JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2017, I 1:1-14
Pembuktian perjanjian asuransi diatur dalam Pasal 258 WvK yang dibedakan 2 tahapan :
23
a. Jangka waktu yang terletak di antara diadakannya perjanjian itu dengan dibuatnya polis atau fase sebelum polis dibuat; dan
b. Jangka waktu setelah diadakannya polis. Pertama, mengenai cara bagaimana harus dibuktikan perjanjian asuransi itu, diatur di dalam Pasal 258 ayat 1
dan ayat 2 WvK. Tentunya di dalam keadaan sebelum polis itu dibuat, pembuktian mungkin sekali sangat dibutuhkan apabila misalnya evenement, yaitu peristiwa yang tidak tentu sudah terjadi.
Kedua, tentang pembuktian yang perlu dalam periode setelah penyerahan polis. Dalam periode tahap ini alat bukti yang sangat terpenting ialah tulisan atau surat dan permulaan pembuktian dengan surat. Baik mengenai diadakannya
perjanjian asuransi maupun tentang janji-janji khusus hanya dapat dibuktikan dengan alat bukti surat. Maksud yang utama dalam alat bukti surat tentunya polis, namun dibolehkan menggunakan alat-alat bukti lainnya.
Pokok utama dalam penutupan asuransi antara penanggung dan tertanggung terletak pada lahirnya kesepakatan para pihak. Kesepakatan yang terbentuk baik langsung maupun melalui telemarketing tersebut akan dituangkan dalam
perjanjian asuransi. Pembuktian penutupan asuransi dilakukan secara bertahap, sebelum dan sesudah polis terbit dan diserahkan. Sehingga kekuatan pembuktian materiil pula bertahap. Mengingat materi muatan dalam perjanjian
asuransi hanya pada pokok-pokok intinya saja, maka dikatakan bukti permulaan saja.
3. Ratio Decidendi Putusan Mahkamah Agung RI No. 86.KPdt2012 yang menolak Permohonan Kasasi
Pemohon Pada dasarnya, ratio decidendi merupakan suatu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai
pada putusannya. Secara konseptual pengertian Ratio Decidendi adalah “the principle or rule of law on which a court’s decision is founded” prinsip atau aturan hukum dimana pengadilan menemukan keputusannya.
24
3.1 Pertimbangan Judex Facti
e
tentang Perjanjian Asuransi yang lahir secara Telemarketing
Salah satu formulasi putusan pengadilan yang harus dan wajib ada ialah pertimbangan hukum. Suatu pertimbangan hukum dapatlah dikatakan sebagai jiwa dan intisari putusan yang berisi analisis, argumentasi , pendapat
atau penarikan kesimpulan hukum dari majelis hakim. Dalam pertimbangan hukum, hakim selalu berpijak pada gugatan yang tuntutannya terbaca dalam petitum
permohonan. Menurut Pasal 1865 BW, para pihak diberi kesempatan membuktikan dalil-dalilinya actori incumbit probatio. Setelah proses pembuktian selesai, hakim dalam pertim-bangan hukum berpijak pada ketentuan pasal-pasal
dalam peraturan perundang-undangan, kebiasaan, yurisprudensi atau doktrin hukum. Pertimbangan hakim harus memuat pertim-bangan hukum legal reasoning akurat dan tepat sebagai acuan
putusannya. Sebagai perwujudan hakim dalam putusan harus menggali fakta-fakta sosial di masyarakat social fact kemudian menjadikannya sebagai fakta hukum legal fact.
Pengadilan yang memeriksa apabila belum mengetahui sepenuhnya apa yang terjadi dan terdapat berbagai kesalahan-kesalahan diluar pokok perkara sebelum pemeriksaan dilakukan, tergugat diberikan hak untuk mengajukan
suatu eksepsi atau tangkisan atas gugatan yang ditujukan kepadanya. Biasanya eksepsi diajukan bersama-sama dengan jawaban tergugat sehingga memudahkan hakim untuk memeriksa keduanya.
Eksepsi yang diajukan oleh Para Tergugat ada 2 dua. Pada Tergugat I in casu lebih tepat dikategorikan sebagai eksepsi van beraad karena gugatan Penggugat Prematur belum saatnya diajukan. Dan pada Tergugat II dikategorikan
eksepsi peremtoir karena gugatan Penggugat kaburtidak jelas obscuur libel. Oleh karena itu, Tergugat I meminta kepada majelis hakim agar gugatan Penggugat tidak diterima. Mengacu pada alasan-alasan Para Tergugat dan
berdasarkan pertimbangan hukum, majelis hakim telah memutuskan yang pada pokoknya menyatakan bahwa “menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, maka majelis berpendapat eksepsi dari Tergugat
I dan Tergugat II harus ditolak.”
Pada saat persidangan, Penggugat mengakui telah menandatangani sebuah formulir yang disodorkan oleh Tergugat II yang pada hakikatnya adalah suatu persetujuan perjanjian asuransi unit link dan dibenarkan dalam
pertimbangan hukum hakim Pengadilan Negeri Medan Yang ternyata menurut Penggugat hal tersebut sangat bertolak belakang dengan apa yang ditawarkan melalui telepon. Oleh karena itu, baik Tergugat I dan Tergugat II mengajukan
jawaban atas dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat dibarengi eksepsi.
Hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara melalui proses peradilan, tidak hanya berfungsi memimpin jalannya persidangan, akan tetapi hakim juga berfungsi bahkan berkewajiban mencari dan menemukan hukum materiil
23
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 2000, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 62.
24
Bryan A. Garner, 2004, Black’s Law Dictionary, Eight Edition, St. Paul Miwn: West, a Thomson Business, hal. 1290.
JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2017, I 1:1-14
yang akan diterapkan untuk memutuskan perkara. Adapun hakim dalam memutuskan perkara yang diputuskan adalah setiap petitum atau tuntutan yang berisi permintaan kepada Pengadilan untuk dinyatakan dan ditetapkan sebagai hak
Penggugat atau hukuman kepada Tergugat. Sebagaimana dalam perkara ini, setelah proses pembuktian dan kesimpulan selesai majelis hakim akan
mengakhiri sengketa kedua pihak dalam bentuk putusan. Majelis hakim Pengadilan Negeri Medan dalam pertimbangannya mengacu pada Pasal 1338 BW bahwa setiap
perjanjian yang dibuat oleh para pihak berlaku secara sah dan sebagai undang-undang. Dan dengan demikian gugatan Penggugat sangat layak apabila ditolak oleh majelis hakim.
Apabila pihak-pihak yang berperkara merasa tidak puas terhadap putusan pengadilan negeri dan karena ada pihak tidak menerima putusan tersebut, maka seseorang pihak tersebut dapat mengajukan permohonan banding.
Konsekuensi yuridisnya diajukan permohonan banding oleh salah satu pihak yang berperkara, maka putusan Pengadilan Negeri masih belum mempunyai kekuatan hukum tetap inkracht van gewijsde dan putusan tersebut
belum dapat dilaksanakan.
Setelah melakukan pemeriksaan dinyatakan selesai dan ditutup, majelis hakim Pengadilan Tinggi Medan telah menjatuhkan sebuah putusan yang pada intinya menyatakan bahwa menolak permohonan banding, dan menguatkan
putusan Pengadilan Negeri Medan terdahulu. Hal itu didasarkan pertimbangan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 86.KPdt.2012:
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat putusan Pengadilan Negeri Medan tersebut telah dikuatkan Pengadilan Tinggi Medan dengan putusan No. 279Pdt2010PT.MDN.
Oleh karenanya, perjanjian asuransi antara para pihak tersebut merupakan perjanjian yang sah menurut hukum. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penipuan dan lainnya dapat dikatakan tidak terbukti dalam pemeriksaan
banding. Sehingga Penggugat menempuh upaya hukum lain yaitu upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung.
3.2 Alasan-alasan dari Pemohon Kasasi mengajukan Memori Kasasi