35
AB
r r
r
AB
+ =
1 2
1
adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran measurement error.
Penggunaan pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai konsistensi pada objek dan data, apakah instrumen yang digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan
metode Internal Consistency dengan teknik belah dua dari Spearman Brown Split Half dengan rumus sebagai berikut Sumber: Sugiyono, 2009:186:
Dimana: r
1
= Reliabilitas internal seluruh instrumen r
AB
= Korelasi Product Moment Pearson antara item gaji Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran 2000: 312 yang
membagi tingkatan reliabilitas dengan Kriteria Reliabilitas sebagai berikut: Jika alpha atau r
hitung
: -
0,8 – 1,0 = Reliabilitas baik
- 0,6 – 0,799
= Reliabilitas diterima -
Kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik
3.7 Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Sugiyono 2004 : 62 “Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah jawaban sementara terhadap suatu masalah yang dimaksud
sebagai tuntunan dalam penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti adalah benar dan mencari jawaban sesungguhnya”.
Universitas Sumatera Utara
36
1 Uji Pengaruh Parsial Uji t
Dilakukan untuk mengetahui tingkat sigfikansi ketiga variabel secara parsial X
1
terhadap Y dan X
2
terhadap Y. Untuk uji signifikansi variabel X
1
, X
2,
dan Y, penulis melakukannya dengan membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
dengan taraf signifikansi
5 =
α .
2 Uji Pengaruh Serempak Uji F
Selanjutnya untuk melihat seberapa besar pengaruh disiplin X
1
dan motivasi X
2
yang secara bersamaan mempengaruhi kinerja Y dapat dilihat dari koefisien determinasi R
2
. Untuk melihat signifikansi pengaruh variabel disiplin X
1
dan motivasi X
2
secara simultan terhadap kinerja Y, penulis melakukannya dengan uji F dengan taraf signifikansi
5 =
α .
Apabila F
hitung
F
tabel
, maka terima H
1
dan tolak H ada signifikansinya,
berarti disiplin X
1
dan motivasi X
2
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel kinerja Y. Tetapi apabila F
hitung
F
tabel
, maka terima H dan tolak H
1
, ini berarti bahwa disiplin X
1
dan motivasi X
2
tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja Y atau bisa dikatakan tidak ada
signifikan.
3 Uji Pengaruh Dominan
Untuk pengaruh dominan dapat dilihat dari angka standaridized coefficient Beta
terbesar dari variabel yang diteliti, apakah Disiplin ataukah Motivasi
yang memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap Kinerja Karyawan. 4
Koefisien Determinasi R²
Setelah melakukan uji hipotesis dengan analisis regresi maka selanjutnya kita menghitung koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan
untuk mengetahui tinggi rendahnya pengaruh suatu variabel lainnya.
Universitas Sumatera Utara
37 Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi, Rumus
untuk koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
Koefisien determinasi = R²
3.8 Pengujian Hipotesis
Alat uji yang digunakan untuk menganalisis hipotesis dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda untuk menguji variabel bebas disiplin
dan motivasi terhadap variabel terikat kinerja karyawan. Analisis regresi linier berganda dipergunakan karena variabel terikat yang dicari dipengaruhi oleh lebih
dari satu variabel bebas atau variabel penjelas. Model persamaan yang digunakan menurut Sugiyono 2006:211 sebagai berikut:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ e
Dimana: Y
= Kinerja karyawan
X
1
= Disiplin
X
2
= Motivasi
a =
Konstanta b
1
, b
2
= Koefisien Regresi
e =
Tingkat Kesalahan error of term
Universitas Sumatera Utara
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PT. Kereta Api Indonesia Persero 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Kereta Api Persero
Perkeretaapian di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dalam perkembangannya terbagi dalam empat fase atau periode, adapun ke empat
fase tersebut sebagai berikut :
1. Zaman Kolonial Belanda
Penyelenggaraan kereta api di Indonesia dimulai pada tanggal 17 Juni 1868 dengan pemasangan lintas pertama yang lebih bersifat komersial di Semarang
Kemijen dengan pelaksanaannya oleh NISM Nederlands Indische Spoorwegh Maatschapy
, lintas yang ditempuh pada saat itu Jakarta sampai Surabaya. Pada tahun-tahun berikutnya dibuka angkutan umum lintas Semarang, Kedung Jati,
Gundih, Surakarta, Yogyakarta dan Lempungan, juga Bogor-Jakarta yang selanjutnya diambil alih oleh perusahaan Kereta Api SS Staart Spoorweg yang
kemudian dilanjutkan kelintas Bogor, Bandung, Sukabumi, Banjar, Yogyakarta dan Surabaya.
Setelah pemasangan lintas Semarang dan Surabaya, pemerintah mengizinkan modal swasta turut serta mengusahakan pengusaha perkeretaapian di
Indonesia. Jumlah perusahaannya 12 perusahaan yang pada umumnya bermotif komersil. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan lintas di Cilele dan Kotaraja
Banda Aceh yang digunakan untuk perang Aceh, serta pemasangan di Makassar dan Taktar. Menjelang berakhirnya pemerintahan Belanda, SS daerah Eksploitasi
dibagi menjadi SSGI Jawa Bagian Timur, SSWL Jawa Bagian Barat, Aceh
Universitas Sumatera Utara