38
Gambar 4.4 Kromatogram hasil KLT dua arah dari isolat murni
Keterangan: Fase diam silika gel 60 F
254
, fase gerak I = n-heksana-etilasetat 80:20, fase gerak II = benzen-etilasetat 80:20 , penampak bercak
Liebermann–Burchard, tp = titik pentotolan, bp1 = batas pengembangan 1, bp2 = batas pengembangan 2, A1= arah
pengembangan pertama, A2 = arah pengembangan kedua.
4.8 Identifikasi Isolat Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Isolat murni diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet dan hasil spektrofotometri ultraviolet isolat menunjukkan absorbsi pada panjang gelombang
maksimum 206,2 nm yang disebabkan oleh adanya gugus kromofor. Spektrofotometri ultraviolet dapat memberikan keterangan mengenai gugus
kromofor, yaitu semua gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak Gandjar, 2007.Spektrum ultraviolet
tp A1
bp 1 bp 2
A2
Universitas Sumatera Utara
39
dari isolat murni spongeChalinula spdapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5Spektrum ultraviolet dari isolat murni sponge Chalinula sp
4.9 Identifikasi Isolat Secara Spektrofotometri Inframerah
Hasil spektrofotometriinframerah isolat menunjukkan pita serapan yang melebar pada bilangan gelombang 3437,15 cm
-1
menunjukkan adanya gugus -OH, bilangan gelombang 2920,23 cm
-1
dan 2850,79 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C- H alifatik, bilangan gelombang 2357,01 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C ≡Cdan
bilangan gelombang 1639,49 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C=C. Serapan pada bilangan gelombang 1462,04 cm
-1
menunjukkan adanya gugus metilen CH
2
dan bilangangelombang 1099,43 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C-O Day dan Underwood, 2002. Serapan pada bilangan gelombang 972,12 cm
-1
, 798,53 cm
-1
dan 563,21 cm
-1
adalah serapan tekukan C-H keluar bidang dan bilangan gelombang 470,63 cm
-1
adalah tekukan C-C keluar bidang yang digolongkan A
bs or
ba ns
i
Panjang gelombang nm
Universitas Sumatera Utara
40
dalam daerah sidik jari Silverstein, dkk., 1986. Berdasarkan data spektrum inframerah tersebut, adanya serapan pada
bilangan gelombang 3000 cm
-1
menunjukkan adanya gugus –OH, serapan pada bilangan gelombang 2920,23 cm
-1
dan 2850,79 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C- H alifatikdan serapan pada bilangan gelombang 1462,04 cm
-1
menunjukkan adanya gugus metilen CH
2
yang khas untuk golongan senyawa triterpenoid Suriani, dkk., 2012. Berdasarkan data diatas dan hasil studi literatur golongan
senyawa triterpenoid maka diduga isolat tersebut adalah golongan senyawa triterpenoid. Spektrum Inframerahdari isolat murni sponge Chalinula sp dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
Bilangan gelombang 1cm
Gambar 4.6Spektrum inframerah dari isolat murni sponge Chalinula sp
Universitas Sumatera Utara
41
Hasil identifikasi isolat secara spektrofotometer inframerah dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3Hasil analisis spektrum inframerah
No Bilangan gelombang cm
-1
Gugus fungsi 1
3437,15 -OH
2 2920,23 dan 2850,79
CH-alifatik 3
2357,01 C
≡C 4
1639,49 C=C
5 1462,04
-CH
2
6 1099,43
C-O 7
972,12; 798,53 dan 563,21 Tekukan C-H keluar bidang
8 470,63
Tekukan C-C keluar bidang
Isolat yang diperoleh merupakan golongan senyawa kimia triterpenoid yang diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet untuk mengetahui panjang
gelombang maksimum dan spektrofotometri inframerah untuk mengetahui gugus fungsi dan daerah sidik jari finger print,maka agar dapat menentukan struktur
kimianya perlu dilakukan elusidasi struktur secara spektrometri massa dan spektrometri NMR dari golongan senyawa triterpenoid yang terdapat didalam
ekstrak n-heksan sponge Chalinula sp dan dapat dilakukan uji aktivitas farmakologis dari ektrak n-heksan sponge Chalinula sp.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Karakterisasi simplisia sponge Chalinula sp dapat dilakukan sesuai yang
tercantum pada Materia Medika Indonesia dan hasil yang diperoleh yaitu kadar air 3,33, kadar sari larut air 14,51, kadar sari larut etanol
19,35,kadar abu total30,87 dan kadar abu tidak larut asam5,06.
b. Golongan senyawa kimia yang terdapat di dalam sponge Chalinula sp
adalah steroidtriterpenoid, alkaloid, glikosida dan saponin.
c. Senyawa steroidtriterpenoid di dalam sponge Chalinula sp dapat diisolasi
dan diidentifikasi secara spektrofometri ultraviolet dan inframerah. Isolat diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet memberikan panjang
gelombang maksimum 206,2 nm dan hasil pengukuran secara spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus fungsi -OH, CH-
alifatik, C ≡C, C=C, -CH
2
, C-O, tekukan C-H keluar bidang dan tekukan C-C keluar bidang, maka isolat yang diperoleh termasuk golongan
senyawa triterpenoid.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan elusidasi struktur senyawa steroidtriterpenoid secara spektrometri massa dan spektrometri NMR
serta menguji aktivitas farmakologis dari ekstrak n-heksan sponge Chalinula sp yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Hewan 2.1.1 Habitat Sponge
Sponge merupakan biota laut dari filum porifera yang hidup pada ekosistem terumbu karang. Habitat sponge umumnya menempel pada pasir, batu-
batuan dan karang-karang mati Amir dan Budiyanto, 1996. Sponge kelas Demospongiae dari bangsa Haplosclerida seperti sponge marga Chalinula tersebar
di seluruh dunia, dari Indo-Pasifik sampai Karibia Suparno, 2005. Sponge jenis Chalinula sp terdapat di Indonesia salah satunya di daerah Sibolga, Tapanuli
Tengah provinsi Sumatera Utara. Sponge jenis Chalinula sp hidup pada kedalaman 1-6 m dari permukaan laut Ilan dan Loya, 1990.
2.1.2 Morfologi Sponge
Bentuk luar sponge sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Sponge yang berada pada lingkungan terbuka, berombak besar, dangkal dan terkena sinar
matahari cenderung berukuran pendek, merambat dan memiliki kisaran warna yang gelap hingga terang seperti coklat, abu-abu, ungu, biru, jingga dan kuning.
Sponge yang hidup pada perairan yang lebih dalam, berarus tenang dan tidak terkena sinar matahari pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi serta
warnanya pucat Amir dan Budiyanto, 1996. Sponge Chalinula sp dari bangsa Haplosclerida yang terdapat di daerah
Sibolga, Tapanuli Tengah provinsi Sumatera Utara memiliki bentuk tubuh bercabang, berpori, konsistensi lunak dan berwarna ungu kecoklatan. Morfologi
sponge Chalinula sp ini hampir sama dengan morfologi sponge Chalinula molitba dari bangsa Haplosclerida yang berasal dari Kepulauan Bahamas Karibia, San
Universitas Sumatera Utara
5
Salvador yaitu memiliki bentuk tubuh bercabang, berpori tetapi berwarna ungu menyala. Jenis sponge lainnya yang juga berasal dari bangsa Haplosclerida adalah
Haliclona Grant, 1836 yang diperoleh dari daerah Sulawesi. Sponge Haliclona Grant memiliki bentuk tubuh bercabang, pipih, berpori, konsistensi lunak dan
berwarna jingga Ilan dan Loya, 1990. Di dalam tubuh sponge terdapat rongga yang disebut spongocoel. Pada
permukaan tubuh terdapat lubang-lubang atau pori-pori yang merupakan lubang air masuk ke spongocoel, untuk akhirnya keluar melalui osculum Suwignyo,
dkk., 2005. Pada dasarnya dinding tubuh sponge terdiri atas tiga lapisan Suwignyo,
dkk., 2005 yaitu: 1.
Pinacocyte atau pinacoderm Pinacocyte berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam. Bagian sel
pinacocyte dapat berkontraksi atau berkerut sehingga seluruh tubuh hewan dapat membesar dan mengecil.
2. Mesohyl atau Mesoglea
Mesohyl terdiri dari zat semacam agar gelatinous protein matrix dan mengandung sel amebocyte. Sel amebocyte mempunyai banyak fungsi, antara lain
sebagai cadangan makanan, membuang partikel sisa metabolisme dan berperan dalam proses reproduksi yaitu sebagai pembawa sperma menuju sel telur dalam
mesohyl. 3.
Choanocyte Choanocyte yang melapisi spongocoel. Bentuk choanocyte agak lonjong,
ujung yang satu melekat pada mesohyl dan ujung yang lain berada di spongocoel.
Universitas Sumatera Utara
6
Berdasarkan sistem aliran air, bentuk tubuh porifera dibagi menjadi tigatipe Suwignyo, dkk., 2005yaitu:
1. Asconoid Asconoid merupakan bentuk yang paling primitif, menyerupai vas bunga.
Pori-pori atau lubang air masuk merupakan saluran yang berbentuk tabung, memanjang dari permukaan tubuh sampai spongocoel keluar melalui osculum.
2. Syconoid Dinding tubuh melipat secara horizontal sehingga potongan melintangnya
seperti jari-jari. Lipatan dalam menghasilkan sejumlah besar kantung yang dilapisi coanocyte, sedangkan lipatan luar sebagai saluran air masuk.
3. Tipe Leuconoid
Tipe ini merupakan tipe saluran air yang rumitkompleks, memiliki banyak lipatan-lipatan membentuk rongga kecil sehingga menyebabkan bentuknya
menjadi tak beraturan, banyak terdapat choanocyte-choanocyte pada rongga. Air masuk melalui pori yang bercabang-cabang dan keluar melalui osculum.
Tubuh sponge yang lunak dapat berdiri karena ditunjang oleh sejumlah besar spikula kecil serta serat organik yang berfungsi sebagai kerangka. Spikula
berasal dari CaCO
3
dan silikat
.
Bentuk spikula bermacam-macam, seperti monaxon berbentuk seperti jarum, lurus atau melengkung, tetraxon berbentuk
empat percabangan, polyaxon berbentuk banyak percabangan dan berbentuk serat atau benang-benang spongin Suwignyo, dkk.,2005.
Sponge umumnya memilki satu atau lebih dari satu bentuk spikula, sehingga perlu adanya pengamatan yang rinci tentang bentuk-bentuk mikroskopis dari
setiap spikula yang dikandungnya. Untuk pengujian spikula tertentu dapat menggunakan “scanning electron microscope” Amir dan Budiyanto, 1996.
Universitas Sumatera Utara
7
Tipe spikula dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tipe spikula
Keterangan: 1 dan 7. Monaxon; 2. Triod; 3 dan 6. Polyaxon; 4. Tetraxon; 5. Anchor ; 8. Benang-benang spongin.
Sumber: Amir dan Budiyanto, 1996.
Berdasarkan ukuran, spikula dibedakan menjadi mikrosklera yang berukuran kecil dan megasklera yang berukuran empat sampai lima kali ukuran
mikrosklera Suwignyo, dkk.,2005. Megasklera berperan untuk membentuk tubuh sponge dan perkembangan
struktur internal. Mikrosklera berperan dalam membentuk kelompok antara kumpulan megaklera yang tersebar pada permukaan atau membran internal.
Ukuran, bentuk dan susunan dari masing-masing spikula yang dikandung oleh hewan sponge sangat berguna untuk menentukan klasifikasi, bentuk dan nama
dari megasklera dan mikrosklera Amir dan Budiyanto, 1996.
2.1.3 Reproduksi Sponge
Reproduksi sponge dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan cara pembentukan tunas atau gamul
gammules. Gamul terbentuk dari sekumpulan archeocyte berisi cadangan
8
Universitas Sumatera Utara
8
makanan dikelilingi amebocyte yang membentuklapisan luar yang keras berupa cangkang yang mengandung spikula yang akan melakukan diferensiasi menjadi
beberapa tipe sel yang diperlukan untuk tumbuh menjadi sponge kecil Suwignyo, dkk., 2005.
Reproduksi secara seksual terjadi pada sponge yang hermaprodit maupun gonokoris. Kebanyakan porifera adalah hermaprodit, namun sel telur dan sperma
diproduksi dalam waktu yang berbeda. Sperma dan sel telur dihasilkan oleh amebocyte. Sperma keluar dari tubuh induk melalui osculum bersama dengan
aliran air dan masuk ke sponge lain melalui ostium juga bersama aliran air. Dalam spongocoel, sperma akan masuk ke amebocyte. Sel amebocyte berfungsi sebagai
pembawa sperma menuju sel telur dalam mesohyl, kemudian sperma dan sel telur akan melebur dan terjadilah pembuahan fertilisasi. Perkembangan embrio
sampai menjadi larva berflagela masih di dalam mesohyl. Larva berflagela keluar dari mesohyl dan bersama dengan aliran air keluar dari tubuh induk melalui
osculum. Larva berflagela berenang bebas lalu menempel pada substrat dan berkembang menjadi sponge muda yang akhirnya tumbuh menjadi sponge dewasa
Suwignyo, dkk., 2005. Reproduksi sponge jenis Chalinula sp terjadi secara seksual yaitu hermaprodit Ilan dan Loya, 1990.
2.1.4 Klasifikasi sponge
Filum Porifera yang dibagi dalam 3 kelas Pechenik, 2005 yaitu: 1. Kelas Hexactinellida
Sponge ini dikenal sebagai sponge gelas, memiliki tipe aliran air syconoid. Spikula terdiri dari silikat dan tidak mengandung spongin. Spikulanya berbentuk
bidang triaxon, dimana masing-masing bidang terdapat dua jari-jari. Sponge dari kelas ini belum banyak dikenal, karena sulit mendapatkannya.
Universitas Sumatera Utara
9
2. Kelas Calcarea
Spikula sponge ini hanya tersusun dari kalsium karbonat dan tidak mengandung spongin, memiliki tipe aliran air asconoid, syconoid dan leuconoid,
tetapi pada akhirnya hanya tipe aliran asconoid yang banyak ditemukan pada sponge kelas calcarea. Sebagian besar dari kelas ini bentuknya kecil-kecil dan
berwarna keabu-abuan dan ada beberapa jenis yang berwarna kuning, pink atau hijau. Beberapa jenis sponge ini yang umum adalah Sycon gelatinosum berbentuk
silinder berwarna coklat muda. 3. Kelas Demospongiae
Demospongiae merupakan kelas terluas setidaknya terdapat 80 dari semua jenis sponge, memiliki tipe aliran air leuconoid. Spikula jenis sponge
kelas ini mengandung serat spongin atau silikat tetapi tidak mengandung kalsium karbonat. Pada umumnya spikula berbentuk monoakson atau tetraxon.
2.1.5 Sistematika sponge Chalinula sp
Sistematikasponge Chalinula sp Ilan dan Loya, 1990 sebagai berikut: Kingdom
: Animalia Filum
: Porifera Kelas
: Demospongiae Ordo
: Haplosclerida Famili
: Chalinidae Genus
: Chalinula Spesies
: Chalinula sp
Universitas Sumatera Utara
10
2.2 Metode Ekstraksi