Pembelajaran Kontekstual Konsep Pembelajaran: Sebuah Kerangka Teoritik 1. Pengertian Belajar

7 Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki learning style gaya belajar yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama lain. 14 Menurut Silberman, banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran aktif. Di antaranya adalah: 1 learning starts with question belajar dimulai dengan pertanyaan, 2 reading guide membaca buku petunjuk, 3 Information search mencari informasi, 4 Critical incident kejadian penting, 5 Everyone is teacher here setiap orang adalah guru dalam forum ini, 6 Jigsaw learning pembelajaran ala Jigsaw, 7 the Power of two kekuatan berpasangan, 8 snowballing belajar ala bola salaju, 9 Brainstorming curah gagasan, 10 Active debate debat aktif, 11 Synergic teaching pengajaran bersinergi, 12 Role playing bermain peran, dan 12 Concept mapping peta konsep atau pemetaan konsep. 15 Selain kelima model tersebut, ada pula model quantum learning. Model ini pada mulanya dicetuskan oleh Dr. Georgi Lazanov. Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar. Melalui suggestology, pemercepatan belajar accelarated learning dapat dilakukan, dengan dibarengi suasana penuh kegembiraan. Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif, dapat ditempuh melalui teknik seperti memberikan kenyamanan, meningkatkan partisipasi individu, dan menghadirkan seni. 16 Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, menggembirakan ada musiknya; ruang belajar yang menarik, dilengkapi gambar warna-warni, ilustrasi, peta, dsb., positif, dan dilakukan dengan metode berupa: mencontohkan, permainan, simulasi, dan simbol.

3. Pembelajaran Kontekstual

Elaine B. Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning CTL sebagai suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Dalam hal ini beliau menyatakan: ―The CTL system is an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by 14 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD, 2002, h. xii-xv. 15 Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif. Penjelasan rincinya lihat Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subjects, Massachusetts: A Simon Schuster Company, 1996. 16 Bobbi DePotter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terj. Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in You”, Bandung: Kaifa, 1999, h. 14-16. 8 connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with the context of their personal, sosial, and cultural circumstances. To achieve this aim, the system encompasses certain components . 17 Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dan kondisi personal, sosial, dan kultural mereka. Pengaitan ini, tentu saja, dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta didik dan perkembangan sosial yang ada. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan kata lain, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. 18 Asumsinya adalah bahwa jika peserta didik kembali ke masyarakat, maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL. Kedelapan komponen tersebut adalah: 1 making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna, 2 doing significant work atau melakukan karya yang berarti, 3 self-regulated learning atau belajar dengan kontrol pribadi, 4 collaborating atau bekerjasama, 5 critical and creative thinking atau berpikir kritis dan kreatif, 6 nurturing the individual atau memupuk bakat individu, 7 reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi, serta 8 using authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya. 19 Sementara itu, tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa, meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson tersebut. Tim ini, menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan ketujuhnya, maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL. Ketujuh komponen tersebut adalah: 1 konstruktivisme constructivism, 2 menemukan inquiry, 3 bertanya questioning, 4 masyarakat belajar learning community, 5 pemodelan 17 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It is and Why It’s Here to Stay. Thousand Oaks: Corwin Press, Inc., 2002, p. 25 18 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional…, h. 102. 19 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching… h. 24. 9 modeling, 6 refleksi reflection, serta 7 penilaian yang sebenarnya authentic assessment . 20 Komponen pertama, konstruktivisme constructivism merupakan pemikiran filosofis yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi sedikit, kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan bukannya terjadi secara tiba-tiba in a sudden. Sedangkan Menemukan Inquiry merupakan suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan. Bertanya Questioning merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa; sementara bagi siswa, bertanya merupakan bagian penting untuk menggali informasi, mengkonfirmasi pengetahuan, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar Learning Community, yakni situasi yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran diperoleh dari bekerjasama collaborating dengan orang lain, baik itu kerjasama siswa-siswa, siswa-pengajar, maupun siswa-ahli. Dalam Pemodelan Modeling, pengajar meskipun kadang melibatkan siswa memberi contoh, mempresentasikan, atau mendemonstrasikan tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas. Sedangkan Refleksi Reflection adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang thinking back tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, maupun pengetahuan yang baru diterima. Adapun Penilaian yang sebenarnya Authentic Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, yang diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada dan memberdayakan siswa. CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. 21 Dalam pembelajaran kontekstual, tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik 20 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching… h. 24 21 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional…, h. 103. 10 belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut: a belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik; b pembelajaran harus berpusa t pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya; dan c umpan balik sangat penting bagi peserta didik, yang berasal dari proses penilaian assessment yang benar; dan d menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 22 Jadi, kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah. Belajar memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan investigasi.

4. Pembelajaran Kreatif