KESIMPULAN SARAN Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah pada Ibu yang Menderita Preeklampsia dan Tidak Menderita Preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah Pada Ibu Hamil Yang menderita Preeklampsia dan Tidak Menderita Preeklampsia Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 ”, dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah p=0,04. Ibu preeklampsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 17 orang 58,6 sedangkan ibu preeklampsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 12 orang 41,4. 2. Kejadian preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 adalah sebanyak 29 orang 34,9 dari 83 ibu yang melahirkan. 3. Kejadian tidak preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 adalah sebanyak 54 orang 65,1 dari 83 ibu yang melahirkan. 4. Kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 adalah sebanyak 36 bayi 43,4 dari 83 bayi yang dilahirkan.

6.2 SARAN

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti ingin mengungkapkan beberapa saran dan berharap saran ini dapat menjadi pertimbangan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dan berhubungan dengan penelitian ini. Adapun saran tersebut adalah : 1. Bagi Ibu Hamil a. Diharapkan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kesehatan tubuhnya. Hal ini didukung dengan cara melakukan pemeriksaan rutin Universitas Sumatera Utara pada saat hamil antenatal care. b. Jika terdapat gangguan atau ketidaknyamanan pada saat hamil, segera periksakan kepada dokter atau pelayanan kesehatan setempat untuk menghindari komplikasi dari kehamilan yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan baik bagi ibu maupun janin. 2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan a. Pada pelayanan antenatal care, agar pelayanan kesehatan primer dapat mendeteksi secara dini kejadian-kejadian preeklampsia sehingga ibu hamil tidak datang dengan kejadian preeklampsia yang berat ataupun sudah mencapai keadaan eklampsia. b. Penanganan yang tepat dan adekuat pada ibu hamil dengan preeklampsia untuk mengurangi kemungkinan komplikasi kehamilan termasuk berat bayi lahir rendah. c. Diharapkan kepada RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya bagian Obstetri dan Ginekologi agar memberikan perhatian yang paling maksimal pada saat menangani pasien preeklampsia yang melahirkan dan merawat bayi yang lahir terutama dengan berat lahir rendah untuk mencegah morbiditas maupun mortalitas pada ibu dan bayi. 3. Bagi Pemerintahan a. Diharapkan kepada pemerintah untuk memberikan fasilitas kesehatan yang mudah dicapai serta terjangkau dalam pelayanan kepada ibu hamil yang mungkin akan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi atau janin. b. Diharapkan pemerintah membuat program khusus yang mewajibkan ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya secara rutin. 4. Bagi Peneliti Diharapkan untuk penelitian selanjutnya yang mengambil judul dengan masalah yang sama dapat lebih menggali komplikasi-komplikasi lain yang diakibatkan penyakit kehamilan preeklampsia seperti kelahiran prematur, kematian janin, solusio plasenta dan lainnya. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia

2.1.1 Definisi

Preeklampsia adalah suatu sindrom khas kehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel. Terdapat beberapa manifestasi klinis dalam preeklampsia yaitu proteinuria dan hipertensi. Proteinuria di definisikan sebagai ekskresi protein dalam urin yang melebihi 300 mg dalam 24 jam, rasio protein : kreatinin urin ≥ 0,3, atau terdapatnya protein sebanyak 30 mgdL 1+ pada dipstick carik celup 1+ dalam sampel acak urin secara menetap. Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua di atas 20 minggu. Preeklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah ≥14090 mmHg, proteinuria,dan edema. 15

2.1.2 Epidemiologi

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3- 10, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5 dari semua kehamilan yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran. 5 kehamilan mengalami preeklampsia. Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes Mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeclampsia.Peningkatan kejadian preeklampsia pada usia 35 tahun mungkin disebabkan oleh karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa. 16 Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Etiologi

Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab dari penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menjelaskan tentang mengapa preeklampsia meningkat prevalensinya pada primigravida, hidramnion, kehamilan ganda dan mola hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab bertambahnya frekuensi preeklampsia dengan bertambahnya usia kehamilan, penyebab terjadinya perbaikan keadaan penderita setelah janin mati dalam kandungan, penyebab jarang timbul kembali preeklampsia pada kehamilan berikutnya dan penyebab timbulnya gejala-gejala seperti hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. 17

2.1.4 Patofisiologi Perubahan pokok yang terjadi pada preeklampsia adalah adanya spasme

pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen erteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh salah satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan proteinuria disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Patofisiologi preeklampsia lebih ditekankan ke arah disharmoni implantasi dan disfungsi jaringan endotel. Hasil akhir dari adanya disharmoni implantasi adalah melebarnya arteri spiralis yang tadinya tebal dan muskularis membentuk kantong yang elastis, bertahanan rendah dan aliran cepat, dan bebas dari kontrol neurovaskuler normal, sehingga memungkinkan arus darah yang adekuat untuk pemasokan oksigen dan nutrisi bagi janin. Sedangkan definisi difungsi endotel sendiri berarti berkurangnya sampai hilangnya kemampuan sel endotel dalam mengatur vasodilatasi. 18 Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Klasifikasi dan Diagnosis

Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. 1. Preeklampsia ringan, adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel dan disertai keadaan seperti berikut : a Tekanan darah 14090 mmHg , atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih pada usia kehamilan diatas 20 minggu dengan riwayat tekanan darah sebelumnya normal. b Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 grliter, kualitatif positif 1 atau 2 pada urine kateter atau midstream. c Edema lokal pada kaki, jari tangan dan muka, atau edema generalisata, serta kenaikan berat badan 1kgminggu. Pada kondisi yang lebih 
 berat pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu. 2. Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanana darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g24 jam dan disertai keadaan seperti berikut : a Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring. b Proteinuria lebih 5 g24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. c Oligouria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam. d Kenaikan kadar kreatinin plasma. e Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur. f Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen. g Edema paru-paru dan sianosis. Universitas Sumatera Utara h Hemolysis mikroangiopatik. i Trombositopenia berat : 100.000 selmm 3 atau penurunan trombosit dengan cepat. j Gangguan fungsi hepar kerusakan hepatoseluler : peningkatan kadar alanin aspartate aminotransferase. k Pertumbuhan janin terhambat. 15

2.1.6 Faktor Risiko

Preeklampsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Tetapi beberapa penelitian menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia, antara lain : 1. Faktor Genetik Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan, saudara perempuan, cucu perempuan, dari seorang ibu hamil, maka ia akan berisiko 2- 5 kali lebih tinggi mengalami preeklampsia dibandingkan bila riwayat tersebut terdapat pada ibu mertua atau saudara ipar perempuannya. 2. Faktor Umur Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang. Umur yang baik untuk hamil adalah 20-35 tahun. Wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia 35 tahun akan mempunyai risiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia. Terdapat peningkatan risiko terjadinya preeklampsia pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. 3. Faktor Usia Gestasi Preeklampsia paling sering ditemukan pada usia kehamilan di trimester kedua. Tapi ada penelitian menyatakan bahwa preeklampsia timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik. 
 Universitas Sumatera Utara 4. Faktor Indeks Masa Tubuh Sudah diketahui secara umum bahwa wanita obesitas mempunyai risiko mengalami preeklampsia 3 1⁄2 kali lebih tinggi dibandingkan 
 dengan wanita yang berat badannya ideal dan kurus. 5. Faktor Bayi Insidens preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal. 6. Faktor Ras Risiko preeklampsia ringan dihubungkan dengan ras kulit hitam, 
 namun untuk preeklampsia berat ras tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. 7. Faktor Riwayat Penyakit Peningkatan risiko preeklampsia eklampsia dapat terjadi pada ibu 
 yang memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat preeklampsiaeklampsia sebelumnya. 19

2.1.7 Manifestasi Klinis

Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklampsia. Masing- masing manifestasi menunjukkan keterlibatan berat suatu organ dan memerlukan perhatian segera :  Nyeri kepala dan skotomata diduga timbul akibat hiperfusis serebrovaskular yang memiliki predileksi pada lobus okspitalis. Menurut Sibai dan Zwart dkk, 50 –75 perempuan mengalamai nyeri kepala dan 20–30 diantaranya mengalami gangguan penglihatan yang mendahului kejang eklamptik. Nyeri kepala dapat ringan hingga berat, dan dapat intermitten atau konstan,  Kejang bersifat diagnostic untuk eklampsia.  Kebutaan jarang terjadi pada preeclampsia saja, tetai sering menjadi komplikasi pada kejang eklamptik, yaitu pada 15 perempuan. Kebutaan timbul hingga seminggu atau lebih setelah kelahiran.  Edema otak menyeluruh dapat timbul pada sindrom preeclampsia dan biasanya bermanifestasi sebagai perubahan status mental yang bervariasi dari Universitas Sumatera Utara kebingungan hingga koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena dapat menyebabkan herniasi supratentorial yang membahayakan jiwa. 15

2.1.8 Komplikasi Bila preeklampsia tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang

menjadi eklampsia yang mana tidak hanya dapat membahayakan ibunya tetapi juga janin dalam rahim ibu. Kemungkinan yang terberat adalah terjadinya kematian ibu dan janin, solusio plasenta, hipofibrinogemia, haemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, dan kelainan hati. Komplikasi-komplikasi potensial maternal meliputi Eklampsia, solusio plasenta, gagal ginjal, nekrosis hepar, rupture hepar, DIC, anemia hemolitik mikroangiopatik, perdarahan otak, edema paru dan pelepasan retina. Sedangkan komplikasi –komplikasi pada janin meliputi prematuritas, insufisiensi utero-plasental, retardasi pertumbuhan intrauterine, dan kematian janin intrauterine. 19

2.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya. 2.1.9.1 Preeklampsia Ringan Istirahat ditempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan Universitas Sumatera Utara walaupun janin masih prematur. 2.1.9.2. Preeklampsia Berat Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan larutan sulfas magnesikus 40 sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan sulfas magnesikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kalimenit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain sulfas magnesikus, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular. 17

2.1.10 Pencegahan

Berbagai strategi yang digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan preeklampsia telah dievaluasi. Beberapa poin menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologist ACOG pada tahun 2013 mengenai pencegahan preeclampsia : Manipulasi Diet : a. Diet rendah garam : Salah satu usaha penelitian pertama untuk mencegah preeklampsia adalah retriksi garam, tapi retriksi garam tidak efektif dalam mencegah preeclampsia. b. Suplementasi kalsium : Pemberian kalsium : 1.500 –2.000mghari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya preeklampsia, tetapi secara keseluruhan penelitian-penelitian menunjukkan bahwa suplementasi Universitas Sumatera Utara kalsium tidak memiliki manfaat kecuali perempuan tersebut memang kekurangan kalsium. c. Suplementasi minyak ikan d. Tirah baring atau pembatasan fisik lain tidak disarankan sebagai pencegahan primer preeklampsia dan komplikasinya. Agen Antitrombotik : Terdapat alasan-alasan teoritis yang cukup banyak untuk menduga bahwa agen antitrombotik dapat menurunkan preeklampsia. Karena preeclampsia ditandai oleh vasospasme, disfungsi sel endotel, dan aktivasi trombosit serta sistem koagulasi-hemostasis. a. Aspirin dosis rendah : Dalam dosis oral 50-150 mghari. Dimulai pada akhir trimester pertama disarankan pada wanita dengan riwayat eklampsia dan kelahiran preterm kurang dari 34 minggu atau preeklampsia pada lebih dari satu kehamilan sebelumnya. Aspirin secara efektif menghambat biosintesis tromboksan A2 dalam trombosit dengan efek minimal pada produksi prostasiklin vascular. Untuk wanita yang mendapatkan obat antitrombosit, risiko relatif preeclampsia menurun secara bermakna sebesar 10 untuk terjadinya preeclampsia. b. Aspirin dosis rendah plus heparin : Karena tingginya prevalensi lesi trombolitik plasenta pada preeklampsia berat, telah dilakukan beberapa penelitian observasional untuk mengevaluasi terapi heparin untuk wanita yang mengalami preeklampsia berat. Mereka melaporkan hasil akhir yang baik pada wanita yang mendapatkan heparin berberat molekul rendah ditambah aspirin dosis rendah dibandingkan pada wanita yang hanya mendapatkan aspirin dosis rendah saja. 15 2.2 Berat Bayi Lahir Rendah 2.2.1 Definisi