Produk-Produk Perbankan Syari’ah

bank syariah terletak pada pandangan masing-masing bank dalam memaknai keuntungan atas pengelolaan uang nasabah, bila bank konvensional menyebutnya dengan bunga, sedangkan bank syariah menyebutnya dengan bagi hasil. Adapun perbedaan suku bunga dan bagi hasil tertera pada tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil No Bunga Bagi Hasil 1 Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. 2 Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang atau modal yang dipinjamkan. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek nasabah untung atau rugi. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek nasabah. Bila usaha rugi, kerugian ditanggung bersama oleh kedua pihak. 4 Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan yang berlipat atau ekonomi sedang mengalami kondisi tidak menentu. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 5 Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama, termasuk Islam. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil. Sumber : Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Syafii Antonio

2.4 Produk-Produk Perbankan Syari’ah

Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan dalam perbankan syari’ah dapat digolongkan kepada tiga kelompok produk, yaitu: Produk Penghimpuna Dana, Produk Penyaluran Dana, Produk Jasa Muhammad Syafii Antonio, 2001, Ascarya, 2007. Universitas Sumatera Utara A. Produk Penghimpunan Dana Kegiatan menghimpun dana juga dilakukan oleh bank syariah sebagaimana kegiatan dan fungsi bank yang tercantum dalam UU No. 10 tahun 1998. dana masyarakat yang dihimpun perbankan syari’ah dapat berbentuk tabungan, deposito dan giro Kasmir, 2001. Aktivitas penghimpunan dana masyarakat ini dilakukan dengan prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. Prinsip wadi’ah diterapkan untuk produk berbentuk giro sedangkan prinsip mudharabah diterapkan untuk produk berbentuk tabungan dan deposito. Wadi’ah adalah akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil sewaktu-waktu. Jika wadi’ah tersebut berbentuk wadi’ah amanah, pada prinsipnya simpanan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak bank walaupun ia bertanggung jawab terhadap keutuhan dana simpanan tersebut. Sebaliknya jika wadi’ah berbentuk wadi’ah dhamanah, maka pihak bank dapat memanfaatkan dana simpanan tersebut. Berbeda dengan prinsip mudharabah. Dalam hal ini pemilik modal dianggap sebagai shahibul maal sementara pihak perbankan dianggap sebahai pihak pengelola atau mudharib Adiwarman Karim, 2004. Pada prinsip ini, pihak bank dapat menggunakan dana tersebut misalnya untuk kegiatan jual beli dengan memberitahukan margin keuntungan tertentu murabahah atau untuk kegiatan sewa ijarah. Transaksi dalam prinsip mudharabah memiliki dua jenis kewenangan yang dapat dipilih oleh pemilik modal untuk diberikan kepada pihak bank yaitu mudhrabah mutlaqah dan mudhrabah muqayyadah. Mudharabah mutlaqah atau Universitas Sumatera Utara unrestricted investment account URIA artinya bank dapat menggunakan dana yang dihimpun itu secara bebas atau luas karena tidak ada batasan yang ditetapkan oleh pemilik modal. Namun apabila dipandang perlu shahib al-maal boleh menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Syarat yang diajukan oleh shahib al-maal harus dipenuhi oleh mudharib, apabila mudharib melanggar batasan yang telah ditentukan maka mudharib harus bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian yang terjadi. Sedangkan mudharabah muqayyadah atau restricted investment account artinya pihak pemilik modal atau penyimpanan menetapkan syarat-syarat tertentu dalam penggunaanya. Jenis mudharabah yang terakhir ini terbagi dua pula yaitu mudharabah muqayyadah on balance sheet dan mudharabah muqayyadah off balance sheet. Dalam mudharabah muqayyadah on balance sheet, aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekolompok pelaksana usaha dalam beberapa sektor saja. Sedangkan dalam mudharabah muqayyadah off balance sheet, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan yang dalam bank konvensional disebut debitur. Dalam mudharabah muqayyadah off balance sheet bank syariah bertindak sebagai arranger saja dan pencatatan transaksinya dibank syariah dilakukan secara off balance sheet. B. Poduk Penyaluran Dana Dana yang telah berhasil dihimpun oleh perbankan syari’ah kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat atau unit defisit untuk dimanfaatkan secara produktif. Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk Universitas Sumatera Utara pembiayaan syariah terbagi menjadi empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu prinsip jual beli, prinsip sewa, prinsip bagi hasil dan akad pelengkap. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Penyaluran dana ini harus dilakukan sesuai dengan ketentuan ketentuan syari’ah dan syarat-syarat yang telah disepakati dengan para pemilik modal. Pihak perbankan syari’ah dapat menyalurkan dana yang terhimpun melalui salah satu kategori atau konsep penyaluran yang sesuai dengan syari’ah.

2.5 Pengusaha