33
sekitarnya dan kecepatan arus. Kandungan bahan organik terlarut pada masing- masing stasiun menunjukkan nilai yang bervariasi.
4.3. Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Sedimen
Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air terhadap stasiun pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama. Menurut Legendre
dan Legendre 1983, untuk mendeterminasi distribusi karakteristik fisik kimia
perairan antar stasiun pengamatan, digunakan Analisis Komponen Utama Principal Component Analisis, PCA . Analisis Komponen Utama digunakan
karena parameter lingkungan perairan lebih tepat dalam menerangkan ordinasi. Data parameter lingkungan yang dianalisis mempunyai unit pengukuran yang
berbeda, maka sebelum dilakukan Analisis Komponen Utama terlebih dahulu dilakukan pemusatan dan pereduksian terhadap data. Hasil dari analisis matriks
korelasi data fisika kimia perairan menunjukkan bahwa kontribusi dua komponen utama terhadap ragam total mencapai 68,606 dari ragam total, sedangkan
kontribusi tiga komponen utama terhadap ragam total mencapai 80,499 dari ragam total. Sebagian besar informasi terpusat pada sumbu 1 dan 2 dimana
masing-masing sumbu menjelaskan 39,851 dan 28,756 dari ragam total, sedangkan sumbu 3 memberikan kontribusi 11,893 dari ragam total. Nilai akar
ciri eigenvalue dari ketiga komponen secara berurutan adalah 3,895; 2,876; dan 1,189. Hasi analisis pada Lampiran 2.
Diagram lingkaran korelasi parameter biofisik kimia lingkungan, pada sumbu 1 dan 2 Gambar 1a, sumbu 1 menunjukkan parameter pH berkorelasi
positif terhadap, DO dan temperatur, tetapi berkorelasi negatif dengan kedalaman dan tanah liat liat. Pada sumbu 2, salinitas berkorelasi posistif dengan lumpur
dan TOM, tetapi berkorelasi negatif dengan salinitas dan substrat pasir. Pada sumbu 1 dan sumbu 3 Gambar 10 a,b, sumbu 1 menunjukkan parameter DO
berkorelasi positif terhadap temperatur, pH dan substrat pasir. Dan berkorelasi negatif dengan TOM, liat dan kedalaman, sedangkan pada sumbu 3 variabel
temperatur berkorelasi positif dengan pH, DO dan pasir.
34
Gambar 10.a,b. Diagram lingkaran korelasi antara parameter fisik kimia
lingkungan pada sumbu 1 dan 2, serta sumbu 1 dan 3.
Gambar 10c,d. Diagram representasi sebaran stasiun penelitian berdasarkan parameter fisik kimia lingkungan pada sumbu 1 dan 2, serta
sumbu 1 dan 3.
Ket : tmp= temperatur pH= pH DO = oksigen terlarut sal = salinitas
Kkrh= kekeruhan lmpr = lumpur kpdtn= kepadatan liat = liat kdlm = kedalaman psr = pasir
TOM = total kandungan organik
Adanya korelasi negatif antara DO pada sumbu pertama positif dengan liat pada sumbu pertama negatif, menunjukan bahwa semakin banyak kandungan
tanah liatnya, maka kandungan oksigennya akan sedikit, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya korelasi diantara parameter-parameter tersebut
Sebaran stasiun penelitian berdasarkan parameter biofisik-kimia lingkungan pada sumbu 1 dan 2 Gambar 10c membentuk 3 kelompok individu, yang
masing-masingnya memiliki karakteristik biofisik-kimia yang
berbeda.
35
Kelompok I terdiri atas stasiun 3 dan 4 serta stasiun13 dan stasiun 14 yang dicirikan dengan temperatur, pH dan substrat pasir serta DO. Kelompok II terdiri
atas stasiun 8,10 dan stasiun 11 dan 12 yang dicirikan dengan kekeruhan, TOM dan lumpur yang tinggi. Dan kelompok III yang terdiri atas stasiun 1,2 stasiun
5,6,7 dan stasiun 9 yang dicirikan dengan kedalaman, salinitas dan liat yang tinggi.
Pada sumbu 1 dan 3, sebaran stasiun membentuk 3 kelompok individu, yang masing-masing memiliki karakteristik biofisik kimia berbeda. Kelompok I terdiri
atas stasiun 2,3, dan stasiun 4, serta stasiun 13 dan stasiun 14 yang dicirikan oleh kandungan oksigen terlarut, temperatur, pH dan substrat pasir yang tinggi.
Kelompok II terdiri atas stasiun 2, 7 dan stasiun 9 serta stasiun 10 dicirikan oleh salinitas, TOM, liat dan lumpur, sedangkan kelompok III terdiri atas stasiun 1, 5
dan 6 serta stasiun 11 dan stasiun 12 dicirikan oleh kedalaman dan kekeruhan.
4.3.1. Distribusi Spasial Siput Gonggong Berdasarkan Kelas Ukuran dan Jenis Kelamin
Pengelompokan titik-titik pengamatan dari hasil analisis berdasarkan kelas ukuran terdiri atas tiga kelompok yang mempunyai keterkaitan yang erat antara
siput gonggong dengan stasiun pengamatan Gambar 11Lampiran 3.
Gambar 11. Diagam analisis koresponden keterkaitan stasiun pengamatan
dengan modalitas ukuran dan jenis kelamin siput gonggong pada sumbu 1 dan 2.
36
Hasil analisis memperlihatkan siput gonggong kelompok A ukuran 20,39 mm-38,53 mm banyak terdapat di stasiun 2 dan stasiun 3 yang dicirikan
temperatur, DO, pH dan kandungan substrat pasir yang tinggi, diduga pasir dijadikan areal perlindungan bagi anakan gongong, yang pada fase veliger
mempunyai velum yang bersilia, kaki, mata dan tentakel. Stasiun 5 yang dicirikan dengan kedalaman dan kekeruhan yang tinggi diperkirakan merupakan
lokasi yang disenangi siput gonggong dikarenakan kondisi perairan yang demikian dapat melindungi larva-larva veliger dari serangan musuh. Menurut
Barnes 1994, sesaat setelah menetas larva veliger berenang bebas merupakan saat-saat paling kritis dan stadium veliger disenangi ikan sebagai makannya.
Kelompok B ukuran 38,54 mm-56,68 mm banyak terdapat di stasiun 4, 6 dan stasiun 13 serta stasiun 14, sedangkan kelompok C ukuran 56,69 mm-74,83 mm
dan kelompok D ukuran 74,89 mm-92,98 mm banyak terdapat di stasiun 1,2,7 dan stasiun 8,9 serta stasiun 10 dan stasiun 11.
Kelompok C dan kelompok D merupakan kelompok yang berukuran besar dan jenis kelaminnya sudah terlihat jelas, dengan kondisi lingkungan di stasiun
ini sesuai dengan persyaratan hidup dari siput gonggong selain itu pada stasiun- stasiun ini diperkirakan banyak terdapat makanan hasil limpahan dari teluk bagian
dalam yang merupakan muara dari dua sungai yang cukup besar. Amini 1986 menyatakan, siput gonggong banyak terdapat di perairan pantai dengan dasar
pasir berlumpur dan kondisi perairan dimana banyak ditemukan rumput laut, sedangkan Dody 2009, menyatakan siput gonggong yang hidup diperairan pulau
Bangka banyak ditemukan pada substrat pasir berlumpur.
37
4.3.2. Distribusi Spasial Siput Gonggong Berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad
Gambar 12. Diagram analisis koresponden keterkaitan stasiun pengamatan dengan tingkat kematangan gonad pada sumbu 1 dan 2.
Hasil pengukuran Gambar 12 memperlihatkan distribusi spasial siput gonggong dengan tingkat kematangan gonad pada TKG 0, banyak dijumpai di
stasiun 1,2 dan stasiun 3 serta di stasiun 5 yang dicirikan dengan kandungan oksigen tinggi, kekeruhan, kedalaman dan temperatur, pH dan substrat pasir.
Kondisi lingkungan yang stabil sangat diperlukan oleh gonggong berukuran kecil, gonggong termasuk organisme yang sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Menurut Menurut Basmi 2000 suhu berperan penting dalam proses metabolisme dan laju fotosintesis organisme fitoplankton yang merupakan salah satu makanan
bagi hewan bentos Tingkat kematangan gonad TKG I banyak dijumpai pada stasiun 4,6 dan
stasiun 8, Stasiun 11 serta stasiun 13 dan stasiun 14 yang dicirikan oleh temperatur, DO, pH dan pasir juga salinitas, TOM, lumpur dan liat serta
kedalaman dan kekeruhan, melimpahnya siput gonggong yang masih memiliki tingkat kematangan gonad I TKG I menunjukkan bahwa siput gonggong yang
masih muda memerlukan kondisi lingkungan yang memenuhi syarat untuk hidup
38
antara lain temperatur yang stabil, DO yang tinggi, lumpur tempat berkamuflase menghindar dari predator. Lingkungan juga merupakan tempat tumbuh dan
berkembang baik individu maupun populasinya. Pada stasiun 7,9 dan 10 serta stasiun 12 yang karakteristik lingkungannya mencirikan salinitas, TOM, lumpur
dan liat serta kedalaman dan tingkat kekeruhan yang tinggi banyak ditemukan siput gonggong yang memasuki tingkat kematangan gonad empat TKG IV.
Lokasi ini diperkirakan sebagai lokasi untuk mendapatkan makanan dan sekaligus lokasi pertemuan gonggong dewasa untuk melakukan pemijahan.
Pengelompokan stasiun penelitian berdasarkan karakteristik habitat, stasiun penelitian tersebar di sepanjang pantai Timur dan Barat Teluk Klabat
dengan masing-masing terdiri atas 6 stasiun berada di Timur dicirikan oleh nilai temperatur, pasir, salinitas dan pH hal ini sesuai dengan pengamatan dilapangan,
tekstur sedimen memang menjadi faktor pembatas utama bagi penyebaran siput gonggong pada habitatnya. Siput gonggong jarang ditemukan pada substrat yang
didominasi oleh pasir. Di pantai bagian Barat terdapat 8 stasiun, merupakan stasiun-stasiun yang berada di rataan pantai yang sangat lebar yang dicirikan
dengan tingginya lumpur, TOM dan nilai kekeruhan. Tingginya nilai-nilai variabel ini diduga dipengaruhi oleh aliran dari sungai
dan laut yang membawa material bahan organik serta adanya proses pengadukan dari kedua massa air tersebut serta terjadinya pengendapan dirataan sangat luas
yang merupakan ciri topografi di daerah tersebut.
4.4. Kepadatan dan Pola Penyebaran Populasi Siput Gonggong 4.4.1. Kepadatan Populasi