Pupuk pelet TINJAUAN PUSTAKA

tidak menimbulkan debu, dapat mencegah terjadinya segresi, mencegah overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak, serta memperbaiki penampilan dan kemasan produk Menurut Ni Wayan, 2015. Selain itu kompos yang berbentuk pelet memiliki beberapa kelebihan yang mampu menutupi kekurangan dari kompos berbasis kotoran sapi yang berbentuk curah, yaitu: a. Efektif dalam model transportasi jarak jauh dan penyimpanan. Hal ini dikarenakan terjadinya pengurangan volum yang signifikan setelah proses pelletizing. Volum pelet berukuran 5 mm menjadi 50-80 dari volume awal. b. Dapat diaplikasikan di dekat pemukiman penduduk karena kompos berbentuk pelet tidak menghasilkan atau menimbulkan debu. c. Proses peluruhan kompos pelet lebih lama dibandingkan dengan kompos curah slow release. Oleh karena itu, jika kompos yang digunakan belum matang maka efek terhadap tanaman akibat dari dekomposisi material organik yang mudah terdekomposisi akan terbatasi. Proses peluruhan yang lebih lama atau bertahap ini juga mencegah over dosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak fertilizer burn. d. Kompos pelet mengalami peluruhan dan melepaskan nitrogen nitrat beberapa minggu setelah kompos curah. Hal ini membuat kondisi anaerobik dipertahankan dalam pelet sehingga nitrifikasi meningkat. Agar pupuk organik granul atau pelet tidak mudah larut dan hancur maka perlu ditambah bahan perekat. Penggunaan bahan perekat bertujuan untuk meningkatkan kekompakan granul sehingga granul tidak mudah hancur dan keras. Perekat yang biasa digunakan sebagai campuran dapat berupa perekat alami dan buatan. Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai sifat rekat yang baik sehingga dapat memperbaiki sifat fisik maupun kimia, selain itu perekat mudah ditemukan, dan dengan harga yang terjangkau. Menurut Suriadikarta dan Setyorini, 2006 dalam Krishna 2015, Secara fisik, pupuk organik dapat dibedakan dalam bentuk curah dan pelet. Pupuk organik dalam bentuk curah memiliki beberapa kekurangan, antara lain lebih cepat kering dan mudah tersapu oleh hembusan angin sehingga sulit untuk diaplikasikan. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pupuk curah tersebut adalah dengan membuat pupuk organik dalam bentuk pelet. Pupuk dalam bentuk pelet dapat mengurangi overdosis tanaman, memperbaiki penampilan dan kemasan produk. Pupuk dalam bentuk pelet memiliki kelebihan, yaitu dapat mereduksi volume sampai 50-80 dan juga mereduksi debu sehingga lebih mudah diangkut untuk jarak jauh. Namun, pupuk organik dalam bentuk pelet memiliki beberapa kelemahan yang antara lain mudah pecah dan hancur. Kelemahan ini dapat diatasi dengan menambahkan bahan perekat dalam pembuatan pelet. Menurut penelitian Agus Ruhnayat 2015 pemberian pupuk organik pelet sebanyak 15 tonhektar memberikan peningkatan pertubuhan, hasil panen dan mutu tanaman sedangkan pemberian pupuk organik dalam bentuk cair hanya memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman. Didukung oleh penelitian Phrasetyo 2011 dalam Lia 2015 pemberian pupuk organik dikobinasikan dengan pupuk urea sebanyak 18,75 tonha dapat meningkatkan pertumbuhan hasil tanaman, sehingga dari hasil penelitian diduga semakin meningkatnya dosis akan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan maupun hasil tanaman jagung. Menurut Isroi 2009 dalam Lia 2015, pembuatan pupuk dalam bentuk pelet dilakukan untuk memudahkan aplikasi, memudahkan transportasi pupuk dan mengurangi biaya tranportasi. Pupuk berbentuk pelet juga lebih mudah ditaburkan dari pada bentuk curah.

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah imbangan pupuk N 60 kghektar, P 30 tonhektar, K 15 kghektar + kompos kotoran sapi 20 tonhektar akan menghasilkan pertumbuhan dan hasil jagung terbaik. 19

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari 2016 – Juli 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu tanah Regosol, tanah lempung, kotoran sapi, benih jagung, benih jagung BISI-18. Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah polybag, mesin pencetak pelet, sekop, cangkul, karung goni, timbangan elektrik, mistar, leaf area meter, green moisture meter.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode percobaan dengan rancangan percobaan faktor tunggal yang disusun dalam rancangan acak lengkap RAL. Faktor yang diujikan yaitu imbangan dosis pupuk kompos kotoran sapi dan NPK yang dipeletkan terdiri dari 6 perlakuan yaitu P1 : Pupuk N 60 kghektar ; P 30 kghektar ; K 15 kghektar + kompos kotoran sapi 15 ton hektar bentuk pelet. P2 : Pupuk N 80 kghektar ; P 40 kghektar ; K 20 kghektar + kompos kotoran sapi 20 tonhektar bentuk pelet. P3 : Pupuk N 100 kghektar ; P 50 kghektar ; K 25 kghektar + kompos kotoran sapi 25 ton hektar bentuk pelet. P4 : Pupuk N 60 kghektar ; P 30 kghektar ; K 15 kghektar + kompos kotoran sapi 15 tonhektar bentuk bentuk non pelet.