kalsium tidak memiliki manfaat kecuali perempuan tersebut memang kekurangan kalsium.
c. Suplementasi minyak ikan
d. Tirah baring atau pembatasan fisik lain tidak disarankan sebagai pencegahan
primer preeklampsia dan komplikasinya. Agen Antitrombotik : Terdapat alasan-alasan teoritis yang cukup banyak untuk
menduga bahwa agen antitrombotik dapat menurunkan preeklampsia. Karena preeclampsia ditandai oleh vasospasme, disfungsi sel endotel, dan aktivasi
trombosit serta sistem koagulasi-hemostasis. a.
Aspirin dosis rendah : Dalam dosis oral 50-150 mghari. Dimulai pada akhir trimester pertama disarankan pada wanita dengan riwayat eklampsia dan
kelahiran preterm kurang dari 34 minggu atau preeklampsia pada lebih dari satu kehamilan sebelumnya. Aspirin secara efektif menghambat biosintesis
tromboksan A2 dalam trombosit dengan efek minimal pada produksi prostasiklin vascular. Untuk wanita yang mendapatkan obat antitrombosit,
risiko relatif preeclampsia menurun secara bermakna sebesar 10 untuk terjadinya preeclampsia.
b. Aspirin dosis rendah plus heparin : Karena tingginya prevalensi lesi
trombolitik plasenta pada preeklampsia berat, telah dilakukan beberapa penelitian observasional untuk mengevaluasi terapi heparin untuk wanita yang
mengalami preeklampsia berat. Mereka melaporkan hasil akhir yang baik pada wanita yang mendapatkan heparin berberat molekul rendah ditambah aspirin
dosis rendah dibandingkan pada wanita yang hanya mendapatkan aspirin dosis rendah saja.
15
2.2 Berat Bayi Lahir Rendah 2.2.1 Definisi
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir. Berat Bayi Lahir Rendah BBLR adalah bayi yang lahir dengan
Universitas Sumatera Utara
berat badan kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan
ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pembagian
menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badan saja,tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants BBLR. Sedangkan pada
tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi
lahir, yaitu sebagai berikut : 1.
Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu 259 hari.
2. Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai 42 minggu 259-293 hari . 3.
Bayi lebih bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih 294 hari atau lebih .
BBLR sendiri dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : bayi dengan berat
badan lahir sangat rendah BBLSR yaitu dengan verat lahir 1.000-1.500 gram dan berat badan lahir amat sangat rendah BBLASR yaitu dengan berat lahir
kurang 1.000 gram. Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan prematur disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan usia kehamilan 38 minggu, tapi berat badan lahirnya lebih
kecil dibanding masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
20
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah BBLR diperkirakan 15 dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3-38 dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90 kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9 -30, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1-
17,2 . Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 . Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program
perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7.
21
2.2.3 Klasifikasi BBLR Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :
1. Menurut harapan hidupnya: a
Bayi berat lahir rendah BBLR berat lahir 1500-2500 gram b
Berat bayi lahir sangat rendah BBLSR berat lahir 1000-1500 gram c
Berat bayi lahir ekstrim rendah BBLER berat lahir 1000 gram 2. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas murni:
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan. Penyebabnya :
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor Ibu
a Penyakit : Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis, dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes mellitus,
infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b Usia : Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.
c Keadaan sosial ekonomi : Keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi
yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. 2 .Faktor janin
Hidramnion, kehamilan ganda umumnya akan menyebabkan kelahiran berat bayi lahir rendah BBLR.
Karakteristik Klinis : Berat badan bayi kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama
dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada
maturitas atau lamanya gestasi. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan imatur. Desensus
testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus dapat
terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu. Tulang rawan dalam daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas
daun telinga masih kurang. Jaringan mammae belum sempurna dan puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal
yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi
Universitas Sumatera Utara
lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat apnu. Otot masih hipotonik sehingga sikap selalu
dalam keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Tonic neck reflex biasanya lemah,
refleks Moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, demikian juga refleks batuk. Bayi yang kelaparan biasanya menangis, gelisah
dan aktifitas bertambah. Bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan
intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang menjadi lebih nyata dalam 24
– 48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi.
Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernafasan bervariasi sangat luas
terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi pernafasan terus meningkat atau selalu diatas 60 kalimenit, harus waspada
akan kemungkinan terjadinya membran hialin sindrom gangguan pernafasan idiopatik atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam hal ini penting
sekali melakukan pemeriksaan radiologi toraks. b. Dismaturitas:
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Gejala klinis :
Dismaturitas dapat terjadi preterm, term atau post term. Pada preterm akan tampak gejala fisis bayi prematur dan mungkin ditambah dengan gejala
dismaturitas. Karakteristik fisik bayi dismaturitas sama dengan bayi prematur dan ditambah dengan retardasi-pertumbuhan dan wasting. Pada bayi dismaturitas yang
term dan post term dengan gejala yang menonjol ialah wasting.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Greunwald 1997 mengatakan bahwa tidak semua kekurangan makanan pada janin diakibatkan oleh insufisiensi plasenta. Gejala insufisiensi
plasenta timbulnya bergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit. Defisit yang menyebabkan retardasi pertumbuhan biasanya berlangsung kronis.
Retardasi pertumbuhan yang kronis dapat menyebabkan fetal distress. Fetal distress dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
Fetal distress akut yaitu defisit atau fetal deprivation yang hanya mengakibatkan perinatal distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi
pertumbuhan. Fetal distress subakut yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukan
tanda wasting tetapi tidak terdapat retardasi pertumbuhan. Fetal distress kronis yaitu bila bayi jelas menunjukan retardasi
pertumbuhan.
22
2.2.4 Diagnosis BBLR Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untutk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR : a.
Umur Ibu b.
Riwayat hari pertama haid terakhir c.
Riwayat persalinan sebelumnya d.
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya e.
Kenaikan berat badan selama hamil f.
Aktivitas g.
Penyakit yang diderita selama hamil
Universitas Sumatera Utara
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai pada saaat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a. Berat badan
b. Tanda-tanda prematuritas pada bayi kurang bulan
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan bila bayi kecil untuk masa
kehamilan 3.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan Ballard Score
b. Shake test, dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah d.
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai umur 8 jam atau didapat diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
21
2.2.5 Penatalaksanaan umum pada BBLR
1 Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam inkubator. Suhu inkubator yang optimum yang diperlukan agar panas yang hilangdan
konsumsi oksigen terjadi miniml sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan seuhu tubuhnya sekitar 36,5-37
C. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaan
tertentu bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi memerlukan pleksiglas panas atau topi
maupun pakaian. Prosedur perawatan da pat dilakukan melalui “jendela” atau
“lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi kedalam inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4
C, untuk bayi dengan berat
Universitas Sumatera Utara
1,7kg dan 32,2 C untuk bayi yang lebih kecil.
2 Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan, menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang
sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI Air Susu Ibu merupakan pilihan pertama jika bayi mampsu mengisap. Permulaan cairan yang diberikan sekitar
200cckgBBhari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau
susu formula khusus bayi BBLR. Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusu untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus. Pada bayi inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur, atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik
pada sisi kananya. Sedangkan pada bayi yang lebih besar dapat diberi makan dalam posisi pangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan
mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol, makanan dapat diberikan melalui Naso Gatric Tube NGT.
3 Pencegahan infeksi
Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nasokomial. Rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin
serum pada bayi BBLR masih rendah. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi apapun. Digunakan masker dan baju khusus
dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, hidung, kulit tindakan aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan.
4 Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencermikan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
Universitas Sumatera Utara
5 Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O
2
yang diberikan sekitar 30-35 dengan menggunakan head box, konsentrasi O
2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
6 Pengawasan jalan nafas
Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apnu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya
diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir aspirasi lendir, dibaringkan pada posisi
miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindkaan ini gagal dilakukan ventilasi, intubasi endotrakeal dan pemberian
oksigen.
20
2.3 Hubungan Preeklampsia degan kejadian BBLR Menurut Behrman, preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya BBLR. Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsia dapat
menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin.
24
Menurut Kosim, jika preeklampsia terjadi pada akhir trimester kehamilan, pertumbuhan jantung, otak dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh,
sedangkan ukuran hati, limpa dan timus sangat berkurang. Keadaan klinis seperti ini merupakan gangguan pertumbuhan asimetri dan paling sering terjadi pada ibu
hamil yang menderita preeklampsia karena preeklampsia paling sering terjadi pada trimester akhir kehamilan. Namun jika retardasi pertumbuhan janin telah
terjadi sejak awal kehamilan, pertumbuhan otak dan tulang rangka pun terganggu. Hal ini merupakan gangguan pertumbuhan simetri dan seringkali berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan hasil akhir perkembangan saraf yang buruk.
24
Menurut Prawiroharjo, preeklampsia salah satu faktor risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat, BBLR, dismaturitas, prematuritas janin bahkan
terjadi intra uterine fetal death IUFD. Pada penderita preeklampsia, aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta. Plasenta yang
tidak baik akan berdampak pada gangguan pertumbuhan janin sehingga berat badan janin yang dilahirkan rendah. Preeklampsia juga dapat menyebabkan
peningkatan tonus uterus dan kepekaannya terhadap rangsang sehingga terjadi partus prematur.
25
Menurut Wijayarini, salah faktor predisposisi terjadinya BBLR adalah hipertensi. Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi serius trimester kedua-
ketiga dengan gejala klinis seperti edema, hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan diatas 20 minggu dan dapat terjadi antepartum,
intrapartum, dan pascapartum. Dengan terjadinya hipertensi, maka terjadi spasme pembuluh darah, sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta, maka sirkulasi
uteroplasenter akan terganggu, pasokan nutrisi dan O2 akan terganggu sehingga janin akan mengalami pertumbuhan janin yang terganggu dan bayi akan lahir
dengan berat bayi lahir rendah.
26
Menurut Michael, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen seperti
prostaglandin, tromboxan yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat sehingga menyebabkan BBLR bahkan kematian janin dalam
rahim.
27
Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena
pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karena
Universitas Sumatera Utara
buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir rendah.
28
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang