xvii orientasi laba yang menjadi tujuan utama dari perusahaan. Perlu adanya
analisis yang tepat terutama pada volume produksi untuk menghindarkan kemungkinan perusahaan mengalami kerugian. Salah satu analisis yang bisa
digunakan yaitu analisis Break Even Point BEP. Dengan analisis BEP dapat diketahui titik impas produksi dari suatu perusahaan. Titik impas merupakan
titik yang menunjukkan keadaan dimana perusahaan tidak mengalami untung tetapi juga tidak mengalami rugi. Jika suatu tingkat produksi telah melampaui
titik impas maka usaha tersebut terhindar dari kerugian dan telah mampu mendatangkan keuntungan.
Menurut Riyanto dan Munawir 2001 : 159, break even dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasinya, perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi atau dengan kata lain penerimaan sama dengan biaya TR = TC. Tetapi analisa break even tidak hanya semata-
mata untuk mengetahui keadaan yang break even saja. Akan tetapi analisa break even
mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan serta hubungannya dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Dengan menggunakan metode dan teknik analisa break even akan dapat
ditentukan hubungan berbagai volume, biaya, harga jual, dan penjualan gabungan sales mix terhadap laba. Oleh karena itu, analisa break even juga
sering disebut Cost-Volume-Profit Analysis.
B. Perumusan Masalah
Salah satu cara atau metode yang digunakan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut dalam operasinya tidak mengalami
kerugian yaitu dengan menggunakan analisis titik impas break even point. Dari analisis tersebut dapat diketahui seberapa besar penjualan minimal yang
harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat menutup biaya total rata-rata. Dimana dalam perhitungannya memasukkan seluruh biaya, baik itu biaya
variabel maupun biaya tetap. Jika produksi dan penerimaan hanya mencapai titik break even menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan dalam kondisi
tidak untung tetapi juga tidak rugi. Keuntungan akan diperoleh perusahaan
xviii apabila penerimaan yang diperoleh lebih tinggi dari nilai perhitungan BEP
atau telah melampaui titik impas. Sedangkan perusahaan akan mengalami kerugian apabila jumlah produksi dan penerimaan tidak mampu melampaui
titik break even. Meskipun analisis impas merupakan konsep statis, namun penerapannya
pada situasi yang dinamis akan membantu manajemen dalam mengendalikan dan merencanakan operasi. Titik impas bukan merupakan tujuan utama yang
dicapai dari suatu manajemen, tetapi perhitungan analisis ini memberikan manfaat dalam penyajian informasi
kepada manajemen tentang batas minimal suatu produksi serta dampak perubahan biaya, pendapatan, volume terhadap
laba Rayburn, 1999 : 2. Pada dasarnya analisis BEP mempunyai dua penerapan yaitu sebagai
dasar perencanaan dan sebagai evaluasi. BEP sebagai dasar perencanaan maksudnya bahwa saat manajemen menghendaki tingkat keuntungan tertentu
pada periode mendatang, maka tingkat produksi minimal yang harus dicapai dapat dihitung dengan menggunakan analisis BEP tersebut. Sedangkan
analisis BEP sebagai evaluasi dimaksudkan untuk menilai kinerja suatu proses produksi pada periode yang telah lalu. Perhitungan analisis BEP tersebut dapat
diketahui kedudukan produksi suatu perusahaan yaitu di atas atau di bawah titik impasnya. Selain itu, dengan analisis BEP dapat pula diketahui suatu
rentan perubahan pada variabel jumlah produksi, biaya, dan harga yang nantinya akan menyebabkan perubahan keadaan yaitu dari keadaan untung
menjadi rugi atau dengan kata lain perubahan posisi dari posisi di atas titik impas menjadi posisi di bawah titik impas.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai titik impas produksi Break Even Point dan
sensitivitasnya terkait dengan perubahan volume penjualan, biaya produksi dan harga produk dari komoditas minyak pala di PT. Perkebunan Nusantara
IX Persero Kebun Ngobo Semarang. Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
xix 1. Apakah produksi dan penerimaan minyak pala di PT. Perkebunan
Nusantara IX Persero Kebun Ngobo Semarang telah melampaui titik impasBreak Even Point BEP pada tahun 2004-2008?
2. Bagaimana sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan yang didapat dari komoditas minyak pala di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo
Semarang jika terjadi perubahan kenaikan atau penurunan volume penjualan, biaya produksi, serta harga jual dari minyak pala?
C. Tujuan Penelitian