Pendahuluan Aplikasi model Contextual And Creative Teaching And Learning (CCTL) dalam pembelajaran Bahasa Arab: sebuah gagasan awal

2 ميلس جهـن ىلع ميلعتلاو ملعتلا ةيلمع ريستل ملعملا لبق نم ةحضاو تا اجتاو لئاسرو ةيلبقتسم .ةيبرعلا ميلعت نم ةيعقاولا ةيحورلاو ةيكرحسف لاو ةينادجولاو ةيفرعملا فاد أا ىلإ ب لصوي تاجايتحا بسا ملا ى عملا تاذ ةداملا رايتخا يف بولسأا اذ ةيلاعف لثمتتو ،ملعتملا د ع عادتبااو جاتنإا ىوتسمو ،ةيويحلا ةيبرعلا ةيوغللا ةئيبلا داجيإو ،ةيميلعتلا فقاوملا ةيما يد .ةمجرتلا ةراهم ىلإ ةفاضإاب ،عبرأا ةيوغللا تاراهملا ةداجإ يف يأ يوغللا ءادأا يف ملعتملا

A. Pendahuluan

Model pembelajaran belakangan ini banyak bermunculan. Di antaranya adalah pembelajaran kolaboratif, quantum learning dan active learning 1 . Yang pertama menekankan proses pembelajaran dalam bentuk kerjasama antar pembelajar, sedangkan yang kedua menekankan pada optimalisasi potensi pembelajar melalui teori modelling dengan lompatan- lompatan dalam belajar. Adapun yang ketiga mengoptimalkan tingkat partisipasi pembelajar. Belajar tidak hanya melalui optimalisasi kecerdasan intelegensi, tetapi juga perlu diperkuat dengan kecerdasan emosi dan lingkungan belajar yang nyaman serta menyenangkan. Kekurangan kedua model pembelajaran tersebut adalah belum dioptimalkannya proses kreatif, kecerdasan spiritual, dan kontekstualisasi. Padahal proses kreatif, kekuatan doa, pengaitan materi pelajaran dengan nilai-nilai religius dan realitas sosial diasumsikan dapat mempengaruhi akselarasi, prestasi, dan kreativitas pembelajaran yang optimal. Model pembelajaran yang dikembangkan dan harus menjadi prioritas utama saat ini adalah membelajarkan peserta didik how to learn and how to think. Hanya dengan dua ―keterampilan super‖ inilah –meminjam istilah Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl— kita dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta menjadi manusia yang secara ekonomi tidak tergantung dan tidak akan menganggur pada abad ke-21. Kita memang membutuhkan perubahan, baik pada apa yang dipelajari dan dalam cara bagaimana ia dipelajari. 2 Perubahan substansi dan metodologi pembelajaran memungkinkan lahirnya perubahan cara berpikir, bertindak, dan berkarya, sehingga pada gilirannya melahirkan perubahan kualitas hidup yang lebih baik. Model pembelajaran tradisional yang menempatkan dosen sebagai sumber utama informasi dan pengetahuan tidak relevan lagi. Pembelajaran yang hanya mengandalkan indera pendengaran kini dipandang tidak efektif. Peserta didik akan menyerap lebih banyak informasi ketika disampaikan dalam bentuk visual dan auditori pandang dan dengar atau keduanya: audio-visual, seperti dalam multimedia. Dosen dituntut mampu memberikan motivasi 1 Baca M. Silberman, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subjects, Massachusetts: A Simon Schuster Company, 1996. 2 Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning for The 21 st Century, Cara Belajar Cepat Abad XXI, Terjemahan Dedy Ahimsa, Bandung: Nuansa, Cet. II, 2002, h. 13-15 3 motivating yang kuat dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif, kontekstual, dan kreatif. Model-model pembelajaran yang sudah ada tentu tidak luput dari kelemahan. Karena itu, Contextual and Creative Teaching and Learning CCTL dipandang sebagai model pembelajaran alternatif. Pembelajaran kontekstual dan kreatif ini diasumsikan tidak hanya potensial memandirikan mahasiswa, melainkan juga menumbuhkan kreativitas dalam belajar, transformasi proses kreatif, sehingga segenap potensi dan kompetensi mahasiswa dapat dioptimalkan. Model pembelajaran ini mengandaikan akselerasi pemerolehan informasi, ilmu, keterampilan, penciptaan suasana religius yang menyenangkan, transformatif, serta bermuara pada pengembangan kompetensi berekspresi, meneliti, dan menulis karya ilmiah. Model ini diasumsikan dapat menumbuhkan tradisi intelektualisme dan profesionalisme yang kreatif dan produktif, sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendukung dalam realisasi universitas riset. Menurut penulis, indikator terwujudnya universitas riset – yang dicita-citakan oleh UIN Jakarta- adalah meningkatnya baik kuantitas maupun kualitas hasil penelitian yang dilakukan oleh sivitas akademika, banyak karya ilmiah yang diterbitkan baik dalam bentuk buku maupun artikel yang dimuat dalam jurnal nasional maupun internasional. Untuk mencapai cita-ideal tersebut mutlak diperlukan adanya model pembelajaran kontekstual dan kreatif. Tulisan ini berusaha menjawab bagaimana aplikasi model contextual and creative teaching and learning CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab? Faktor apa saja yang mempengaruhi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut? Dan mengapa model CCTL perlu dikembangkan dan diorientasikan kepada pembelajaran bahasa Arab?

B. Konsep Pembelajaran: Sebuah Kerangka Teoritik 1. Pengertian Belajar