Model Pembelajaran Konsep Pembelajaran: Sebuah Kerangka Teoritik 1. Pengertian Belajar

5 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup. Pembelajaran tidak sekedar transfer pengetahuan atau informasi, melainkan juga penanaman nilai, pembentukan sikap positif, dan penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya life skill, serta kedewasaan berperilaku.

2. Model Pembelajaran

Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning: individual and group process . Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual, akan tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok. Model ini mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi. Dalam proses pembelajaran ada dua dimensi, yaitu: aktivitas pembelajaran dan orientasi proses. Dari dimensi aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang harus dilakukan bersama kelompok sebaya. Dari dimensi orientasi proses, ada proses pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus. 8 Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran, yaitu: 1 ceramah tradisional traditional lectures, 2 belajar mandiri self study, 3 pembelajaran berbarengan concurrent learning, 4 pembelajaran kolaboratif collaborative learning, dan 5 pembelajaran aktif active learning. 9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola tersendiri. Pertama, model pembelajaran dengan ceramah. Strategi pembelajaran dengan model ceramah bercirikan: 1 mendengarkan penjelasan pengajar, 2 kegiatan dan lingkungan dikendalikan oleh pengajar, 3 pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan pembicaraan pengajar, 4 sedikit dukungan teknologi, dan 5 berlangsung dalam suasana otoriter. Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber, yaitu pengajar 10 . Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar, karena gurudosen masih terlalu ―dominan‖ sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan, sementara peserta 8 Lihat Ernest Chang Don Simpson, ―The Circle of Learning: Individual and Group of Process ”, dalam Educatioan Policy Analysis, Volume 5 Number 7, 1997. 9 Ernest Chang Don Simpson, ―The Circle…‖, ibid. 10 Lihat Mohammad Surya, Tantangan Pembelajaran di Era Millenium, dalam Jurnal Didaktika Islamika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, No. 9, Oktober 2002. 6 didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya. Peserta didik kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar. Kedua, model belajar mandiri. Dalam model ini, strategi pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya. Ciri-ciri model ini adalah: 1 berfokus pada pemikiran sendiri, 2 prosesnya diarahkan sendiri, 3 isi pengetahuan berupa refleksi dan integrasi, 4 menggunakan multimedia, 5 penghargaan diri secara otonom. Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar. 11 Motivasi pembelajar harus kuat dan stabil, agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal. Ketiga, model pembelajaran berbarengan. Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri, namun dalam suasana berbarengan dengan yang lain dan saling berinteraksi. Ciri utama model ini adalah: 1 dilakukan secara partisipatif, 2 dalam satu forum terbuka, 3 dalam suasana saling menghargai, 4 perspektif terhadap materi dapat berbeda-beda, 5 suasana demokratis dan didukung oleh teknologi informasi. 12 Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman dan pendapat. Keempat, model pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran dilakukan dalam bentuk kolaboratif kerja sama antar pembelajar dalam satu tim. Karakteristik utama model ini adalah: 1 dilakukan melalui satu bentuk kerja sama, 2 untuk mendapatkan konsensus, 3 adanya berbagai pemahaman nilai, dan 4 adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar nilai yang disepakati bersama. Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan kebersamaan. 13 Hanya saja, jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang profesional, model ini akan mengalami disorientasi, kehilangan arah, dan akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Kelima, model pembelajaran aktif active learning merupakan model pembelajaran yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif. Ketika belajar secara aktif, berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. 11 Mohammad Surya, Tantangan …‖, ibid. 12 Mohammad Surya, Tantangan …‖, ibid. 13 Mohammad Surya, Tantangan …‖. Bandingkan dengan Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2002. 7 Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki learning style gaya belajar yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama lain. 14 Menurut Silberman, banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran aktif. Di antaranya adalah: 1 learning starts with question belajar dimulai dengan pertanyaan, 2 reading guide membaca buku petunjuk, 3 Information search mencari informasi, 4 Critical incident kejadian penting, 5 Everyone is teacher here setiap orang adalah guru dalam forum ini, 6 Jigsaw learning pembelajaran ala Jigsaw, 7 the Power of two kekuatan berpasangan, 8 snowballing belajar ala bola salaju, 9 Brainstorming curah gagasan, 10 Active debate debat aktif, 11 Synergic teaching pengajaran bersinergi, 12 Role playing bermain peran, dan 12 Concept mapping peta konsep atau pemetaan konsep. 15 Selain kelima model tersebut, ada pula model quantum learning. Model ini pada mulanya dicetuskan oleh Dr. Georgi Lazanov. Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar. Melalui suggestology, pemercepatan belajar accelarated learning dapat dilakukan, dengan dibarengi suasana penuh kegembiraan. Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif, dapat ditempuh melalui teknik seperti memberikan kenyamanan, meningkatkan partisipasi individu, dan menghadirkan seni. 16 Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, menggembirakan ada musiknya; ruang belajar yang menarik, dilengkapi gambar warna-warni, ilustrasi, peta, dsb., positif, dan dilakukan dengan metode berupa: mencontohkan, permainan, simulasi, dan simbol.

3. Pembelajaran Kontekstual