Perbankan Konvensional Versus Perbankan Syari’ah

disamping membuka peluang pekerjaan yang mendatangkan penghasilan. Pertambahan barang dan jasa pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional. Surplus dana tersebut disalurkan ke sektor rill yang akan memperluas kegiatan ekonomi dan perekonomian akan dinamik. Kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi akan meningkat dan lebih merata sehingga tingkat kesejahteraan dan standar hidup masyarakat akan semakin baik. Dalam hal ini eksistensi perbankan dilihat sebagai Agent of Development yang cukup signifikan membantu keberhasilan pembangunan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan sosial termasuk dikalangan pengusaha UKM. Eksistensi dan aktivitas perbankan semakin mendapat sambutan dikalangan masyarakat. Berbagai produk dan jasa perbankan semakin banyak dan berkembang sehingga membantu dan memperlancar aktivitas masyarakat seperti jasa pengiriman atau transfer uang dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang singkat dan aman, simpan pinjam, Safe Deposit Box, LC, Inkaso dan lain-lain. Dalam hal ini, perbankan berfungsi sebagai Agent of Services.

2.3 Perbankan Konvensional Versus Perbankan Syari’ah

Perbedaan antara perbankan Konvensional dengan perbankan syari’ah tidak hanya terbatas pada unsur bunga saja. Jika dilihat atau dianalisis secara menyeluruh, terdapat banyak perbedaan utama antara kedua sistem perbankan tersebut yang sekaligus merupakan satu gambaran tentang keutamaan dan kelemahan masing-masing sistem. Misalnya, fungsi dan kegiatan bank konvensional terlihat sebagai intermediasi dan penyedia jasa keuangan sedangkan perbankan syari’ah disamping sebagai lembaga intermediasi dan penyedia jasa Universitas Sumatera Utara keuangan ia juga dapat berfungsi sebagai investor dan manager investasi. Prinsip dasar operasi perbankan syari’ah sangat menekankan anti riba dan anti masyir sedangkan dalam perbankan konvesional masalah ini dianggap relatif kurang mendapat perhatian. Selain itu, perbankan konvensional lebih berorientasi pada kepentingan pribadi sedangkan perbankan syari’ah lebih berorientasi pada kepentingan publik. Lebih jelas, perbedaan perbankan konvensional dengan perbankan syari’ah dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Perbedaan Perbankan Konvensional Dengan Perbankan Syari’ah Perbankan Konvensional Perbankan Syari’ah • Berorientasi pada kepentingan pribadi • Senantiasa bersifat bebas nilai bersifat materialistis. • Uang dianggap sebagai barang komoditi. • Investasi yang dilakukan relatif luas karena termasuk kegiatan yang halal dan yang haram. • Hubungan dengan nasabah berbentuk hubungan kreditor- debitor. • Dalam operasinya, menggunakan perangkat sistem bunga. • Aktivitasnya hanya berorientasi untuk mencapai keuntungan saja. • Tidak memiliki dewan pengawas Syari’ah sehingga penghimpunan dan penyaluran dana tidak berdasarkan fatwa. • Berorientasi pada kepentingan publik. • Dalam pelayanan,tidak bebas nilai berdasarkan prinsip islam. • Uang dianggap sebagai alat ukur saja dan tidak menganggapnya sebagai komoditi. • Investasi yang dilakukan relatif terbatas karena hanya pada kegiatan yang halal saja. • Hubungan dengan nasabah berbentuk kemitraan. • Dalam operasinya menggunakan sistem bagi hasil, jual beli atau sewa. • Aktivitasnya tidak hanya berorientasi untuk mencapai keuntungan saja tetapi juga untuk mencapai falah. • Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah. Sumber: KarnaenAntonio, 1992 . Berbagai perbedaan konsep dan prinsip seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.2, mengakibatkan objek dan market share kedua institusi lembaga keuangan ini saling berbeda. Satu hal yang membedakan antara bank konvensional dengan Universitas Sumatera Utara bank syariah terletak pada pandangan masing-masing bank dalam memaknai keuntungan atas pengelolaan uang nasabah, bila bank konvensional menyebutnya dengan bunga, sedangkan bank syariah menyebutnya dengan bagi hasil. Adapun perbedaan suku bunga dan bagi hasil tertera pada tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil No Bunga Bagi Hasil 1 Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. 2 Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang atau modal yang dipinjamkan. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek nasabah untung atau rugi. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek nasabah. Bila usaha rugi, kerugian ditanggung bersama oleh kedua pihak. 4 Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan yang berlipat atau ekonomi sedang mengalami kondisi tidak menentu. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 5 Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama, termasuk Islam. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil. Sumber : Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Syafii Antonio

2.4 Produk-Produk Perbankan Syari’ah