pemberlakuan hari dimana TNB tidak beroperasi untuk mengistirahatkan pembatasan jumlah pengunjung terutama yang akan melakukan wisata penyiapan transportasi laut dengan peralatan keselamatan yang lengkap dan

dengan waktu yang berbeda-beda untuk tiap program wisata pada masing-masing paket wisatanya. Mobilitas pengunjung diatur melalui darmaga kapal kemudian didampingi oleh masing-masing guide yang telah disediakan pada setiap kapal boat untuk mengarahkan sesuai dengan paket wisata yang telah dipesan.

8. pemberlakuan hari dimana TNB tidak beroperasi untuk mengistirahatkan

tapak sehingga sumber daya alam sebagai objek wisata yang ada di dalamnya dapat terjaga daya dukung ekologisnya melalui usaha, Penetapan hari dimana lanskap tersebut istirahat khususnya pada hari senin sampai rabu atau pada musim angin barat cuaca buruk. Pada hari tersebut jumlah pengunjung sangat kurang bahkan tidak ada dan jumlah pengunjung rata- rata meningkat pada hari kamis sampai minggu. Hal ini juga bertujuan untuk menghindari inefisiensi akibat minimnya pengunjung yang datang sehingga memungkinkan pihak pengelola TNB mengalami kerugian.

9. pembatasan jumlah pengunjung terutama yang akan melakukan wisata

selam dan snorkling dengan membuat atraksi wisata di bagian daratan sehingga pengunjung tidak hanya terpusat pada bagian lautnya melalui usaha, Kegiatan promosi seintensif mungkin kepada para pengunjung seluruh Indonesia bahkan tingkat mancanegara. Bahwa saat ini TNB tidak hanya menjual lautnya sebagai objek wisatanya tetapi juga atraksi - atraksi wisata di atas daratannya yang juga lebih beragam dan unik.

10. penyiapan transportasi laut dengan peralatan keselamatan yang lengkap dan

penyebaran informasi mengenai cuaca setiap waktu di TNB pada setiap pelabuhan-pelabuhan kapal boat yang ada di luar lanskap TNB melalui usaha, Penetapan peraturan yang ketat bahwa setiap kapal boat harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan yang baik. Disamping itu penyebaran informasi mengenai cuaca yang harus tersedia di setiap pelabuhan-pelabuhan agar menghindari bahaya bencana yang dapat mengancam keselamatan jiwa pengunjung. Dengan demikian diharapkan lanskap wisata bahari TNB dapat memberikan pemasukan yang menguntungkan bagi pemerintah dan pengelola serta meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. 5.6. Rekomendasi Pengelolaan Lanskap Wisata Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan lanskap wisata bahari di TNB maka strategi pengelolaan lanskap wisata secara ekologis dan terpadu dengan melibatkan semua pihak perlu dibuat, terutama untuk pengelolaan fisik lanskap wisata, pengelolaan sumber daya manusia, serta pengelolaan wisata dan atraksi wisata. 5.6.1. Pengelolaan Fisik Lanskap Wisata Bahari TNB Pengelolaan fisik lanskap wisata bahari TNB yaitu pengelolaan melalui pelayanan yang baik dengan penyediaan berbagai sarana dan prasarana atau fasilitas yang lengkap dan ramah lingkungan dalam lanskap wisata. Menurut dalam Yoeti 2000 sarana kepariwisataan adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan pada pengunjung, tetapi hidup dan kehidupannya tidak selamanya tergantung pada pengunjung. Tanpa kedatangan pengunjung, perusahaan tersebut tetap hidup karena masyarakat setempat juga membutuhkannya. Adapun prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, serta dapat memberikan pelayanan kepada pengunjung untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Beberapa sarana dan prasarana yang seharusnya dimiliki oleh suatu lanskap wisata termasuk TNB dalam rangka memenuhi kebutuhan wisata pengunjung di antaranya : a loket masuk merupakan fasilitas yang terletak pada bagian yang paling luar dekat gerbang lanskap wisata dan menjadi tempat pertama yang dikunjungi oleh pengunjung. Loket wisata dikelola oleh setidaknya empat orang yang bertugas dibagi ke dalam dua ruangan agar menghindari antrian pengunjung yang panjang. Empat orang bekerja secara bergantian dalam satu ruangan terdapat dua orang agar semuanya tetap bekerja sesuai dengan tugas yang telah ditentukan, b kios makananminuman merupakan usaha boga yang menyediakan pelayanan makan dan minum khas Bunaken yang memenuhi standar kesehatan dan kebersihan. Kios makananminuman harus memenuhi persyaratan lokasi, baik mengenai sentralitas, aksesibilitas maupun lingkungannya. Mengenai aksesibilitasnya, kios makananminuman harus mudah ditemukan dan mudah dicapai dari tempat-tempat dimana pengunjung masuk atau dimana mereka menginap. Mengenai sentralitasnya, kios makananminuman harus berdekatan dengan tempat dimana banyak terdapat pengunjung. Kios tersebut harus terletak di tempat yang bagus. Disamping itu pelayanan dari si pemberi jasa kepada para pengunjung harus baik dan penuh dengan keramahtamahan, c kios souvenir merupakan usaha penyediaan cenderamata yang diusahakan sendiri oleh masyarakat lokal dengan keterampilan yang diwarisi maupun oleh kreatifitasnya. Kerajinan tangan tradisional tenunan, ukiran dan lukisan yang bertemakan TNB, kerajinan kontemporer daur ulang, lukisan kaca, dan bunga kering, produk-produk makanan kerupuk, manisan, kue-kue khas, dan produk pertanian tanaman hias, bunga potong, sayur, dan buah yang dikemas untuk oleh-oleh. Kios-kios ini juga memenuhi persyaratan yang hampir sama dengan syarat-syarat kios makananminuman, letaknya harus berada di lokasi dimana terdapat banyak pengunjung agar mudah dicapai oleh pengunjung dan memiliki tempat yang bagus serta citra yang bagus. Disamping itu juga pelayanan dari si pemberi jasa kepada para pengunjung yang sama dengan pelayanan di kios makananminuman harus baik dan penuh dengan keramahtamahan, d kios penyewaan alat merupakan usaha penyediaan alat selam dan snorkling yang diusahakan oleh masyarakat lokal ataupun pihak swasta, harus memenuhi syarat-syarat pemenuhan kebutuhan wisata bagi pengunjung seperti syarat kebersihan alat, keamanan alat, dan variasi bentuk, dan ukuran alat, e pengelolaan sarana toilet juga sangat penting dalam lanskap wisata karena merupakan kebutuhan pokok pengunjung. Toilet yang bersih dan nyaman menjadikan pengunjung betah tinggal lama dalam suatu lanskap wisata. Pengelolaan untuk mewujudkan toilet yang diinginkan pengunjung harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan memiliki peraturan yang ketat. Oleh karena itu tenaga kerja yang menjaga toilet sangat diperlukan agar setiap waktu mengecek kebersihan ruangan-ruangan dalam toilet. Selain itu pengunjung dikenakan biaya selama menggunakan toilet dimana biaya tersebut nantinya akan digunakan untuk membeli peralatan kebersihan toilet dan lain-lain, f ruang ganti pakaian dan ruang mandi merupakan tempat yang menjadi bagian yang berdekatan dengan lokasi toilet. Sarana ruang ganti pakaian dan ruang mandi juga memerlukan pengelolaan yang sama dengan toilet. Namun sarana ruang ganti pakaian dan ruang mandi memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak karena ruangannya yang lebih luas dan besar dari ruangan toilet. Peraturan yang diterapkan sama dengan peraturan yang berlaku pada pengelolaan sarana toilet, g tempat ibadah yang umumnya terdapat di semua lanskap wisata termasuk lanskap wisata bahari TNB memiliki syarat-syarat tertentu agar pengunjung tetap memperoleh kenyaman selama menunaikan ibadahnya. Pengelolaan sarana tempat ibadah yang dilaksanakan secara berkelanjutan meliputi kegiatan pembersihan mushola yang dilakukan secara rutin oleh tenaga kerja khusus yang bertugas di tempat ibadah. Adapun cara yang dilakukan agar pengelolaan tetap berjalan secara berkelanjutan maka perlu diterapkan aturan- aturan dan sanksi yang ketat sehingga dapat meminimalisir bahkan menghilangkan pelanggaran, h sistem telekomunikasi akan dapat mendorong pengunjung untuk mengadakan perjalanan jarak jauh. Dengan demikian pengunjung tidak akan ragu-ragu meninggalkan keluarga karena tersedianya prasarana komunikasi di tempat wisata yang mereka kunjungi. Beberapa alasan pengunjung memperhatikan masalah komunikasi yaitu untuk dapat memberitahu sanak keluarga di rumah, bila pengunjung jatuh sakit atau mendapat kecelakaan selama dalam perjalanan. Kedua yaitu untuk menunjukkan kepuasan pribadi melalui komunikasi dengan teman-teman dan keluarga serta untuk memberi tahu posisi keberadaan mereka. Tempat-tempat layanan telekomunikasi juga mempunyai syarat-syarat tertentu yaitu dapat diakses dengan mudah oleh pengunjung dan berada di lokasi yang terdapat banyak pengunjung. Hal ini menjaga terjadinya hal-hal negatif yang tidak dinginkan, i kebutuhan wisata para pengunjung tidak akan terpenuhi jika mereka tidak memiliki alat pembayaran yaitu uang. Oleh karena itu prasarana ATM menjadi hal yang terpenting dari kebutuhan wisata lainnya. Namun pengunjung tidak akan membawa uang dalam jumlah yang banyak ke suatu lokasi wisata dengan tujuan menghindari terjadinya hal-hal negatif yang tidak diinginkan seperti pencurian dan lain-lain. Sama halnya dengan prasarana telekomunikasi perlu tenaga kerja yang menjadi petugas keamanan. Oleh karena itu untuk mengefisienkan jumlah tenaga kerja yang bertugas, maka lokasi kedua prasarana tersebut sebaiknya berada pada lokasi yang berdekatan, j adapun prasarana lainnya yang menjadi faktor penting bagi pengunjung yaitu layanan kesehatan. Jika pengunjung kurang sehat atau tiba-tiba terkena musibah pada saat melaksanakan aktivitas wisata maka secepatnya dibawa ke tempat layanan kesehatan dan ditindak lanjuti oleh tenaga kerja yang bersangkutan. Oleh karena itu fasilitas ini menjadi sangat penting dalam suatu lanskap wisata termasuk TNB, apalagi letak lanskap wisata bahari TNB yang berada di tengah pulau dan sangat jauh dari akses tempat layanan kesehatan. Dinas pariwisata setempat perlu mengkoordinasi pelayanan kesehatan bagi pengunjung yang berkunjung pada suatu daerah wisata, k akomodasi pariwisata seperti resort, cottage, dan homestay wisata yang melibatkan secara langsung masyarakat yang ingin menjadikan sebagian dari rumahnya untuk pengunjung sekaligus menjadi tuan rumah yang memenuhi standar kebersihan dan kesehatan. Akomodasi perhotelan atau penginapan tidak dapat dipisahkan dengan pariwisata, tanpa kegiatan kepariwisataan dapat dikatakan akomodasi perhotelan akan lumpuh, sebaliknya pariwisata tanpa hotel merupakan suatu hal yang tidak mungkin Yoeti, 1980. Setiap akomodasi penginapan dalam lanskap wisata harus memiliki syarat-syarat yang baik. Syarat-syarat tersebut meliputi syarat-syarat fasilitas mengenai fungsi, bentuk, lokasi, dan mutu. Selain itu terdapat syarat pelayanan dan syarat lokasi meliputi aspek lingkungan, sentralitas, dan aksesibilitasnya. Pengelolaan akomodasi penginapan suatu lanskap wisata termasuk TNB sangat penting untuk meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pengunjung selama berada di lokasi wisata. Oleh karena itu melalui pengelolaan yang baik suatu akomodasi penginapan dalam lanskap wisata dapat berkelanjutan, l prasarana instalasi pembangkit tenaga listrik utilities merupakan faktor terpenting yang juga sangat menentukan kepuasan dan kenyamanan pengunjung dalam suatu lanskap wisata termasuk TNB. Penerangan dengan lampu serta penggunaan listrik untuk memenuhi kebutuhan pribadi pengunjung menjadi hal yang menyebabkan pentingnya prasarana tersebut. Dengan adanya prasarana tersebut maka kebutuhan pengunjung menjadi terpenuhi dan akhirnya memperoleh kepuasan dan kenyamanan selama berada di lokasi wisata. Lokasi prasarana ini sebaiknya terletak di bagian belakang dari sarana dan prasarana lainnya karena dapat menganggu pemandangan wisata para pengunjung. Pengelolaan prasarana ini juga membutuhkan tenaga kerja khusus yang ahli dan memiliki keterampilan. Dalam pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana ini peran pemerintah sangat diharapkan kerjasamanya, m instalasi penjernihan air bersih juga termasuk utilities. Pengelolaan prasarana ini membutuhkan tenaga kerja khusus agar memudahkan proses pelaksanaan pengelolaan. Lokasi prasarana ini sebaiknya terletak di bagian belakang dari sarana dan prasarana lainnya karena dapat menganggu pemandangan wisata para pengunjung. Kerjasama dari pihak pemerintah pun sangat diperlukan untuk berjalannya suatu pengelolaan yang berkelanjutan, dan n pelabuhan laut merupakan tempat pertama yang dikunjungi oleh pengunjung sebelum berkunjung ke TNB. Pelabuhan laut menjadi tempat berkumpulnya pengunjung untuk menyewa kapal motor atau kapal katamaran sebagai transportasi ke lokasi pengunjung. Selain itu di pelabuhan juga merupakan tempat pengunjung membeli tiket masuk lanskap wisata. Pelabuhan laut ini sebaiknya dilengkapi dengan stasiun informasi mengenai cuaca dan iklim tiap waktu agar pada saat cuaca buruk kapal-kapal tidak diizinkan untuk beroperasi. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan pengunjung dari segala bahaya terutama bahaya alam. Dalam pelabuhan laut terdapat tenaga-tenaga kerja yang terdiri dari petugas keamanan, pengawas kapal, pengemudi kapal, asisten pengemudi kapal, dan pengelola tiket masuk. Selain itu pengelolaan fisik lanskap wisata bahari juga meliputi kegiatan pemeliharaan sumber daya alam serta sarana dan prasarana yang ada di dalam lanskap wisata bahari. Kegiatan peningkatan kebersihan dan keamanan pun harus terkelola dengan baik berdasarkan penyusunan jadwal kerja yang telah disusun oleh pihak pengelola lanskap wisata bahari TNB. 5.6.2. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Lanskap Wisata Bahari TNB Pengelolaan lanskap wisata baharí di TNB sebaiknya didukung oleh sumber daya manusia yang dapat melayani pengunjung sesuai daya tarik wisata yang dimiliki dan sesuai dengan fasilitas penunjang wisata. Industri pariwisata yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah akomodasi, tempat makan, serta pengelolaan obyek wisata. Program pengembangan SDM Sumber Daya Manusia bidang pariwisata untuk TNB dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan dan pelatihan antara lain: Pemandu wisata dapat dipandang sebagai orang yang menghubungkan antara masyarakat, pengunjung, dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Pemandu wisata memiliki posisi yang kuat dalam industri pariwisata secara keseluruhan yang ada di TNB. Berhubungan dengan rencana untuk mengadakan diverisifikasi kegiatan wisata alam di TNB selain kegiatan selam, pelatihan pemandu wisata alam sangat dibutuhkan. Dalam hal ini kerjasama yang kuat sangat diperlukan dalam hal pertukaran pengetahuan antara para voluntir dari agen perjalanan wisata lokal dan pelaku bisnis pariwisata lainnya dengan para nelayan dan petani setempat. Sampah di dalam dan di sekitar Lanskap TNB menjadi isu penting dan dinilai belum dapat diatasi dengan baik. Kegagalan dalam hal pengelolaan sampah yang sebagian besar adalah plastik dan kayu, merupakan sampah lokal yang dikritik secara tajam oleh hampir semua pengunjung TNB. Prinsip daur ulang termasuk mengumpul, memproses dan memproduksi produk baru yang akan melibatkan masyarakat lokal dapat dipertimbangkan sebagai solusi yang cocok dalam pengelolaan sampah demi melindungi sumber daya alam serta lingkungan di TNB. Kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk melindungi sumber daya alam dan lingkungan di TNB, membersihkan, dan membebaskan laut dari sampah di dalam dan di sekitar Lanskap TNB. Selain itu menciptakan usaha baru yang memanfaatkan materi sampah dan menciptakan kesempatan kerja baru, bekerja sama dengan perusahaan lain untuk mengembangkan penggunaan materi dan produk dari sampah, serta mendorong dan memotivasi semua anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di TNB. Dana ini akan dikumpul dan kemudian diolah dan digunakan untuk membantu pengelolaan sampah di dalam Lanskap TNB. Sistem patroli terpadu TNB yang terdiri dari POLHUT, POLAIR, BTNB, serta masyarakat desa di TNB. Selain itu memberikan kontribusi secara signifikan dalam melindungi TNB dari kerusakan. Namun pada kenyataan bahwa kurangnya keterampilan dalam berkomunikasi dan memberikan pelayanan telah menimbulkan komplain dari pengunjung TNB. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dapat diadakan program pelatihan bahasa dan customer service bagi petugas patroli TNB. Untuk memastikan bahwa semua pengunjung baik domestik maupun mancanegara tidak komplain untuk membayar kewajiban masuk TNB sehingga mendapatkan pelayanan yang bermutu tinggi, maka pengembangan sumber daya manusia yang bergerak dalam kegiatan patroli sangat diperlukan. Dalam bidang pengetahuan kepariwisataan, bahasa Inggris dasar dan bahasa Inggris untuk pariwisata, teknik memandu, dan customer service. Pelatihan ini diadakan secara teratur berdasarkan hasil evaluasi kinerja petugas patroli serta hasil monitor kualitas pelayanan petugas patroli terhadap pengunjung TNB. Pelatihan pengelolaan homestay berbasis masyarakat diadakan untuk memperkuat operasional homestay yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produk dan pelayanan agar memenuhi standar layanan yang bermutu. Pelatihan ini mencakup pengolahan makanan, pelayanan makan, Hygiene dan Sanitasi, serta bahasa Inggris dan Customer Service. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan memperkuat keterampilan para pengrajin dalam mengelola usaha cenderamata mulai dari produk sampai pada tahap pemasaran produk. Karakteristik dan desain cenderamata harus diperhatikan agar dapat memenuhi kebutuhan pengunjung untuk dibawa pulang sebagai cenderamata. 5.6.3. Pengelolaan Wisata dan Atraksi Wisata Bahari TNB Berdasarkan strategi yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya maka salah satu aspek yang dapat dikelola dalam waktu jangka pendek berupa penyusunan rencana program paket-paket wisata yang menjadi permintaan seluruh pengunjung dan menjadi alternatif pemanfaatan lanskap wisata selain di bawah laut. Paket-paket wisata yang direkomendasikan memadukan penggunaan lanskap bawah laut, pantai, dan daratan. Dengan demikian diharapkan lanskap wisata bahari TNB menjadi ekologis dan berkelanjutan. Adapun rincian dari pengelolaan wisata yang ada di lanskap wisata bahari TNB meliputi : 1. Pengunjung dan waktu kunjungan, Pengunjung merupakan salah satu hal penting dalam pengelolaan lanskap wisata suatu lanskap wisata bahari TNB. Hal ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan dari lanskap wisata tersebut. Semakin banyak pengunjung yang datang tanpa adanya pengendalian atau pengawasan terhadap pengunjung maka akan berakibat pada menurunnya kualitas daya lingkungan. Indikator pengunjung ini dihitung berdasarkan kapasitas daya dukung masing-masing area wisata. Karakteristik pengunjung antara lain berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, daerah asal, pekerjaan, dan sebagainya. Pengunjung yang datang ke TNB terdiri dari dua jenis pengunjung yaitu pengunjung nusantara domestik dan pengunjung luar negeri mancanegara. Pengelolaan lanskap wisata sebaiknya memperhatikan klasifikasi obyek wisata atau atraksi wisata berdasarkan jenis pengunjung. Jenis pengunjung diklasifikasikan terutama berdasarkan karakteristik umur dan asal karena berdasarkan kondisi di lapangan dua hal ini memiliki perbedaan motif wisata atau alasan mengadakan perjalanan wisata. Umur anak-anak memiliki kebutuhan wisata yang berbeda dengan orang dewasa, mereka lebih menikmati atraksi atau obyek wisata yang aktif, melatih aktivitas otak, melatih keterampilan, dan menambah pengetahuan. Umur dewasa memiliki motif wisata secara umum untuk melepas kebosanan, menyegarkan pikiran, dan untuk berolahraga. Adapun karakteristik berdasarkan asal, pengunjung yang berasal dari luar negeri cenderung memiliki kebutuhan wisata yang aktif dan memanfaatkan banyak tenaga, karena mereka memiliki sportifitas yang tinggi dan tidak menyia- nyiakan waktu dengan mengobrol ataupun bersosialisasi. Pengunjung domestik cenderung memiliki kebutuhan wisata yang pasif mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan bersosialisasi dan berwisata belanja ataupun kuliner. Dengan demikian pengelolaan lanskap wisata sebaiknya memperhatikan kebutuhan atau motif wisata dari pengunjung agar tidak terjadi pemusatan jumlah pengunjung pada satu obyek wisata atau atraksi wisata yang dapat menyebabkan kelebihan kapasitas daya dukung lingkungan. Waktu merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas pengunjung pada suatu daerah tujuan wisata. Pengelolaan aspek waktu dalam wisata sangat penting untuk memperoleh penjadwalan atraksi wisata atau obyek wisata, agar waktu pengunjung di tempat wisata mendapat pengalaman yang menarik meskipun dengan waktu yang tidak lama. Selain itu lanskap wisata tidak mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat kelebihan kapasitas daya dukung karena tidak terkelolanya waktu wisata dengan baik. Suatu lanskap wisata memiliki kapasitas kemampuan beraktivitas. Oleh karena itu suatu lanskap wisata juga perlu hari dimana lanskap wisata tersebut tidak beroperasi. Hal ini untuk menjaga agar lingkungan wisata di dalamnya tetap lestari dan berkelanjutan. Waktu aktivitas wisata di TNB perlu dikelola lebih baik lagi melalui penetapan jadwal aktivitas wisata. Waktu operasi dimulai pada pukul 09.00 dan istirahat pada pukul 12.00 kemudian dilanjutkan pada pukul 13.30 dan berakhir pada pukul 16.00. Selain itu hari libur pada hari senin, selasa, dan rabu. Penetapan hari libur tersebut disebabkan karena pada hari tersebut lanskap wisata sangat sepi bahkan pernah tidak ditemukan pengunjung. Musim angin barat Oktober-Maret dimana cuaca yang buruk sehingga kurang mendukung perjalanan wisata dengan transportasi laut menuju TNB. Oleh karena itu lebih baik dijadikan hari libur atau hari istirahat tapak. 2. Obyek wisata, Obyek wisata merupakan hal utama yang menjadi alasan pengunjung datang ke tempat wisata. Obyek wisata atau atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisata sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama, dan memberi kepuasan kepada pengunjung yang datang berkunjung. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan obyek wisata agar pengunjung menjadi betah tinggal lebih lama di tempat tujuan wisata. Obyek wisata di TNB saat ini hanya fokus pada obyek bawah lautnya sehingga aktivitas pengunjung pun banyak terpusat pada bawah laut yaitu aktivitas selam dan snorkling. Hal ini menyebabkan terjadinya kelebihan kapasitas daya dukung yang lama kelamaan akan menurunkan kualitas lingkungan. Berdasarkan analisis daya dukung diperoleh hasil bahwa diperlukan pengurangan jumlah pengunjung agar tidak terjadi kelebihan kapasitas daya dukung. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan pemanfaatan beberapa alternatif wisata pada bagian daratan TNB. Saat ini hanya digunakan untuk kios makanan, minuman, souvenir, penginapan, loket masuk, toilet umum, dan fasilitas wisata lainnya. Pemanfaatan alternatif wisata tersebut dimaksudkan agar pengunjung tidak hanya fokus pada bawah lautnya namun masih bisa menikmati wisata pantai lainnya yang tentunya tidak kalah menarik dengan wisata bawah laut. Alternatif wisata tersebut di antaranya wisata tracking, wisata mangrove walk, wisata dugong watching, bird watching dan bird feeding, wisata budaya, wisata dolphin watching, wisata turtle nesting, dan wisata sejarah. Penambahan wisata-wisata tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di TNB dan studi banding di beberapa lanskap wisata Indonesia. Secara keseluruhan alternatif wisata tersebut membutuhkan waktu ±8 jam berdasarkan studi banding dengan masing-masing interval waktu istirahat yang berbeda sesuai dengan masing-masing obyek wisata. Adapun biaya yang diberlakukan berbeda-beda berdasarkan usia anak- anak dan dewasa dan pekerjaan pelajarmahasiswa dan umum. Tenaga kerja yang bekerja pada setiap alternatif wisata tersebut merupakan tenaga kerja terlatih yang telah memiliki keterampilan dan mengikuti pelatihan pemandu wisata alam, dimana mereka memperoleh sertifikat yang diakui. Adapun hal lainnya yang sangat mendukung berjalannya kegiatan alternatif wisata tersebut adalah penjadwalan. Jadwal dari beberapa alternatif wisata diatas diatur sesuai dengan jam-jam aktivitas manusia. Dimulai pada jam kerja biasanya yaitu pukul 09.00 dan istirahat pada pukul 12.00 kemudian dilanjutkan pada pukul 13.30 dan berakhir pada pukul 16.00. Jadwal ini berlaku pada hari kerja dan tidak pada waktu libur disesuaikan pada lanskap wisata pada umumnya hari libur wisata jatuh pada hari senin, selasa, dan rabu atau musim angin barat Oktober-Maret. Aktivitas manusia pegawai negeri, ibu rumah tangga, dan mahasiswapelajar sangat padat pada hari tersebut. 3. Biaya wisata, Biaya wisata menjadi hal penting juga yang mendorong terwujudnya motif wisata seorang pengunjung. Biaya wisata disesuaikan dengan wisata yang disediakan di suatu lanskap wisata seperti layanan yang diberikan selama berada di tempat wisata dan fasilitas wisata. Biaya wisata di TNB relatif murah tidak seperti pada lanskap wisata lainnya di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan biaya tiket masuk untuk pengunjung pelajarmahasiswa hanya Rp. 1000,- kemudian untuk pengunjung mancanegara Rp. 50.000,- daily untuk tahunan Rp.150.000,- dan untuk umum Rp. 2.500,-. Biaya ini termasuk sangat murah dibanding tempat wisata lainnya. Pengelolaan biaya wisata sebaiknya dikelola dalam bentuk paket wisata agar pengunjung tidak direpotkan pada saat tiba di lokasi wisata. Mereka hanya membayar sekali untuk menikmati aktivitas-aktivitas wisata. Biaya paket wisata tersebut sudah termasuk di dalamnya biaya transportasi, biaya obyek wisata atau atraksi wisata, makananminuman, akomodasi jika ingin menginap, dan pelayanan wisata lainnya. Biaya paket setengah hari meliputi transportasi dengan kapal katamaran Rp. 40.000orang, tiket masuk Rp. 5.000orang, selam plus snorkling Rp. 100.000orang, makan siang Rp. 15.000orang, wisata pantai dugong watchingturtle nesting dolphin watchingcannoeing Rp. 15,000orang. Biaya paket satu hari hampir sama dengan paket setengah hari, hanya dibedakan dengan adanya tambahan program wisata mangrove walk Rp. 55.000orang dan bird watchingbird feeding Rp. 45.000orang. Biaya paket menginap hampir sama dengan paket satu hari hanya ditambahkan biaya akomodasi penginapan Rp. 250.000orang dan makan 3 kali dengan total Rp. 50.000orang, serta penambahan program wisata tracking Rp. 10.000orang dan wisata sejarah Rp. 30.000orang. Dengan demikian pengunjung akan merasa lebih nyaman dan akan menjadi lebih betah untuk tinggal dalam waktu yang lama. 4. Visitor centre, Fasilitas lainnya selain loket masuk, kios makananminuman, dan lain-lain terdapat fasilitas yang juga paling banyak dikunjungi setelah loket masuk yaitu visitor centre. Fasilitas ini menjadi tempat pengunjung memperoleh banyak informasi yang lebih lengkap tentang suatu lokasi wisata. Oleh karena itu pengelolaan lanskap wisata melalui penyediaan fasilitas selain kios makananminuman, akomodasi penginapan, dan souvenir, visitor centre, dan kelengkapan informasi di dalamnya juga menjadi faktor penentu kedatangan pengunjung. Semakin informatif visitor centre maka semakin memudahkan pengunjung memilih obyek wisata dan atraksi wisata apa yang akan dinikmati dan sesuai dengan keinginan pengunjung tersebut. Hal ini menambah nilai positif untuk suatu lanskap wisata sehingga dapat menarik pengunjung dalam jumlah yang banyak. 5. Tiket masuk, Tiket masuk merupakan faktor yang juga sangat penting dalam suatu lanskap wisata termasuk dalam lanskap wisata bahari TNB. Hal tersebut sangat perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan suatu lanskap wisata. Jika tidak ada tiket masuk, pihak pengelola akan sulit memantau keamanan pengunjung dalam suatu lanskap wisata. Oleh karena itu dalam suatu lanskap wisata pasti terdapat loket masuk yang biasanya terletak dekat dengan pos satpam atau gerbang lanskap wisata. Pengelolaan lanskap wisata melalui tiket masuk perlu diatur agar pengunjung di dalam lanskap wisata dapat terlindung dan aman dari hal-hal yang tidak dinginkan. Tiket masuk harus dimiliki oleh semua pengunjung yang akan masuk ke dalam TNB. Apabila tiket hilang maka harus membayar denda dua kali lipat dari harga tiket sebelumnya dan berurusan dengan pihak keamanan lanskap wisata. Hal ini menjaga agar pengunjung tidak menganggap kecil masalah tiket tersebut dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah dibuat secara ketat. 6. Transportasi, Menurut Yoeti 1985 aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi karena faktor jarak sangat mempengaruhi keinginan orang untuk melakukan perjalanan wisata. Fungsi utama transportasi sangat erat hubungannya dengan “accessibility” maksudnya adalah frekuensi penggunaannya dan kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah menjadi lebih dekat. Hal ini berarti mempersingkat waktu dan tentunya akan lebih meringankan biaya perjalanan. Dengan demikian transportasi dapat memudahkan orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu seperti misalnya daerah tujuan wisata. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki suatu sarana angkutan atau alat transportasi agar transferabilitas pengunjung dapat terjamin antara lain syarat kenyamanan angkutan meliputi fasilitas angkutan, jalanakses, jasa pelayanan selama perjalanan, toilet, dan lain-lain. Syarat kedua adalah syarat waktu perjalanan, pengaturan lalu lintas, dan biaya perjalanan. Oleh karena itu transportasi yang baik hendaknya memenuhi seluruh persyaratan tersebut agar kenyamanan dan kepuasan pengunjung dapat terwujud. Beberapa usaha penyediaan pelayanan transportasi dalam suatu lanskap wisata termasuk lanskap wisata baharí TNB. Transportasi tersebut meliputi usaha angkutan menuju obyek atau atraksi wisata. Angkutan tersebut yaitu perahu rakyat, ojek motor sebagai angkutan antar desa, kendaraan pribadi yang merangkap mobil sewa, perahu, dan kapal motor atau tradisional serta kapal katamaran dengan desain yang memiliki standar keselamatan dan kenyamanan yang memadai. 7. Promosi dan publikasi, Menurut Soekadijo 2000 dalam mendistribusikan produk pariwisata ke pasar utama, calon pengunjung tidak akan begitu saja membelinya dalam kuantitas yang diharapkan. Produk-produk wisata tersebut lebih dahulu disesuaikan dengan permintaan pasar. Kesesuaian antara produk-produk dan permintaan pasar inilah yang masih perlu ditingkatkan sehingga setiap produk yang ditawarkan memiliki daya saing. Penyesuaian ini dikenal dengan istilah promosi dan publikasi. Promosi yaitu lebih menyesuaikan produk wisata dengan permintaan pengunjung sedangkan publikasi yaitu lebih menyesuaikan permintaan pengunjung dengan produk wisata. Publikasi tidak ditujukan kepada sasaran tertentu sehingga hal inilah yang membedakan dengan promosi. Suatu lanskap wisata termasuk TNB seharusnya memiliki cara promosi dan publikasi yang baik dan menarik agar dikenal dan dikunjungi lebih banyak pengunjung. Bentuk promosi dan publikasi masing-masing lanskap wisata berbeda-beda sesuai dengan produk wisata yang ditawarkan. Adapun promosi yang dilaksanakan di TNB yaitu promosi langsung dan promosi tidak langsung. Promosi langsung yaitu melalui peragaan display seperti rumah adat, pakaian adat, dan gambar-gambar lainnya bertujuan agar produk wisata dapat dikenal oleh calon pengunjung. Selain itu melalui barang cetakan leaflet, booklet, brochure, dan sebagainya yang disebarkan ke pasar dengan berbagai informasi dan imbauan yang dicantumkan di dalamnya. Kemudian melalui pameran khusus seperti pengenalan program wisata dan alat- alat yang digunakan selama aktivitas wisata selam dan snorkling yang dapat ditingkatkan menjadi pekan atau bulan pariwisata yang diadakan di lokasi wisata ataupun tempat lainnya. Selain itu dengan pemberian diskon selama jangka waktu tertentu untuk menarik pengunjung dan melalui pemberian hadiah khusus selama waktu promosi kepada pengunjung. Diskon seperti tas perjalanan dan tiket bebas untuk atraksi wisata di lokasi wisata. Pada hakikatnya promosi itu tidak terbatas cara-caranya karena tergantung kepada kreatifitas petugas yang mengadakan promosi. Promosi langsung ini dilakukan oleh semua lembaga yang bersangkutan dengan pemasaran yaitu produsen dan konsumen pariwisata, biro perjalanan umum, serta agen perjalanan. Adapun promosi tidak langsung pertama-tama ditujukan kepada penyalur produk pariwisata seperti biro perjalanan umum, agen perjalanan, organisasi perjalanan, dan sebagainya. Cara-cara publikasi yang dilakukan antara lain pemberian informasi dalam bentuk barang cetakan, publikasi dalam majalah-majalah, dan kunjungan kepada perusahaan penyalur produk. Cara lain seperti mengadakan pertemuan dengan perusahaan penyalur untuk memberi informasi, menyelenggarakan workshop, dan mengundang wakil-wakil perusahaan penyalur untuk mengunjungi daerah tujuan wisata. Publikasi yang dilaksanakan dalam lanskap wisata bahari TNB juga terdiri dari beberapa bentuk yaitu publikasi langsung, publikasi dalam media massa, dan publikasi intern. Publikasi langsung yaitu melaui leaflet sebagai sarana publikasi yang tidak menawarkan diskon atau pemberian hadiah kepada konsumen seperti pada promosi. Isinya berupa pesan yang mempengaruhi dan mengajak konsumen agar timbul keinginannya untuk membeli produk tersebut. Selain itu sarana lain berupa brosur berbeda dengan brosur promosi, brosur publikasi memberikan uraian yang menarik tentang perjalanan wisata yang ditawarkan secara lengkap dan disertai rute, atraksi atau obyek, penginapan, makananminuman, harga, dan kendaraan yang digunakan. Adapun publikasi dalam media massa yaitu melalui media cetak secara harian, mingguan, dan bulanan, melalui poster, radio, film, dan televisi selain itu terdapat pula publikasi intern dari mulut ke mulut. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa sebesar 29,8 dari persentase pengunjung, mereka memperoleh informasi mengenai wisata melalui publikasi intern temankenalan. Persentase ini merupakan persentase tertinggi dari beberapa sumber intern lainnya. Pengelolaan atraksi wisata dalam lanskap wisata bahari di TNB disusun melalui beberapa rencana program paket-paket wisata dan rencana paket atraksi wisata.

1. Rencana paket wisata