10
2.2 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut tertentu.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut Depkes RI, 2000 yaitu:
A. Cara dingin 1. Maserasi
Maserasiadalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakanpelarutdengan
sesekali pengadukanpadatemperaturkamar.
Remaserasi berarti dilakukanpengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringanmaseratpertamadanseterusnya.
2. Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator
dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh perkolat.
B. Cara panas 1. Refluks
Refluksadalah proses penyariansimplisiadenganpelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Digesti
Digesti adalah proses penyarian simplisia dengan pengadukankontinu pada temperatur lebihtinggidaritemperatur kamar, yaitu40-50°C.
Universitas Sumatera Utara
11
3. Sokletasi Sokletasiadalah proses penyarian menggunakanpelarut yang selalubaru
yang umumnya dilakukandenganmenggunakanalatsokletsehingga terjadi ekstraksi kontinudengan jumlah pelarutrelatif konstandenganadanyapendinginbalik.
4. Infudasi Infudasiadalah proses penyarian denganpelarut air padatemperatur 90°C
selama 15 menit. 5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur90°C selama 30 menit.
2.3 Uraian Kimia 2.3.1 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen yang terletak dalam sistem siklik yang mempunyai aktivitas
fisiologi yang dapat digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak berwarna, sering sekali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar Harborne, 1987. Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam pemeriksaan senyawa
kimia untuk mendeteksi golongan senyawa alkaloid sebagai pereaksi pengendapan adalah pereaksi Mayer, Bouchardat dan Dragendorff Depkes RI,
1995.
Universitas Sumatera Utara
12
2.3.2 Glikosida
Glikosida adalah senyawa organik yang bila dihidrolisis menghasilkan satu atau lebih gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula yang disebut
aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida adalah glukosa. Secara kimia dan fisiologi, glikosida alam cenderung dibedakan berdasarkan bagian
aglikonnya Robinson, 1995.
Menurut Farnsworth 1996, berdasarkan hubungan ikatan antara aglikon dan glikon, glikosida dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1. Tipe O-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom O,
contoh: salicin. 2.
Tipe S-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom S, contoh: sinigrin.
3. Tipe N-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom N,
contoh: visin dan krotonosid. 4.
Tipe C-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom C, contoh: aloin.
2.3.3 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpenoid dan sterol Harborne, 1987. Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun
bahasa Latin sapo berarti sabun. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi
yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah, dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan. Beberapa saponin bekerja
sebagai antimikroba. Saponin merupakan senyawa berasa pahit dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir Robinson, 1995.
Universitas Sumatera Utara
13
2.3.4 SteroidTriterpenoid
Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren. Senyawa steroid dahulu dianggap sebagai
senyawa satwa yaitu sebagai hormon kelamin, asam empedu dan lain-lain. Salah satu estrogen hewan adalah esteron. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintetis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang relatif rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka
berupa senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Triterpenoid dapat dibagi atas 4 golongan senyawa yaitu triterpen
sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung Harborne, 1987. Pembagian triterpenoid berdasarkan jumlah cincin yang terdapat pada
struktur molekulnya Robinson, 1995 yaitu: a.
Triterpenoid asiklik, yaitu triterpenoid yang tidak mempunyai cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contoh: skualen.
b. Triterpenoid trisiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai tiga cincin tertutup
dalam cincin molekulnya, contoh: ambrein. c.
Triterpenoid tetrasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai empat cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contoh: lanosterol.
d. Triterpenoid pentasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai lima cincin
tertutup dalam cincin molekulnya, contoh: α –amirin.Struktur steroid dan
sistem penomorannya dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar 2.2Struktur dasar steroid
Sumber : Robinson, 1995
2.4Kromatografi
Kromatografi adalah suatu proses pemisahan berdasarkan perbedaan perpindahan dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase yaitu fase
diam dapat berupa zat cair atau zat padat dan fase gerak dapat berupa gas atau zat cair. Kromatografi serapan dikenal jika fase diam berupa zat padat, jika zat
cair dikenal sebagai kromatografi partisi Sastrohamidjojo, 1985. Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-
senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri di antara fase gerak dan fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap
senyawa yang lain Sastrohamidjojo, 1985.
2.4.1 Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis KLT merupakan bentuk kromatografi planar, dimana fase diamnnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar
yang didukung oleh lempeng kaca, lempeng aluminium atau lempeng plastik Gandjar dan Rohman, 2007. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang
ditotolkan baik berupa bercak ataupun pita. Setelah plat atau lapisan dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase
Universitas Sumatera Utara
15
gerak, pemisahan terjadi selama perambatan kapiler pengembangan. Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan Stahl, 1985.
a. PenyerapFase diam KLT
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan Penyerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam maka semakin baik kinerja KLT. Penyerap yang paling sering digunakan adalah silika dan
serbuk selulosa Gandjar dan Rohman, 2007. b.
Fase gerak pada KLT Fase gerak yang digunakan pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi
lebih sering dengan mencoba-coba. Biasanya fase gerak yang digunakan berisi dua campuran pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat
mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Fase gerak yang digunakan harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi
sehingga dapat memberikan pemisahan yang baik Gandjar dan Rohman, 2007. c.
Harga Rf Rf atau faktor retardasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak
yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak. Nilai Rf ini terkait dengan faktor perlambatan dan nilai ini bukanlah suatu nilai fisika absolut
untuk suatu komponen, meskipun demikian dengan pengendalian kondisi KLT secara hati-hati, nilai Rf dapat digunakan sebagai cara identifikasi untuk kualitatif.
Nilai maksimum Rf adalah 1 dan nilai minimumnya adalah 0 Sastrohamidjojo, 1985.
Rf = Jarak yang ditempuh solut
Jarak yang ditempuh fase gerak
Universitas Sumatera Utara
16
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya, tebal dan
keterataan dari lapisan penyerap, pelarut dan derajat kemurniannya, derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana, teknik percobaan, jumlah cuplikan
yang digunakan, suhu dan kesetimbangan Sastrohamidjojo, 1985.
2.4.2 Kromatografi lapis tipis preparatif
Kromatografi lapis tipis KLT preparatif merupakan salah satu metodepemisahan dengan menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan Penyerap
yangsering dipakai adalah 0,5-2 mm. Plat kromatografi biasanya berukuran 20 x 20 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi
jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. Penyerapyang paling umumdigunakan adalah silika gel. Penotolan cuplikan dilakukan dengan
melarutkancuplikan dalam sedikit pelarut.Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita.Penotolan
dapat dilakukan dengan pipet tetapi lebih baik dengan penotol otomatis. Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan dalam bejana kaca yang dapat
menampung beberapa plat. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan kertas saring yang diletakkan berdiri disekeliling permukaan
bagian dalam bejana Hostettmann, dkk., 1995.
2.4.3 KLT dua arah
KLT duaarahatau KLT duadimensiinibertujuanuntukmeningkatkanresolusisampelketikakomponen-
komponensolutmempunyaikarakteristikkimiayang hampirsama, karenanilaiRfjugahampirsama, selainituduasistemfasegerak yang
Universitas Sumatera Utara
17
sangatberbedadapatdigunakansecaraberurutanpadasuatucampurantertentusehingga memungkinkanuntukmelakukanpemisahananalit yang
mempunyaitingkatpolaritas yang hampirsama Gandjar dan Rohman, 2007. Cuplikan ditotolkan pada satu sudut lapisan yang berbentuk bujur sangkar
dan dikembangkan dengan satu sistem pelarut sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar dengan salah satu sisi. Plat diangkat, dikeringkan,
diputar 90 derajat, lalu diletakkan di dalam sistem pelarut yang kedua sehingga bercak yang terpisah pada pengembangan pertama terdapat di sepanjang bagian
bawah plat. Komponen yang terpisah bercak biasanya terdapat dimana saja pada lapisan Gritter, dkk., 1991.
2.5 Spektrofotometri 2.5.1 Spektrofotometri sinar ultraviolet UV