1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati biotik dan komponen nir-hayati abiotik yang dibutuhkan
oleh manusia untuk hidup dan meningkatkan mutu kehidupan. Komponen hayati dan nir-hayati secara fungsional berhubungan satu sama lain dan saling
berinetraksi membentuk suatu sistem Bengen, 2004. Teluk Klabat yang terletak di bagian utara pulau Bangka termasuk
didalam Kabupaten Bangka Induk, memiliki bentuk yang cukup unik seolah-olah terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar melebar yang berhadapan langsung
dengan laut lepas laut Natuna, dimana karakteristik perairannya masih dipengaruhi oleh krakteristik lautan. Di bagian tengahnya menyempit dimana
terdapat pelabuhan Blinyu dan bagian dalam teluk Klabat melebar lagi, tempat bermuaranya dua sungai yang cukup besar yaitu Sungai Layar dan Sungai Antan.
Kedua sungai tersebut ditumbuhi hutan mangrove yang cukup lebat. Dilihat dari segi bahari, hutan mangrove mempunyai arti yang sangat
penting, berbagai jenis hewan laut hidup dikawasan ini atau sangat bergantung pada ekosistem hutan mangrove. Perairan mangrove dikenal berfungsi sebagai
tempat asuhan nursery ground bagi berbagai jenis hewan aquatik yang mempunyai nilai ekonomi penting, seperti ikan, udang, kerang-kerangan Macnae,
1974. Sumbangan terpenting hutan mangrove terhadap ekosistem pesisir adalah lewat daun yang gugur. Luruhan daun mangrove merupakan sumber bahan
organik penting dalam rantai makanan dilingkungan perairan yang mencapai 7-8 tontahun. Daun yang gugur kedalam air segera menjadi bahan makanan bagi
berbagai biota laut, atau dihancurkan lebih dahulu oleh kegiatan bakteri dan fungi jamur. Hancuran bahan organik kemudian menjadi bahan makanan penting bagi
cacing, krustase dan hewan-hewan inipun menjadi makanan bagi hewan-hewan lain yang lebih besar dan seterusnya Head dan Odum, 1972.
2
Pemanfaatan sumberdaya di daerah pesisir cukup intensif mengingat lokasi ini sangat mudah di akses oleh masyarakat. Masyarakat yang mendiami
daerah pesisir sangat bergantung pada sumberdaya yang ada disekitarnya sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan protein hewani dari laut yang juga dapat
dijadikan sebagai salah satu komoditi yang bernilai ekonomis. Salah satu komponen hayati pesisir yang memiliki potensi protein hewani yang tinggi adalah
Siput Gonggong Strombus turturella, yang termasuk dalam kelas Gastropoda, merupakan kelas terbesar dalam filum Moluska. Organisme ini berperan baik
dalam proses mineralisasi, pendaur ulangan bahan organic, maupun sebagai salah satu sumber makanan bagi organisme konsumen yang lebih tinggi. Menurut
Barnes 1994, anakan Strombidae merupakan makanan bagi anak-anak ikan yang bersifat karnivor. Dan terutama sifat organisme ini yang cukup sensitip terhadap
perubahan lingkungan. Selanjutnya menurut Amini dkk 1987, Siput Gonggong Strombidae
merupakan salah satu biota pesisir yang memiliki daya rekruitmen yang relatif terbatas dan rentan terhadap degradasi habitat, dimana lambat laun akan
mengalami penurunan populasi akibat dari eksploitasi yang kontinyu, serta pengrusakan habitat yang terus berlangsung. Pertimbangan lainnya, Gastropoda
siput gonggong merupakan organisme yang menetap dikawasan pasang-surut, keberadaannya dapat memberikan gambaran kondisi lingkungan kawasan tempat
hidupnya habitat. Jumlah dan jenisnya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan kawasan pasang-surut.
Indikasi terhadap penurunan jumlah populasi siput Gonggong mulai dirasakan oleh nelayan setempat dengan semakin berkurangnya hasil tangkapan
mereka serta ukuran siput yang semakin mengecil. Jika hal ini dibiarkan terus berlangsung akan berakibat punahnya biota tersebut dan berimplikasi terhadap
kegiatan perekonomian setempat. Kearifan tradisional yang diterapkan selama ini terhadap penyelamatan sumberdaya laut tanpa didasari dengan hasil kajian ilmiah,
tidak akan banyak membantu. Mengingat tingkat eksploitasi yang terjadi telah melebihi daya dukung lingkungan yang ada, untuk itu diperlukan daerah
pengambilan dan ukuran siput yang dimaksudkan agar populasi siput dapat
3
dipertahankan secara lestari. Upaya pengaturan pemanfaatan siput gonggong yang baik memerlukan informasi dasar mengenai Tingkat Kematangan Gonad
TKG dan preferensi habitatnya di alam. Dengan demikian, penelitian Bioekologi siput gonggong terutama yang berkaitan dengan sebaran ukuran, populasi dan
kematangan gonad perlu dilakukan agar dapat memberikan masukan dalam penataan dan pengaturan pemanfaatan siput gonggong.
1.2. Perumusan masalah