Kualitas sedimen dan fraksi sedimen Pengukuran Morfometri Cangkang dan Bobot Tubuh Potensi Reproduksi

19 ditentukan dari arah darat ke laut. Penempatan transek kwadrat di lapangan disajikan pada Gambar 9. Gambar 9. Contoh penempatan transek kwadrat di lokasi penelitian b. Kualitas air Pengukuran kualitas air dilakukan dengan dua cara yaitu secara insitu dan pengukuran di laboratorium. Pengukuran secara insitu dilakukan dengan cara mengambil contoh air pada masing-masing stasiun pengamatan. Parameter kualitas air yang diukur di lapangan meliputi suhu, oksigen terlarut DO, pH, salinitas, dan turbiditas, sedangkan kandungan bahan organik total diukur di laboratorium dengan mengambil contoh air yang selanjutnya dianalisis di P2O-LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

c. Kualitas sedimen dan fraksi sedimen

Contoh sedimen diambil pada stasiun yang sama dengan pengambilan contoh air. Sedimen diambil kurang lebih 500 gram dengan menggunakan Ekman Grab dan dimasukkan ke dalam plastik serta disimpan dalam cool box. Sampel sedimen selanjutnya dianalisis di P2O-LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Darat U Transek kuadrat Transek garis Laut 20

d. Pengukuran Morfometri Cangkang dan Bobot Tubuh

Pengukuran morfometrik siput dilakukan memakai caliper dengan ketelitian 1,00 mm, mengikuti metode Bailey dan Green 1988, terhadap karakter-karakter: 1 panjang cangkang Pc, Panjang cangkang diukur dari ujung anterior ke ujung posterior cangkang Sedangkan pengukuran terhadap bobot tubuh dilakukan dengan menggunakan timbangan OHAUS Precision Plus , dengan ketelitian 0,001 gr. Penimbangan dilakukan meliputi berat total siput, cangkang dan daging baik basah maupun kering. Selanjutnya bobot cangkang tanpa daging ditimbang begitu juga dengan bobot daging tanpa cangkang bobot tegumen ditimbang.

e. Potensi Reproduksi

• Nisbah Kelamin • Tingkat Kematangan Gonad • Indeks Kematangan Gonad • Fekunditas Untuk mengamati jumlah koloni telur yang dihasilkan di alam dilakukan pengamatan secara berkala setiap bulannya dengan menggunakan pengembangan metode manta tow yang diadopsi dari English et al 1994, dengan bantuan long boat bermesin tempel 15 PK. Garis transek sebanyak dua buah dipasang sejajar dengan garis pantai pada kedalaman 1,5 m dan 2 m. Pada salah satu sisi perahu diletakan sebilah kayu dengan posisi melintang sebagai tempat berpegangan bagi pengamat. Pencacahan koloni telur yang menggunakan hand counter dilakukan saat perahu bermotor mulai bergerak dengan kecepatan konstan 3-5 kmjam menyusuri sepanjang garis transek. Luas areal daerah sapuan + 1.000 m 2 . Pencacahan koloni telur dilakukan dengan cara menyelusuri garis transek yang sejajar dengan garis pantai. Untuk mengetahui rata-rata jumlah telur yang 21 dihasilkan oleh seekor induk betina dalam satu koloni, maka dilakukan koleksi beberapa koloni telur untuk dihitung jumlahnya menggunakan metode gravimetri Effendie, 1979. 3.4. Analisa Data 3.4.1. Karakteristik Habitat Siput Gonggong