Pengawasan Pemberian Izin Travel Ibadah Haji

46 1. Telah memperoleh izin sebagai biro perjalanan wisata dari kementerianinstansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pariwisata; 2. Telah beroperasi paling singkat 2 dua tahun sebagai biro perjalanan wisata; 3. Memiliki kemampuan teknis untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah yang meliputi kemampuan sumber daya manusia, manajemen, serta sarana dan prasarana; 4. Memiliki kemampuan finansial untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah yang dibuktikan dengan jaminan bank; 5. Memiliki mitra biro penyelenggara Ibadah Umrah di Arab Saudi yang memperoleh izin resmi dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi; dan 6. Memiliki komitmen untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah sesuai dengan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh Menteri. Sedangkan untuk memperoleh izin sebagai PPIU:

E. Pengawasan Pemberian Izin Travel Ibadah Haji

Pengawasan secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi yang bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjan yang sudah diselesaikan apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Karena itu bukanlah dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah satu yang ber tetapi lebih diarahkan kepada upaya untuk melakukan koresi terhadap hasil kegiatan. Dengan demikian jika terjadi kesalahan atau penyimpangan-penyimpagan yang tidak sesuai dengan sasaran yang ingin Universitas Sumatera Utara 47 dicapai, maka segera diambil langkah-langkah yang dapat meluruskan kegiatan berikutnya sehingga terarah pelaksanaanya. Menurut Sule dan Saefullah mendefinisikan bahwa : ”Pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambialan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut ”. 48 Iman dan Siswandi mengemukakan bahwa pengawasan adalah sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. 49 Reksohadiprodjo mengemukakan bahwa:”Pengawasan merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana.” 50 Terry dan Leslie berpendapat bahwa : ”Pengawasan adalah dalam bentuk pemeriksaan untuk memastikan, bahwa apa yang sudah dikerjakan adalah juga dimaksudkan untuk membuat sang manajer waspada terhadap suatu persoalan potensial sebelum persoalan itu menjadi serius.” 51 48 Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, edisi pertama, cetakan pertama, Jakarta: Prenada Media, 2005, hal 317. 49 Siswandi dan Indra Iman, Aplikasi Manajemen Perusahaan, edisi kedua, Jakarta: Penerbit Mitra Wicana Media, 2009, hal 195. 50 Reksohadiprodjo, Sukanto, Dasar-dasar Manajemen, edisi keenam, cetakan kelima, Yogyakarta: BPFE, 2008, hal 63. 51 Terry, R, George dan Leslie W, Rue, Dasar-dasar Manajemen, edisi bahasa Indonesia, cetakan ketigabelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hal 232. Universitas Sumatera Utara 48 Sarwoto menyatakan bahwa : ” Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. 52 Fathoni mendefinisikan bahwa : ” Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan aparat atau unit bertindak atas nama pimpinan organisasi dan bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan organisasi untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan ”.Dari definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Kepentingannya tidak diragukan lagi seperti halnya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, karena pengawasan dapat menentukan apakah dalam proses pencapaian tujuan telah sesuai dengan apa yang direncanakan ataukah belum. 53 Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Menurut Situmorang dan Juhir maksud pengawasan adalah untuk : 1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak 2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru. 52 Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010, hal 94. 53 Fathoni Abdurrahmat, Organisasi dan Manajemen, cetakan pertama, Jakarta: Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal 30. Universitas Sumatera Utara 49 3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan. 4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program fase tingkat pelaksanaan seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak. 5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam planning, yaitu standard. 54 Menurut Rachman dalam Situmorang dan Juhir, juga mengemukakan tentang maksud pengawasan, yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan 2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan 3. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan- perubahan untuk memperbaiki serta. mencegah pengulangan kegiatan- kegiatan yang salah. 4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau 54 Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1994, hal 22. Universitas Sumatera Utara 50 tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi sehingga mampu diperbaiki ke arah yang lebih baik. 55 Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan : 1. Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan. 2. Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan- rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi. 3. Setelah kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan. 56 Sedangkan Situmorang dan Juhir mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah : 1. Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat kontrol sosial yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab. 2. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat. 55 Ibid. 56 Ibid., hal 337. Universitas Sumatera Utara 51 3. Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan, tumbuhnya budaya malu dalam diri masing-masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama. 57 Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Menurut Sule dan Saefullah ada empat tujuan pengawaqsan tersebut adalah adaptasi lingkungan, meminimumkan kegagalan, meminimumkan biaya, dan mengantisipasi kompleksitas dari organisasi. 1. Adaptasi lingkungan, adalah agar perusahaan dapat terus menerus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal. 2. Meminimumkan kegagalan, adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin. 3. Meminimumkan biaya, adalah ketiga perusahaan mengalami kegagalan. 4. Antisipasi komplesitas organisasi, adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks. 58 Menurut Siswandi mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah : 1. Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan hukum yang berlaku 2. Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi 3. Pencapaian tujuan dan sasaran yang yang telah ditetapkan oleh organisasi 57 Ibid. 58 Op.cit., Sule dan Saefullah, hal 318-319 Universitas Sumatera Utara 52 4. Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada di dalam organisasi 5. Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja aktual dengan standar serta menetapkan tingkat penyimpangan yang kemudian mencari solusi yang tepat. 59 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa pada pokoknya tujuan pengawasan adalah: 1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta instruksi- instruksi yang telah dibuat. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja. 3. Untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan, atau dengan kata lain disebut tindakan korekti Direktur Jenderal melakukan pengawasan penyelenggaraan lbadah Haji Khusus.2 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat l dapat bekerjasama dengan Asosiasi Penyelenggara Ibadah Haji Khusus selanjutnya disebut PIHK 3 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan di tanah air dan di Arab Saudi.4 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 21 mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.5 Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaporkan Kepada Menteri Pengaturan mengenai penyelenggaraan ibadah haji ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji 59 Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal 83 Universitas Sumatera Utara 53 yang pada intinya bertujuan untuk memberikan pelayanan yang maksimal untuk jamaah haji yang akan menunaikan ibadah haji seperti pelayanan akomodasi, transportasi, konsumsi, dan kesehatan. Hal tersebut harus dapat dilaksanakan oleh penyelenggara ibadah haji. Pada dasarnya undang-undang tersebut mempunyai tujuan yang utama yaitu memberikan pembinaan yang meliputi pembimbing, penyuluhan dan penerangan, pelayanan yang meliputi pelayanan administrasi, kesehatan dan akomodasi serta pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji dari Tanah Air ke Arab Saudi hingga kembali lagi ke Tanah Air. Terkait mengenai pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji maksudnya adalah bahwa jamaah haji memperoleh hak untuk diberangkatan dari Embarkasi di Tanah Air ke Arab Saudi dan dipulangkan kembali dari Debarkasi di Arab Suadi ke Tanah Air dengan alat pengangkutan yang memadai dan baik sehingga jamaah haji selamat dalam perjalanan menuju Tanah Air. Selain pembinaan dan pelayanan tersebut, jamaah haji berhak mendapatkan perlindungan yang meliputi keselamatan dan keamanan selama proses kegiatan ibadah haji. Akan tetapi, dengan hak-hak yang diperoleh konsumen tersebut dalam menunaikan ibadah haji, penulis dalam hal ini hanya mengkaji dan menitikberatkan pada hak jamaah haji yang berupa pembimbingan ibadah haji, akomodasi, konsumsi dan kesehatan. Penyelenggara ibadah haji khususnya di Indonesia terdiri dari dua pihak yaitu yang diselenggarakan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dan juga diselenggarakan oleh swasta yakni Biro Perjalanan haji dan Umrah yang berbentuk Yayasan atau Perseroan Terbatas PT. Maka dengan hal itu, jamaah Universitas Sumatera Utara 54 haji dapat memilih alternative tersebut untuk menunaikan ibadah haji melalui jasa yang diberikan oleh kedua penyelenggara ibadah haji tersebut. Pada hakikatnya manusia sejak lahir dapat dikatakan sebagai konsumen sampai dengan meninggal dunia. Berdasarkan hal tersebut, maka jamaah haji juga dapat dikatakan sebagai konsumen, karena menggunakan suatu jasa dari pelaku usaha dalam penyelenggaraan ibadah haji baik oleh Pemerintah maupun Biro jasa perjalanan haji dan umrah. Dalam perkembangan masyarakat yang semakin modern dan diiringi dengan perkembangan teknologi konsumen memiliki risiko yang lebih besar daripada pelaku usaha, dengan kata lain hak-hak konsumen sangat rentan. Disebabkan posisi tawar konsumen yang relatif lemah, maka hak- hak konsumen sangat riskan untuk dilanggar

F. Sanksi dalam Pemberian Izin Travel Ibadah Haji