Pola Sebaran Sebaran Spasial dan Potensi Reproduksi Populasi Siput Gonggong (Strombus turturela) di Teluk Klabat Bangka Belitung

23 Semakin kecil jarak Euclidean antara dua stasiun, maka semakin mirip karakteristik fisika kimia air dan substrat antar kedua stasiun tersebut dan sebaliknya semakin besar jarak Eclidean antara dua stasiun, maka semakin berbeda karakteristik karaktersitik fisika kimia air dan substrat kedua stasiun tersebut.

3.4.2. Kepadatan dan Pola Distribusi Populasi a.

Kepadatan Populasi Kepadatan populasi menunjukkan rataan individu suatu jenis siput perpetak dari seluruh contoh yang diamati, yaitu menggunakan rumus: D = ∑Xi n dengan: ∑Xi = jumlah total individu siput n = luas seluruh petak contoh

b. Pola Sebaran

Pola penyebaran siput gonggong dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Indeks Morisita Id. Indeks ini tidak dipengaruhi oleh luas petak pengamatan dan sangat baik untuk membandingkan pola pemencaran populasi Brower et al, 1990. Rumus yang dipergunakan adalah: 1 2 − − ∑ = N N N x n Id dengan: Id = indeks distribusi Morisita N = jumlah total seluruh individu n = jumlah seluruh petak pengamatan ∑x 2 Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut: = jumlah individu jenis i per petak. Id 1, distribusi individu cenderung acak Id = 1, distribusi individu bersifat merata Id 1, distribusi individu cenderung berkelompok.

3.4.3. Pengelompokan Stasiun Penelitian Berdasarkan Karakteristik Habitat.

24 Sebaran jenis, ukuran siput gonggong berdasarkan karakteristik biofisik dianalisa menggunakan metode Corespondence Analysis CA Legendre Legendre, 1983; Foucart, 1985; Bengen, 1998. Analisis ini didasarkan pada matriks data yang terdiri atas I baris stasiun pengamatan dan J kolom jenis siput gonggong dengan kelas ukuran tertentu dimana pada perpotongan baris I dan kolom J ditemukan kelimpahan siput gonggong. Matriks ini merupakan tabel kontingensi stasiun pengamatan dan modalitas jenis siput gonggong berdasarkan kelas ukuran. Pada tabel kontingensi, I dan J mempunyai peranan yang simetris, membandingkan unsur-unsur I untuk tiap J sama dengan membandingkan hukum probabilitas bersyarat yang diestimasi dari nijni. Untuk masing-masing nijnj, dengan ni = ∑ nij jumlah subjek I yang memiliki semua karakter j dan nj = ∑ nij jumlah jawaban karakter j. Pengukuran kemiripan antar dua unsur I 1 dan I 2 d dari I dilakukan melalui pengukuran jarak khikuadrat dengan rumus: 2 i,i’ = ∑ XijXi – Xi’j Xi’ 2 dengan: Xi = Jumlah baris I untuk semua kolom J Xj Xj = Jumlah kolom J untuk semua baris I

3.4.4. Morfometrik

Analisis hubungan morfometrik antara panjang cangkang dengan lebar dan tinggi cangkang siput gonggong adalah: P = a + bL P = a + T L = a + T b b

3.4.5. Hubungan panjang –Berat

Pola pertumbuhan siput dapat diketahui melalui hubungan panjang cangkang dengan bobot tubuh siput berat basah yang dianalisis melalui hubungan persamaan regresi kuasa power regresion sebagai berikut Ricker, 1975: W = aL b atau Log W = log a + b log L 25 jumlah siput betina jantan Jumlah seluruh sampel dimana : W = berat basah gr L = panjang cangkang mm a dan b = konstanta Untuk menguji apakah konstanta b sama dengan 3 atau tidak isometrik atau allometrik dilakukan uji t. Persamaan diatas juga dilakukan terhadap jenis kelamin. 3.4.6. Potensi Reproduksi 3.4.6.1. Nisbah Kelamin Nisbah kelamin dianalisa dengan cara membandingkan jenis siput betina dan jantan secara keseluruhan dikalikan dengan 100 . Nisbah kelamin = x 100 Untuk membandingkan apakah siput jantan dan betina seimbang atau tidak maka dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat Sugiono, 2001. Dimana : X 2 F = Chi-Kuadrat o F = Frekuensi yang diobservasi h = Frekuensi harapan

3.4.6.2. Fekunditas

Fekunditas didapat dengan metode gabungan Effendie, 2002 sebagai berikut : Dimana : ∑ − − = k i h h f f f X 1 2 Q X x V x G F = 26 2 pi X X X M k ∑ − + = [ ]       − − ∑ ± 1 96 , 1 2 ni qi pi X m F = Jumlah total telur butir G = Berat gonad total gram V = Volume pengenceran cc X = Jumlah telur sebagian butir Q = Berat gonad sebagian gr Pengamatan fekunditas bertujuan untuk mengetahui potensi reproduksi siput gonggong yang dilakukan hanya pada individu betina dan waktu yang diamati hanya bulan Mei, Juni dan bulan Juli. Pengamatan dilapangan dilakukan dengan cara menyelusuri garis transek yang sejajar dengan garis pantai dan pengambilan sampel telur dilakukan hanya tiga 3 transek disetiap stasiunnya. Untuk mengetahui rata-rata jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina dalam satu koloni, maka dilakukan koleksi beberapa koloni telur untuk dihitung jumlahnya menggunakan metode gravimetri Effendie, 1979.

3.4.6.3. Tingkat Kematangan Gonad

Penentuan TKG secara morfologi dari ikan sampel dilakukan berdasarkan petunjuk Cassie dalam Effendie 1979. Untuk menentukan pertama kali matang gonad pada ikan dapat diduga dengan menggunakan metode Spearman – Karber Udupa, 1986 dalam Omar, 2004 sebagai berikut : Jika ά = 0,05 maka batas-batas kepercayaan 95 dari m adalah : Antilog Dimana : M = Logaritma panjang ikan pada saat pertama kali matang gonad X k X = Selisih logaritma nilai tengah = Logaritma nilai tengah kelas panjang pada saat semua ikan 100 sudah matang gonad 27 100 x w wg GSI = Pi = Proporsi ikan matang gonad pada kelas ke – i pi = rini Ri = Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke – i Ni = Jumlah ikan pada kelas ke – i qi = 1 – pi, panjang ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah M = antilog m. Untuk mengetahui rata-rata jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina dalam satu koloni, maka dilakukan koleksi beberapa koloni telur untuk dihitung jumlahnya menggunakan metode gravimetri Effendie, 1979.

3.4.6.4. Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad sering disebut juga “koefisien kematangan” atau index of maturity. Namun yang banyak dipakai adalah Gonado Somatics Indeks GSI yang gunakan untuk mengukur aktivitas gonad Effendie, 2002 dengan rumus sebagai berikut: Dimana : GSI = Gonado somatics indeksindeks kematangan gonad Wg = berat gonad gram W = Berat tubuh ikan gram 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Habitat Siput Gonggong

Teluk Klabat memiliki bentuk yang cukup unik, seolah-olah terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar melebar di tengah menyempit, dimana terletak pelabuhan Blinyu dan bagian dalamnya melebar lagi Gambar 7. Lokasi penelitian berada di teluk bagian luar yang dibagi menjadi dua bagian sisi, bagian Barat dan bagian Timur. Kondisi perairan pada saat pengambilan sampel dalam kondisi surut terendah, Lokasi Timur stasiun 1– 6, memiliki hamparan pantai pasir yang relatif pendek dengan substrat dasar perairan, berpasir. Lokasi Barat stasiun 7- 14 hamparan pantai pasir yang sangat panjang luas dengan substrat dasar perairan, pasir berlumpur.

4.2. Karakteristik Fisik dan Kimia Perairan