musthafâ, dkk., al- Mu’jam al-Wasîth, Jilid I, Istanbul: al-Maktabah al-Islâmiyyah,
1999, Cet. III, h. 509.
6
Ibn Hisyâm al-Anshârî, Syarh Qathr al-Nadâ wa Ball al-Shadâ, Riyâdh: Maktabah al-Riyâdh al-Hadîtsah, tt., h. 366; dan Mushthafâ al-Ghalâyainî,
Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Jilid I, Beirût: al- Maktabah al-
‗Ashriyyah, 1973, Cet. III, h. 164.
7
Mahmûd Sulaimân Yâqût, Manhaj al-Bahts al-Lughawî, Alexandria: Dâr al- Ma‘rifah al-
Jâmi‘iyyah, 2002, Cet. I, h. 244-5.
4 penulisnya merujuk kepada materi atau substansi yang terdapat dalam mashdar.
Marji‘ merupakan buku penunjang yang diposisikan dapat membantu memahami teks atau
wacana tertentu yang lebih klasik. Contoh mashâdir adalah al-Kitâb karya Sîbawaih w. 180 H dan al-
Khashâ’ish karya Ibn Jinnî 321-392 H, sedangkan contoh marâji’ adalah Syarh Qathr al-Nadâ wa Ball al-Shadâ
karya Ibn Hisyâm al-Anshârî 708-761 H dan al- Rummânî al-Nahwî fî Dh
au’ Syarhîhî li Kitâb Sîbawaih karya Mâzin al-Mubârak 1930- sekarang.
Mashdar dalam kajian nahwu maupun sharaf mempunyai banyak nama. Di
antaranya adalah al-ahdâts menurut Sî bawaih, Ibn Ya‗îsy, dan Ibn Jinnî, ahdâts al-
asmâ ’ Sîbawaih, ism al-hadats Ibn Sayyidih dan Ibn al-Hâjib, ism al-hadatsân
Sîbawaih, al-Zamakhsyarî , Ibn Ya‗îsy, Ibn Mâlik, ism al-fi‘l al-Mubarrid dan Ibn
‗Ushfûr, al-ism al-fi‘lî para orientalis, ism al-ma‘nâ Ibn Ya‗îsy, al-Râdhî, al-Murâdî dan al-Suyûthî, al-Ism al-jârî
‘ala al-fi‘l Ibn Mâlik, al-fi‘l Sîbawaih, al-Farrâ‘, Ibn Y
a‗îsy, al-mashdar al-haqîqî atau al-mashdar al-‘amm al-Asymûnî, dan al-hadats Sîbawaih, Ibn Jinnî
, Ibn Ya‗îsy
8
. Dari beberapa penamaan tersebut, dapat dipahami bahwa mashdar di kalangan ahli
nahwu menjadi salah satu bentuk kata yang masih diperdebatkan. Para ahli nahwu mazhab Bashrah berpendapat bahwa mashdar merupakan akar kata dari semua isytiqâq
derivasi, turunan kata. Sementara itu, para ahli nahwu mazhab Kûfah menolak pendapat mazhab Bashrah ini dan menyatakan bahwa akar kata semua derivasi adalah fil mâdhî.
C. Klasifikasi Mashdar