Aspek Yuridis Perjanjian Pengiriman Uang Dengan Sistem Online Pada BANK BRI Cabang Tanjung Balai
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
NIM. 090200317
R
R
U
U
D
D
Y
Y
F
F
A
A
U
U
L
L
A
A
R
R
S
S
E
E
M
M
B
B
I
I
R
R
I
I
N
N
G
G
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(2)
ASPEK YURIDIS PERJANJIAN PENGIRIMAN UANG
DENGAN SISTEM ONLINE PADA BANK BRI
CABANG TANJUNG BALAI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum Oleh :
R
R
U
U
D
D
Y
Y
F
F
A
A
U
U
L
L
A
A
R
R
S
S
E
E
M
M
B
B
I
I
R
R
I
I
N
N
G
G
NIM. 090200317
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW
Disetujui oleh :
Ketua Departemen Hukum Perdata
NIP. 19660303 198508 1 001 Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum
Pembimbing I
NIP. 19620421 198803 1 004 Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS
Pembimbing II
NIP. 19680128 199403 2 001 Puspa Melati, SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Aspek Yuridis Perjanjian Pengiriman Uang dengan Sistem Online
Pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai”.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Sangkepala Gerakan Tuhan Yesus Kristus 2. Keluarga Besar saya Mama dan adik saya Hana
3. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, Selaku Dosen Pembimbing I 6. Ibu Puspa Melati, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II .
7. Bapak dan Ibu Dosen serta semua unsur staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Rekan-rekan satu stambuk 2009 Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara. 9. Rekan-rekan se-almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
(4)
10.Keluarga Besar GMKI Komisariat FH USU 11.Rekan-rekan MAPALA Natural Justice
12.Para sahabat aku yaitu Julius Simanjuntak, Hardy Primadi, Ronny Fasya, Frans Sinarta, Rio Montes
13.Buat para adinda aku Daniel Pasaribu (Cobra)
14.Buat yang paling spesial Netty Mentari Putri (Embek)
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terima-kasih yang tiada terhingga kepada Teman-teman yang tidak bisa di Tulis namanya satu persatu di skripsi saya ini atas segala dukungan yang telah diberikan yang begitu maksimal, semoga kebersamaan yang kita jalani ini tetap menyertai kita selamanya.
Demikianlah penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2013 Penulis
Rudy Faular Sembiring NIM : 090200317
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penulisan ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
F. Keaslian Penulisan ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN ... 14
A. Pengertian Perjanjian dan Jenis-jenis Perjanjian ... 14
B. Syarat Sahnya Perjanjian ... 18
C. Wanprestasi ... 24
D. Berakhirnya Suatu Perjanjian ... 33
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN ... 39
A. Pengertian Bank ... 39
B. Syarat Pengiriman Uang Melalui Bank ... 42
C. Pengiriman Uang dengan Sistem Online ... 49
(6)
BAB IV : ASPEK YURIDIS PERJANJIAN PENGIRIMAN UANG DENGAN SISTEM TRANSFER ONLINE PADA BANK BRI
CABANG TANJUNG BALAI ... 55
A. Sistem Pelayanan Transfer Online Merupakan Salah Satu Jenis Jasa Yang Di Berikan Oleh Bank BRI Cabang Tanjung Balai ... 55
B. Tanggung Jawab Bank Terhadap Kerugian yang Diderita Pihak Pengirim Uang Maupun Penerima Transfer ... 61
C. Cara Penyelesaian Sengketa yang Timbul antara Pengirim Uang, Penerima Transfer dengan Bank Jika Terjadi Sengketa atas Kelalaian Bank ... 66
D. Akibat Hukum Jika Terjadi Kesalahan Dalam Pengiriman Uang ... 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN
(7)
ABSTRAK
Dengan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan dan perkembangan
di bidang administrasi dan komunikasi, maka seseorang dapat menggunakan jasa-jasa untuk mengirim uang dari satu tempat ke tempat yang lain. Betapa
pentingnya fungsi pengiriman uang bagi suatu bank, Meskipun fungsi ini bukan merupakan fungsi pokok, Tetapi keberhasilannya akan merupakan usaha sampingan yang mempunyai peranan. Bank BRI yang merupakan salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa kepada masyarakat yang memerlukannya. Ada pun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana proses pelayanan pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online pada Banak BRI Cabang Tanjung Balai, Bagaimana Tanggung jawab Bank terhadap kerugian yang di derita pihak pengirim uang maupun penerima transfer, Bagaimana cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim uang, Penerima transfer dengan Bank jika terjadi sengketa atas kelalaian Bank, Bagaimana akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pustaka (library
research) untuk mencari data-data sekunder dan penelitian lapangan (field
research) yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak yang berwenang pada
Bank BRI Cabang Tanjung Balai. Adapun mengerjakan skripsi ini ada menggunakan metode penelitian seperti memperhatikan jenis penelitian, Lokasi penelitian, Sumber data yang di perlukan dalam pengerjaan skripsi, Metode pengumpulan data, dan yang terakhir Analisis data dalam mengerjakan suatu penelitian atau skripsi.
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa proses pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai adalah dengan mengisi formulir kiriman uang serta ditandatangani. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengiriman uang melalui Bank BRI yaitu kewajiban dari pihak Bank BRI adalah melakukan pengiriman uang sesuai dengan alamat yang dituju oleh pengirim dengan memperoleh biaya atas pengiriman tersebut. Sedangkan pihak pengirim uang berkewajiban untuk membayar biaya pengiriman uang tersebut. Pihak pengirim uang berkewajiban untuk membayar biaya pengiriman uang dan menyerahkan uang yang akan dikirimkan kepada pihak bank, sedangkan kewajiban pihak Bank BRI Cabang Tanjung Balai adalah menyampaikan dan meneruskan pengiriman uang tersebut ke alamat dan nomor rekening yang dituju oleh pengirim uang. Akibat hukum dalam perjanjian pengiriman uang melalui Bank BRI, sehingga jika salah satu pihak melakukan perbuatan yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi pihak lain, dan pihak yang menimbulkan kerugian diwajibkan untuk memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.
(8)
ABSTRAK
Dengan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan dan perkembangan
di bidang administrasi dan komunikasi, maka seseorang dapat menggunakan jasa-jasa untuk mengirim uang dari satu tempat ke tempat yang lain. Betapa
pentingnya fungsi pengiriman uang bagi suatu bank, Meskipun fungsi ini bukan merupakan fungsi pokok, Tetapi keberhasilannya akan merupakan usaha sampingan yang mempunyai peranan. Bank BRI yang merupakan salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa kepada masyarakat yang memerlukannya. Ada pun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana proses pelayanan pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online pada Banak BRI Cabang Tanjung Balai, Bagaimana Tanggung jawab Bank terhadap kerugian yang di derita pihak pengirim uang maupun penerima transfer, Bagaimana cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim uang, Penerima transfer dengan Bank jika terjadi sengketa atas kelalaian Bank, Bagaimana akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pustaka (library
research) untuk mencari data-data sekunder dan penelitian lapangan (field
research) yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak yang berwenang pada
Bank BRI Cabang Tanjung Balai. Adapun mengerjakan skripsi ini ada menggunakan metode penelitian seperti memperhatikan jenis penelitian, Lokasi penelitian, Sumber data yang di perlukan dalam pengerjaan skripsi, Metode pengumpulan data, dan yang terakhir Analisis data dalam mengerjakan suatu penelitian atau skripsi.
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa proses pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai adalah dengan mengisi formulir kiriman uang serta ditandatangani. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengiriman uang melalui Bank BRI yaitu kewajiban dari pihak Bank BRI adalah melakukan pengiriman uang sesuai dengan alamat yang dituju oleh pengirim dengan memperoleh biaya atas pengiriman tersebut. Sedangkan pihak pengirim uang berkewajiban untuk membayar biaya pengiriman uang tersebut. Pihak pengirim uang berkewajiban untuk membayar biaya pengiriman uang dan menyerahkan uang yang akan dikirimkan kepada pihak bank, sedangkan kewajiban pihak Bank BRI Cabang Tanjung Balai adalah menyampaikan dan meneruskan pengiriman uang tersebut ke alamat dan nomor rekening yang dituju oleh pengirim uang. Akibat hukum dalam perjanjian pengiriman uang melalui Bank BRI, sehingga jika salah satu pihak melakukan perbuatan yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi pihak lain, dan pihak yang menimbulkan kerugian diwajibkan untuk memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.
(9)
`BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan bank dalam bidang perekonomian sudah menjadi kebutuhan
yang sulit dihindari, karena bank sudah menyentuh kebutuhan setiap orang dan seluruh lapisan masyarakat. Bagi masyarakat umum, bank adalah tempat atau sarana berinvestasi yang paling mudah dan sudah dikenal sejak lama. Bank memiliki produk baik berupa sarana investasi maupun sebagai perantara
transaksi. Dengan menyimpan dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, bank telah menjembatani pihak-pihak yang kelebihan dan membutuhkan dana. apa yang dilakukan tersebut, bank disebut sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi yaitu sebagai perantara transaksi antara para pihak.
Perkembangan dalam bidang teknologi mempunyai dampak pada perkembangan cara berpikir dan bertindak manusia dalam mencapai suatu keinginan dan memenuhi kebutuhan. Dalam usaha mencapai pemenuhan kebutuhan maka selalu dihadapkan pada beberapa pilihan dan pilihan tersebut tentunya pada hal-hal yang paling baik. Dengan kata lain mudah dilaksanakan, murah biayanya, aman dan selamat sampai pada tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian pilihan yang paling baik adalah melaksanakan pencapaian tujuan dengan cara yang efisien dan efektif.
(10)
Dalam masalah keuangan, pada umumnya seseorang juga berpikir dan bertindak dengan menggunakan landasan tersebut di atas atau sering dikatakan bahwa seseorang bertindak secara ekonomis yaitu dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh manfaat yang sebesar dan sebanyak mungkin.
Dengan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan dan perkembangan di bidang administerasi dan komunikasi, seseorang dapat menggunakan jasa-jasa untuk mengirim uang dari satu tempat ke tempat yang lain.Perubahan dunia perbankan yang mendasar antara lain adalah perkembangan teknologi administrasi dan menunjang keberhasilan pelayanan bank kepada masyarakat serta kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi sebagai bahan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Betapa pentingnya fungsi pengiriman uang bagi suatu bank, meskipun fungsi ini bukan merupakan fungsi pokok, tetapi keberhasilannya akan merupakan usaha sampingan yang mempunyai peranan.
Beberapa fungsi pokok dari kiriman uang ini antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai alat untuk menyelenggarakan pemerataan dan memperlancar peredaran uang di masyarakat.
2. Membantu memperlancar perdagangan, karena pembayaran dapat
dilakukan dari jarak jauh.
3. Memperlancar dan memenuhi kebutuhan akan dana.1
Fungsi kiriman uang yang demikian pentingnya bukan merupakan barang baru bagi bank meskipun bagi sebagian masyarakat ada yang belum banyak memahami.
1
Kasmir.,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 121.
(11)
Pengiriman uang tidak lagi dilakukan dengan cara membawa sendiri sejumlah uang langsung ke sasaran yang diinginkan. Pengiriman uang dapat dilakukan dengan cara mudah, murah biayanya dan aman serta selamat sampai tujuan yang dikehendaki. Dengan latar belakang tersebut di atas, dipilihlah judul skripsi ini tentang : “Aspek Yuridis Perjanjian Pengiriman Uang dengan Sistem Online Pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai”.
Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian negara. Salah satu peranan yang diharapkan dari perbankan nasional, mengarah kepada perbankan yang memiliki fungsi sebagai agen pembangunan, yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Adanya peranan yang demikian membawa konsekuensi bahwa perbankan nasional dituntut untuk selalu dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melakukan pemerataan atas hasil-hasilnya sehingga tercipta stabilitas dan kesejahteraan rakyat banyak.
Di samping peranannya tersebut di atas, bank juga mempunyai berbagai tugas dan fungsi. Diantaranya memberikan bermacam-macam jasa bank kepada masyarakat luas. Ada juga jasa yang merupakan tugas pokok bank, disamping bank juga memiliki tugas tambahan.Yang dapat dikelompokkan sebagai tugas pokok bank antara lain adalah : Tugas memberikan pinjaman, tugas ikut serta dalam permodalan perusahaan dan sebagainya.Yang termasuk tugas tambahan dari bank antara lain: Automatic Teller Machine (ATM), Wesel Bank Inkaso (Collection Service), Safe Deposit Box (SDB), perantara perdagangan
(12)
efek/saham/SPBU (surat-surat berharga pasar uang, sertifikat dana reksa), Kiriman uang (transfer) dan sebagainya.
Dalam hal pengiriman uang melalui jasa transfer yang dilaksanakan oleh bank, baik itu bank pemerintahan maupun bank swasta (nasional), kadang-kadang juga mengadakan pembedaan tarif kiriman uang antara nasabah dan bukan nasabah. Sebaliknya, bagi kantor pos dan usaha pemberi jasa (swasta) tidak membedakannya. Untuk melaksanakan pengiriman uang dikenakan bea materi, baik transfer keluar maupun transfer di terima (transfer masuk), pembahasan mengenai pengiriman uang melalui jasa transfer diatas, akan penulis uraikan pada bab-bab selanjutnya.
Perkembangan dan kemajuan tehnologi pada awal abad millenium ke-3 ini, seolah berpacu dengan pola pikir dari masyarakat yang semakin kritis dalam berpikir dan bertindak untuk melakukan suatu perbuatan yang benar-benar efektif dan efisien, sekaligus menguntungkan bagi kebutuhan dan kepentingannya sendiri.Hal ini berlaku juga dalam hal pengiriman uang, dahulu orang melakukan pengiriman uang dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membawa sendiri uang tersebut langsung ke alamat yang dituju. Upaya seperti ini tentu membutuhkan waktu dan tenaga serta mengandung resiko dalam hal keamanan uang tersebut, dimana dikwatirkan uang tersebut akan hilang atau terjatuh bahkan dapat dirampok sewaktu dalam perjalanan.
Kemudian orang beralih, pengiriman uang tersebut tidak lagi dengan cara membawa langsung uang tersebut ketempat yang dituju. Melainkan mengirimkan
(13)
uang cukup dilakukan dengan mengirimkan nota kiriman uang melalui kawat, telepon, telek atau wessel.
Dari segi pelayanan dan prosedur pengiriman uang ini, masyarakat menginginkan suatu layanan yang efisien dan efektif, artinya ekonomis, aman dan cepat sampai tempat yang dituju. Dengan mengingat semakin besarnya keinginan masyarakat menggunakan jasa layanan transfer ini, tertarik sekaligus ingin memberikan gambaran bagaimana bank melakukan layanannya kepada masyarakat umum khususnya pada nasabahnya serta manfaat apa yang didapat dalam melakukan transfer.
Keberadaan bank dalam bidang perekonomian sudah menjadi kebutuhan yang sulit dihindari, karena bank sudah menyentuh kebutuhan setiap orang dan seluruh lapisan masyarakat. Bagi masyarakat umum, bank adalah tempat atau sarana beriventasi yang paling mudah dan sudah di kenal sejak lama. Bank memiliki produk baik berupa sarana berinvestasi maupun sebagai perantara teransaksi. Dengan menyimpan dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, bank telah menjembatani pihak-pihak yang kelebihan dan membutuhkan dana. apa yang dilakukan tersebut, bank disebut sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi yaitu sebagai perantara transaksi antara para pihak.
Sebagai perantara, pihak-pihak yang kelebihan dana baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, bahkan dengan instrumen surat berharga yang dikeluarkan oleh bank seperti deposito berjangka, sertifikat
(14)
deposito yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Dalam dunia perusahaan dan perdagangan, orang menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam lalu lintas pembayaran.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk memilih topik ini sebagai bahan tulisan dengan harapan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang timbul sehubungan dengan pengiriman uang melalaui jasa transfer.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana sistem pelayanan pelaksanaan proses pengiriman uang dengan
sistem online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai?
2. Bagaimana tanggung jawab bank terhadap kerugian yang di derita pihak pengirim uang dan penerima transfer?
3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim uang, Penerima transfer dengan bank jika terjadi sengketa atas kelalaian bank? 4. Bagaimana akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pelayanan transfer uang dengan sistem online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai.
(15)
2. Untuk mengetahuitanggung jawab bank terhadap kerugian yang di derita oleh pihak pengirim uang dan penerima transfer.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim uang, Penerima transfer dengan bank jika terjadi sengketa atas kelalaian bank. 4. Untuk mengetahui akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan menjadi bahan untuk pengembangan
wawasan dan kajian lebih lanjut bagi teoretis yang ingin mengetahui dan
memperdalam tentang pengiriman uang melalui jasa bank khususnya Bank BRI Cabang Tanjung Balai.
2. Secara praktis adalah :
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengiriman uang melalui jasa Bank BRI Cabang Tanjung Balai.
b. Untuk sumbangan pikiran atau penambahan wawasan dan kajian bagi pihak Bank BRI Cabang Tanjung Balai dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam sumbangan pikiran bagi masyarakat khususnya pemakai jasa pengiriman uang melalui Bank BRI Cabang Tanjung Balai dalam usaha untuk meningkatkan peranan Bank BRI Cabang Tanjung Balai tersebut dalam meningkatkan pelayanannya kepada pemakai jasa pengiriman uang.
(16)
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Sosiologis yaitu penelitian dari hasil pengumpulan dan penemuan data melalui studi kepustakaan terhadap asumsi atau anggapan dasar yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian skripsi ini. Penelitian Sosiologis ini memberikan gambaran terhadap pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online.
2. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah di Bank BRI Cabang Tanjung Balai, Jl. Jendral Sudirman No. 3.
3. Sumber Data
a. Sumber data diperoleh dari data primer yaitu wawancara dengan Dedy Esikel Sihaloho Kepala Divisi Kredit Bank BRI Cabang Tanjung Balai.
b. Sumber data diperoleh dari data seperti Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Bahan buku penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer.
(17)
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan, dalam hal ini penulis langsung mengadakan penelitian ke Bank BRI Cabang Tanjung Balai dengan melakukan studi dokumen guna mendapatkan data-data.
5. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai.
Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota, luar kota atau ke luar negeri. Lama pengiriman tergantung dari sarana yang digunakan untuk mengirim dan kemudian besarnya biaya kirim juga sangat tergantung sarana yang digunakan. Hermansyah menyebutkan bahwa pengiriman uang (transfer) adalah “suatu pelayanan bank kepada masyarakat dengan bersedia melaksanakan amanat nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan, lembaga atau perorangan) di tempat lain, baik di dalam maupun di luar negeri”.2
2
Hermansyah.,Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hal. 75.
(18)
Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan pengiriman uang (transfer) adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh bank untuk mengirim sejumlah uang yang ditujukan kepada pihak tertentu dan di tempat yang tertentu. Pengiriman uang dilakukan atas permintaan nasabah atau untuk keperluan dari bank yang bersangkutan.
Sarana yang digunakan dalam jasa transfer ini tergantung kemauan nasabah. Sarana yang dipilih akan mempengaruhi kecepatan pengiriman dan besar kecilnya biaya pengiriman.Adapun sarana yang biasa digunakan adalah surat, telex, telepon, faxsimile,online komputer dan lain sebagainya. Pengiriman uang atau transfer lewat bank memberikan keuntungan bagi nasabah jika dibandingkan dengan jasa pengiriman lainnya.
Adapun keuntungannya antara lain : 1. Bagi nasabah akan mendapat :
a. Pengiriman uang lebih cepat
b. Aman sampai tujuan
c. Pengiriman dapat dilakukan lewat telepon melalui pembebanan rekening.
d. Prosedur mudah dan murah.
2. Bagi bank akan memperoleh : a. Biaya kirim
(19)
c. Pelayanan kepada nasabah.3
Dalam hal pengiriman uang yang dilakukan melalui bank, baik bank pemerintah maupun bank swasta (nasional), ada bank yang mengadakan perbedaan mengenai hubungan pengiriman uang dengan bank yang bersangkutan.
Jika ditinjau dari hubungan pengiriman uang dengan bank, dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Nasabah (langganan bank, baik sebagai nasabah Debitor atau
peminjam mauun sebagai nasabah giro). 2. Bukan nasabah.4
F. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Aspek Yuridis Perjanjian Pengiriman Uang dengan Sistem Online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai.Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kliping baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan di samping itu juga diadakan penelitian. Dan sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini telah dilakukan pemeriksaan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3
Kasmir.,Op.Cit, hal. 122.
4
(20)
Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, hal itu menjadi tanggung jawab pemilik skripsi ini.
G. SistematikaPenulisan
Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat diuraikan, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
Pengertian dan Jenis-jenis Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Wanprestasi, Berakhirnya Perjanjian.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN
Terdiri dari sub bab : Pengertian Bank, Syarat Pengiriman Uang melalui Bank, Pengiriman Uang dengan Sistem Online, Fungsi Bank Dalam Pengiriman Uang.
BAB IV : ASPEK YURIDIS PERJANJIAN PENGIRIMAN UANG DENGAN
SISTEM ONLINE PADA BANK BRI CABANG TANJUNG BALAI
Terdiri dari sub bab : Proses Pelaksanaan Transfer Uang dengan Sistem Online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai, Hak dan Kewajiban Para Pihak Maupun Pihak Bank Dalam Perjanjian
(21)
Pengiriman Uang, Akibat Hukum Jika Terjadi Kesalahan Dalam Pengiriman Uang, Penyelesaian Jika Dalam Perjanjian Pengiriman Uang dengan Sistem Online Terjadi Persengketaan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penulisan ini penulis membuat suatu kesimpulan dan juga saran-saran yang menjadi bahan masukan untuk penelitian mengenai masalah ini dan dalam skripsi ini akan turut pula dimasukkan daftar bacaan dan lampiran-lampiran.
(22)
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
A. Pengertian Perjanjian dan Jenis-jenis Perjanjian
Definisi perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Kata persetujuan Tersebut merupakan kata
terjemahan dari perkataan overeenkomst dalam bahasa Belanda. Kata
overeenkomst tersebut lazim diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi
persetujuan dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut sama artinya dengan perjanjian.
Menurut Tan Kamello Perjanjian adalah suatu hubungan hokum antara dua orang atau lebih yang didasarkan pada kata sepakat dengan tujuan untuk menimbulkan akibat hukum.5
Menurut R. Subekti, “Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu”.6
Dari ketiga pendapat ini dapat disimpulkan bahwa perjanjian sama pengertiannya dengan persetujuan. Oleh karena itu, persetujuan dalam Pasal 1313 KUHPerdata dapat dibaca dengan perjanjian. Menurut para sarjana, antara lain
Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.
5
Tan Kamello.
6
R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Terjemahan KUHPerdata, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1994), hal. 306
(23)
Abdul Kadir Muhammad bahwa rumusan perjanjian dalam KUHPerdata itu kurang memuaskan, karena mengandung beberapa kelemahannya yaitu :
a) Hanya menyangkut sepihak saja
Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata kerja “mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu “saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara pihak-pihak.
b) Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsesus
Dalam pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan
tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming), tindakan melawan Hukum
(onrechtmatige daad) yang mengandung konsesus, seharusnya dipakai kata “persetujuan”.
c) Pengertian perjanjian terlalu luas
Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut di atas terlalu luas, karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin, yang diatur
dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitor dan kreditor dalam lapangan harta kekayaan saja.Perjanjian yang dikehendaki oleh Buku Ketiga KUHPerdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan perjanjian yang bersifat personal.
d) Tanpa menyebut tujuan
Dalam perumusan pasal itu disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri tidak jelas untuk apa.7
Sudikno Mertokusumo mengatakan bahwa perjanjian adalah “hubungan antara dua pihak lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan hukum”.8
Selanjutnya pengertian perjanjian yang dibahas pada Pasal 1313 KUHPerdata, ternyata mendapat kritikan dan para sarjana hukum karena masih mengandung kelemahan-kelemahan. di dalam praktiknya menimbulkan berbagai keberatan sebab di situ pihak batasan tersebut sangat kurang lengkap, di lain pihak terlalu luas.
R. Wirjono Prodjodikoro mengatakan perjanjian adalah “suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau
7
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung :Alumni, 1982), hal. 78
8
(24)
untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.9
Dari beberapa pengertian perjanjian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur yang membentuk pengertian perjanjian adalah :
1. Terdapat para pihak yang berjanji;
2. Perjanjian itu didasarkan kepada kata sepakat/kesesuaian hendak; 3. Perjanjian merupakan hukum atau hubungan hukum;
4. Terletak dalam bidang harta kekayaan; 5. Adanya hak dan kewajiban para pihak; 6. Menimbulkan akibat hukum yang mengikat;
Dari 6 unsur tersebut ada hal yang perlu diperjelas, misalnya perubahan konsep perjanjian yang menurut paham KUHPerdata dikatakan perjanjian hanya merupakan perbuatan (handeling), Adapun beberapa perjanjian dimana dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Perjanjian Timbal Balik
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak.
b) Perjanjian cuma-cuma
Menurut ketentuan Pasal 1314 KUHPerdata, suatu persetujuan yang dibuat dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada, pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
c) Perjanjian Atas Beban
Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari
pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.
d) Perjanjian Bernama (Benoemd)
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe
9
R. Wirjono Prodjodikoro. Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Bandung : Sumur, 1992), hal. 11
(25)
yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata.
e) Perjanjian Tidak Bernama (Onbenoemde Overeenkomst)
Perjanjian tak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak- pihak yang mengadakannya.
f) Perjanjian Obligatoir
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak.
g) Perjanjian Kebendaan (Zakelijk)
Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblilige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering, transfer).
h) Perjanjian Konsensual
Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perjanjian.Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (Pasal 1338).
i) Perjanjian Real
Yaitu suatu perjanjian yang terjadinya itu sekaligus dengan realisasi tujuan perjanjian, yaitu pemindahan hak.
j) Perjanjian Liberatoir
Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada (Pasal 1438 KUHPerdata).
k) Perjanjian Pembuktian (Bewijsovereenkomts)
Suatu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka.
l) Perjanjian Untung-untungan
Menurut Pasal 1774 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu.
m) Perjanjian Publik
Perjanjian publik yaitu suatu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan dengan bawahan (subordinated), jadi tidak dalam kedudukan yang sama(co-ordinated).
n) Perjanjian Campuran
Perjanjian campuran adalah suatu perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian di dalam10
10
(26)
B. Syarat Sahnya Perjanjian
Istilah perjanjian sudah tidak asing bagi kita, karena hampir sebagian besar aktivitas kita menjadikan perjanjian sebagai suatu sarana untuk berbisnis atau bertransaksi. Untuk lebih jelasnya memahami apa sesungguhnya perjanjian itu, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya kepada pihak lainnya untuk melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain perjanjian merupakan salah satu sumber yang paling banyak menimbulkan perikatan karena hukum perjanjian menganut sistem terbuka sehingga anggota masyarakat bebas untuk mengadakan perjanjian dan undang-undang hanya berfungsi untuk melengkapi perjanjian yang dibuat oleh masyarakat.
Dalam Pasal 1313 KUH Perdata disebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, dengan demikian suatu perjanjian dapat dikatakan hubungan timbal balik atau bilateral maksudnya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga menerima kewajiban yang merupakan konsekwensi dari hak-hak yang diperolehnya.
Jenis-jenis Perjanjian
1. Perjanjian dengan cuma-cuma dan perjanjian dengan beban
a.Perjanjian dengan cuma-cuma ialah suatu perjanjian dimana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri (Pasal 1314 ayat (2) KUHPerdata).
(27)
b.Perjanjian dengan beban ialah suatu perjanjian dimana salah satu pihak memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain dengan menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
2.Perja njian sepihak dan perjanjian timbal balik
a. Perjanjian sepihak adalah suatu perjanjian dimana hanya terdapat kewajiban pada salah satu pihak saja.
b. Perjanjian timbal balik ialah suatu perjanjian yang memberi kewajiban dan hak kepada kedua belah pihak.
3.Perjanjian konsensuil, formal dan riil
a. Perjanjian konsensuil ialah perjanjian dianggap sah apabila ada kata sepakat antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut. b. Perjanjian formil ialah perjanjian yang harus dilakukan dengan suatu
bentuk tertentu, yaitu dengan cara tertulis.
c. Perjanjian riil ialah suatu perjanjian yang diperlukan dan sepakat harus diserahkan.
3. Perjanjian bernama, tidak bernama, dan campuran
a. Perjanjian bernama ialah suatu perjanjian dimana undang-undang telah mengaturnya dengan ketentuan-ketentuan khusus yaitu dalam Bab V sampai Bab XII KUHPerdata ditambah titel VII A.
b. Perjanjian tidak bernama ialah perjanjian yang tidak diatur secara khusus.
c. Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai
(28)
Syarat-syarat Perjanjian Kerja
Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus mempedomani Pasal 1320 KUHPerdata.
Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu harus ada :
1. Kesepakatan
Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan, atau kekhilafan.
2. Kecakapan
Kecakatan di sini berarti para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan oleh hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan di bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa. Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Meskipun belum berumur 18 (delapan belas) tahun, apabila seseorang telah atau pernah kawin dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian.
(29)
3. Hal tertentu
Maksudnya objek yang diatur kontrak harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan. Jadi, tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif.
4. Sebab yang dibolehkan
Maksudnya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang bersifat memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
KUHPerdata menentukan empat syarat yang harus ada pada setiap perjanjian, sebab dengan dipenuhinya syarat-syarat inilah suatu perjanjian itu berlaku sah.
Adapun keempat syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata tersebut adalah :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
ad.1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Dengan kata sepakat dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, para pihak setuju atau seia sekata mereka mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Pihak yang menghendaki sesuatu hal yang sama secara timbal balik, misalnya seorang panjual suatu benda untuk mendapatkan uang, sedang si pembeli menginginkan benda itu dari yang menjualnya. Dalam hal ini kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus
(30)
mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus dinyatakan.
ad.2. Kecakapan untuk membuat perjanjian
Kecakapan di sini orang yang cakap yang dimaksudkan adalah mereka yang telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun tetapi telah pernah kawin. Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Tidak termasuk orang-orang sakit ingatan atau bersifat pemboros yang karena itu oleh Pengadilan diputuskan berada di bawah pengampuan dan seorang perempuan yang masih bersuami.
Mengenai seorang perempuan yang masih bersuami sejak saat itu seorang perempuan yang masih mempunyai suami telah dapat bertindak bebas dalam melakukan perbuatan hukum serta sudah diperbolehkan menghadap di muka Pengadilan tanpa seizin suami.
Ad.3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu maksudnya adalah sekurang-kurangnya macam atau jenis benda dalam perjanjian itu sudah ditentukan, misalnya jual beli beras sebanyak 100 kilogram adalah dimungkinkan asal disebutkan macam atau jenis dan rupanya, sedangan jual beli besar 100 kilogram tanpa disebutkan macam atau jenis, warna dan rupanya dapat dibatalkan.
Ad.4. Suatu sebab yang halal
Dengan syarat ini dimaksudkan adalah tujuan dari perjanjian itu sendiri. Sebab yang tidak halal adalah berlawanan dengan Undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Dari syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut di atas, kedua syarat pertama yaitu sepakat mereka yang mengikatkan diri dan kecakapan untuk
(31)
membuat perjanjian dinamakan syarat subjektif karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian.
Syarat subjektif adalah suatu syarat yang menyangkut pada subjek-subjek perjanjian itu atau dengan perkataan lain, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang membuat perjanjian, hal ini meliputi kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan pihak yang membuat perjanjian.11
Apabila syarat subjektif tidak dipenuhi, perjanjiannya bukan batal demi hukum tetapi salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Syarat ketiga dan syarat keempat yaitu suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal jika tidak dipenuhi, perjanjian tersebut batal demi hukum.
Akibat perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan :
1. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
2. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
3. Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
11
(32)
Dengan demikian, perjanjian yang dibuat secara sah yaitu memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUHPerdata berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuat perjanjian. Artinya pihak-pihak harus mentaati isi perjanjian seperti mereka mentaati undang-undang sehingga melanggar perjanjian yang mereka buat dianggap sama dengan melanggar undang-undang. Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat pihak-pihak dan perjanjian tersebut tidak boleh ditarik kembali atau membatalkan harus memperoleh persetujuan pihak lainnya.
C. Wanprestasi
Wanprestasi (ingkar janji) adalah berhubungan erat dengan adanya perikatan atau perjanjian antara pihak. Baik perikatan itu didasarkan perjanjian sesuai Pasal 1338 sampai dengan Pasal 1431 KUHPerdata maupun perjanjian yang bersumber pada undang-undang seperti diatur dalam Pasal 1352 sampai dengan Pasal 1380 KUHPerdata. Apabila salah satu pihak ingkar janji maka itu menjadi alasan bagi pihak lainnya untuk mengajukan gugatan. Demikian juga tidak terpenuhinya Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian menjadi alasan untuk batal atau dibatalkan suatu persetujuan perjanjian melalui suatu gugatan.
Salah satu alasan untuk mengajukan gugatan ke pengadilan adalah karena adanya wanprestasi atau ingkar janji dari Debitor. Wanprestasi itu dapat
berupa tidak memenuhi kewajiban sama sekali, atau terlambat memenuhi kewajiban, atau memenuhi kewajibannya tetapi tidak seperti apa yang telah diperjanjikan.
(33)
Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, Dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Mengenai perjanjian untuk menyerahkan suatu barang atau untuk melakukan suatu perbuatan, jika dalam perjanjian tidak ditetapkan batas waktunya tetap isi berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan pelaksanaan perjanjian itu harus lebih dahulu ditagih. Apabila perjanjian tidak dapat dilakukan,pihak berutang perlu diberikan waktu yang pantas. Adapun macamnya hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu dibagi dalam tiga macam, yaitu :
1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang, misalnya jual beli, tukarmenukar, penghibahan (pemberian), sewamenyewa, pinjampakai.
2. Perjanjian untuk berbuatsesuatu, misalnya perjanjian untuk membuat suatu lukisan, perjanjian perburuhan.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan seorang lain.
Menurut pendapat M. Yahya Harahap dalam bukunya Segi-segi Hukum Perjanjian, yang dimaksud dengan wanprestasi adalah : “Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya”.10
Dalam keadaan normal perjanjian dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa gangguan ataupun halangan. Tetapi pada waktu yang tertentu, yang tidak dapat diduga oleh para pihak, muncul halangan, sehingga pelaksanaan perjanjian tidak dapat dilaksanakan dengan baik, faktor penyebab terjadinya wanprestasi oleh Abdulkadir Muhammad diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu :
a. Faktor dari luar dan
10
(34)
b. Faktor dari dalam diri para pihak
Faktor dari luar menurut Abdulkadir Muhammad adalah “Peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan tidak dapat diduga akan terjadi ketika perjanjian dibuat”. faktor dari dalam diri manusia/para pihak merupakan kesalahan yang timbul dari diri para pihak, baik kesalahan tersebut yang dilakukan dengan sengaja atau pun karena kelalaian pihak itu sendiri, dan para pihak itu sendiri, dan para pihak sebelumnya telah mengetahui akibat yang timbul dari perbuatannya tersebut.11
Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak dalam perjanjian itu harus dinyatakan terlebih dahulu secara resmi yaitu dengan memperingatkan kepada pihak yang lalai, bahwa pihak kreditor menghendaki pemenuhan prestasi oleh pihak Debitor. Menurut Undang-Undang peringatan tersebut harus dinyatakan tertulis, sekarang sudah dilazimkan bahwa peringatan itu dapat dilakukan secara lisan asalkan cukup tegas menyatakan desakan agar segera memenuhi prestasinya terhadap perjanjian yang mereka perbuat.
Peringatan tersebut dapat dinyatakan pernyataan lalai yang diberikan oleh pihak kreditor kepada pihak debitor. J. Satrio memperinci pernyataan lalai tersebut dalam beberapa bentuk yaitu :
1. Berbentuk surat perintah atau akta lain yang sejenis.
2. Berdasarkan kekuatan perjanjian itu sendiri. Apabila dalam surat perjanjian telah ditetapkan ketentuan : debitor dianggap bersalah jika satu kali saja dia melewati batas waktu yang diperjanjikan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong debitor untuk tepat waktu dalam melaksanakan kewajiban dan sekaligus juga menghindari proses dan prosedur atas adanya wanprestasi dalam jangka waktu yang panjang. Dengan adanya penegasan seperti ini dalam perjanjian, tanpa tegoran kelalaian dengan sendirinya pihak debitor sudah dapat dinyatakan lalai, bila ia tidak menepati waktu dan pelaksanaan prestasi sebagaimana mestinya.
3. Jika tegoran kelalaian sudah dilakukan barulah menyusul peringatan (aanmaning) dan bisa juga disebut dengan sommasi. Dalam sommasi
11
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktik Perusahaan Perdagangan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992, hal. 12
(35)
inilah pihak kreditor menyatakan segala haknya atas penuntutan prestasi kepada pihak debitor.12
Jadi dengan adanya pernyataan lalai yang diberikan oleh pihak kreditor kepada pihak debitor, menyebabkan pihak debitor dalam keadaan wanprestasi, bila ia tidak mengindahkan pernyataan lalai tersebut. Pernyataan lalai sangat diperlukan karena akibat wanprestasi tersebut adalah sangat besar baik bagi kepentingan pihak kreditor maupun pihak debitor. Dalam perjanjian biasanya telah ditentukan di dalam isi perjanjian itu sendiri, hak dan kewajiban para pihak serta sanksi yang ditetapkan apabila pihak debitor tidak menepati waktu atau pelaksanaan perjanjian.
Wanprestsi seorang debitor dapat berupa empat macam kategori yaitu : 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan.
3. Melakukan apa yang diperjanjikan akan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh untuk dilakukan.13 Debitor yang oleh pihak kreditor dituduh lalai, dapat mengajukan pembelaan diri atas tuduhan tersebut. Adapun pembelaan debitor yang dituduh dapat didasarkan atas tiga alasan yaitu :
1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan yang memaksa 2. Mengajukan bahwa si kreditor sendiri juga wanprestasi
3. Mengajukan bahwa kreditor telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.14
Yang dimaksud pihak kreditor melepaskan haknya atas tuntutannya kepada pihak debitor adalah bahwa pihak kreditor telah mengetahui bahwa ketika pihak debitor mengembalikan barang yang diperjanjikan, pihak kreditor telah mengetahui bahwa waktu pengembalian barang sudah terlambat selama seminggu. Akan tetapi atas keterlambatan tersebut pihak kreditor tidak mengajukan keberatan
12
J. Satrio, Op.Cit, hal. 41
13
R. Subekti, Op.Cit, hal. 45
14
(36)
ataupun sanksi maka terhadap debitor yang terlambat mengembalikan barang, dapat diartikan bahwa pihak kreditor telah melepaskan haknya untuk pihak debitor yang telah nyata wanprestasi.
Dalam Pasal 1338 KUHPerdata dinyatakan bahwa : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebgai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dari Pasal 1338 KUHPerdata di atas ditarik suatu gambaran bahwa pada prinsipnya suatu perjanjian tidak dapat dibatalkan oleh sepihak, karena dengan adanya pembatalan tersebut, tentunya akan menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya.
Pembatalan perjanjian hanya dapat dilakukan apabila diketahui adanya kekhilafan ataupun paksaan dari salah satu pihak ketika membuat perjanjian. Kekhilafan dan paksaan merupakan alasan yang dapat membatalkan perjanjian.
Selain itu juga penipuan yang dilakukan oleh satu pihak terhadap pihak yang lainnya dalam membuat perjanjian, dapat dijadikan sebagai alasan untuk dapat dibatalkannya suatu perjanjian secara sepihak oleh salah satu pihak. Karena menurut Pasal 1320 KUHPerdata suatu perjanjian yang tidak
didasarkan kepada syarat subjektif perjanjian, perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Meminta pembatalan perjanjian yang tidak memenuhi syarat subjektifnya dapat dilakukan dengan cara :
1. Melakukan penuntutan secara aktif di muka Hakim atau Pengadilan.
2. Dengan cara pembatalan yaitu menunggu pihak yang mengajukan pembatalan di muka Hakim, dengan ada gugatan yang diajukan oleh pihak lawan karena ia
(37)
tidak memenuhi prestasi perjanjian, dapat mengajukan pembelaan bahwa perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat subjektif yang memungkinkan untuk dibatalkannya perjanjian tersebut.
Untuk penuntutan secara aktif sebagaimana yang disebutkan oleh undang-undang, dimana undang-undang mengatur pembatasan waktu penuntutan ya itu 5 tahun di dalam perjanjian yang diadakan. Sebaliknya terhadap pembatalan perjanjian sebagai pembelaan tidak ditetapkan batas waktunya. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pasal 1454 KUHPerdata.
Penuntutan pembatalan akan diterima baik oleh hakim jika ternyata sudah ada penerimaan baik dari pihak yang dirugikan, karena seorang yang sudah menerima baik suatu kekurangan atau suatu perbuatan yang merugikan baginya, dapat dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pembatalan.
Apabila suatu pembatalan terhadap perjanjian yang dilakukan secara sepihak tanpa disertai alasan yang sah menurut hukum, pihak yang oleh pihak lain dibatalkannya perjanjian dapat menuntut kerugian kepada pihak yang membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak, karena dengan adanya pembatalan yang dilakukan sepihak oleh salah satu pihak akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Dalam hukum perjanjian pada dasarnya suatu syarat pembatalan perjanjian selamanya berlaku surut hingga lahirnya perjanjian. Syarat batal adalah suatu syarat yang apabila terjadi akan menimbulkan akibat yaitu penghentian perjanjian
(38)
dan membawa segala sesuatu kembali seperti keadaan semula, seolah-olah tidak pernah terjadi suatu perjanjian di antara kedua belah pihak. Berarti dengan adanya pembatalan perjanjian akan menghapuskan segala kewajiban ataupun hak yang timbul dari perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya.
Terhadap perjanjian yang dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak tanpa disertai alasan yang sah, apabila perjanjian tersebut telah berlangsung lama, pihak yang dirugikan atas pembatalan tersebut dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pihak yang membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak. Ganti rugi yang diajukan oleh pihak yang dirugikan atas pembatalan yang sepihak tersebut adalah dapat berupa biaya, rugi, maupun bunga atas kerugian yang dideritanya.
Apabila dalam pembatalan yang dilakukan secara sepihak terhadap perjanjian yang mereka perbuat, segala isi maupun ketentuan yang tercantum di dalam perjanjian tersebut belum dilaksanakan sama sekali oleh kedua belah pihak, dengan adanya pembatalan perjanjian tersebut oleh salah satu pihak secara sepihak tidak menimbulkan akibat hukum apa-apa. Pembatalan perjanjian tersebut hanya membawa para pihak pada keadaan semula yaitu keadaan sebelumnya para pihak dianggap tidak pernah melakukan atau mengadakan perjanjian diantara mereka.
Dengan demikian jelaslah bahwa suatu perjanjian hanya dapat dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak apabila tidak memenuhi syarat sah subjektif dari suatu perjanjian. Pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan dengan
(39)
mengajukannya kepada pengadilan ataupun dengan pembelaan atau gugatan pihak yang akan membatalkan perjanjian.
Terhadap perjanjian yang dibatalkan secara sepihak tanpa alasan yang sah, dapat diajukan tuntutan kepada pihak yang membatalkannya selama perjanjian
tersebut telah berlangsung, sebaliknya apabila pembatalan secara sepihak tersebut terjadi sebelum adanya pelaksanaan perjanjian maka pembatalan itu
hanya membawa pada keadaan semula yaitu keadaan yang dianggap tidak pernah terjadi perjanjian.
Dalam perjanjian, pernyataan keadaan wanprestasi ini tidaklah dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi harus terlebih dahulu diperlukan adanya suatu pernyataan lalai atau sommatie yaitu suatu pesan dari pihak pemberi pekerjaan borongan pada saat kapan selambatnya harus diharapkan pemenuhan
prestasi. Dari pesan ini pula selanjutnya akan ditentukan dengan pasti saat mana seseorang berada dalam keadaan wanprestasi atau ingkar janji tersebut,
sehingga pihak yang wanprestsi harus pula menanggung segala akibat yang telah merugikan pihak yang lainnya.
Sebagai akibat timbulnya kerugian dari salah satu pihak tersebut, maka undang-undang memberikan sesuatu hak baginya untuk menuntut
diantara beberapa hal yaitu : 1. Pemenuhan prestasi
2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi 3. Ganti rugi
4. Pembatalan perjanjian
5. Pembatalan disertai ganti rugi.15
15
(40)
Bentuk ganti rugi tersebut di atas pada pelaksanaannya dapat diperinci dalam tiga bentuk yaitu biaya, rugi dan bunga.
Menurut R. Setiawan disebutkan bahwa :
Menurut Pasal 1246 KUHPerdata ganti rugi terdiri dari dua faktor yaitu : 1. Kerugian yang nyata-nyata diderita
2. Keuntungan yang seharusnya diperoleh
Kedua faktor tersebut dicakup dalam pengertian, biaya, kerugian dan bunga. Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran nyata, misalnya biaya notaris, biaya perjalanan dan seterusnya. Kerugian adalah berkurangnya kekayaan kreditor sebagai akibat dari pada ingkar janji dan bunga adalah keuntungan yang seharusnya diperoleh kreditor jika tidak terjadi ingkar janji.16
Dalam perjanjian ditentukan bahwa dalam hal terlambatnya salah satu pihak untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan dalam jadwal waktu yang telah ditentukan adalah merupakan salah satu bentuk dari wanprestasi. Penentuan wanprestasi ini sendiri erat kaitannya dengan suatu pernyataan lalai yaitu suatu pesan dari salah satu pihak untuk memberitahukan pada saat kapan selambatnya ia mengharapkan pemenuhan prestasi.
Dengan demikian sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan dalam penentuan pernyataan wanprestasinya salah satu pihak adalah ketentuan batas pelaksanaan kewajiban itu sendiri.
Keterlambatan melakukan kewajiban ini dapat juga terjadi dari bentuk wanprestasi lainnya, seperti halnya melaksanakan kewajiban yang tidak sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan. Sementara bentuk wanprestasi ini juga harus dapat dibedakan terhadap lainnya pihak kedua untuk tidak melakukan kewajiban sama sekali, karena dalam hal demikian pihak kedua tidak dapat dianggap terlambat memenuhi pelaksanaan prestasi. Sementara sanksi dalam hal pihak kedua tidak melaksanakan kewajiban sama sekali yang selanjutnya dapat
16
(41)
dikategorikan menolak untuk melaksanakan kewajiban, sebagai sanksinya pihak pertama berhak atas uang jaminan yang diberikan oleh salah satu pihak.
D. Berakhirnya Suatu Perjanjian
Terpenuhinya kesepakatan antara kedua belah pihak yang disepakati dan syarat-syarat tertentu dalam perjanjian dapat menjadi sebab berakhirnya perjanjian, misalnya habisnya jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian, semua hutang dan bunga atau denda jika ada telah dibayarkan. Secara keseluruhan, KUHPerdata mengatur faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, diantaranya karena :
1. Pembayaran
Pembayaran tidak selalu diartikan dalam bentuk penyerahan uang semata, tetapi terpenuhinya sejumlah prestasi yang diperjanjikan juga memenuhi unsur pembayaran.
2. Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian sepatutnya dilaksanakan sesuai hal yang diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, tidak jarang prestasi tersebut dapat dipenuhi sebelum waktu yang diperjanjikan. Penawaran dan penerimaan pemenuhan prestsi sebelum waktunya dapat menjadi sebab berakhirnya perjanjian, misalnya perjanjian pinjam meminjam yang pembayarannya dilakukan dengan cicilan, apabila pihak yang berhutang dapat membayar semua jumlah pinjamannya sebelum jatuh tempo, perjanjian dapat berakhir sebelum waktunya.
(42)
Pembayaran uang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, sebab munculnya perjanjian baru menyebabkan perjanjian lama yang diperbaharui berakhir. Perjanjian baru bisa muncul karena berubahnya pihak dalam perjanjian, misalnya perjanjian novasi dimana terjadi pergantian pihak debitor atau karena berubahnya perjanjian pengikatan jual beli menjadi perjanjian sewa, karena pihak pembeli tidak mampu melunasi sisa pembayaran.
4. Perjumpaan Hutang atau Kompensasi
Perjumpaan hutang terjadi karena antara kreditor dan debitor saling mengutang terhadap yang lain, utang keduanya dianggap terbayar oleh piutang mereka masing-masing.
5. Percampuran Hutang
Berubahnya kedudukan pihak atas suatu objek perjanjian juga dapat menyebabkan terjadinya percampuran hutang yang mengakhiri perjanjian. Contohnya penyewa rumah yang berubah menjadi pemilik rumah karena dibelinya rumah sebelum waktu berakhir, sementara masih ada tunggakan sewa yang belum dilunasi.
6. Pembebasan Hutang
Pembebasan hutang dapat terjadi karena adanya kerelaan pihak kreditor untuk membebaskan debitor dari kewajiban membayar hutang, dengan terbebasnya debitor dari kewajiban pemenuhan hutang, hal yang disepakati dalam perjanjian sebagai syarat sahnya perjanjian menjadi tidak ada padahal suatu perjanjian dan dengan demikian berakhirlah perjanjian.
(43)
Musnahnya barang yang diperjanjian juga menyebabkan tidak terpenuhinya syarat perjanjian karena barang sebagai hal (objek) yang diperjanjikan tidak ada, sehingga berimplikasi pada berakhirnya perjanjian yang mengaturnya.
8. Kebatalan atau pembatalan
Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian dapat menyebabkan perjanjian berakhir, misalnya karena pihak yang melakukan perjanjian tidak memenuhi syarat kecakapan hukum. Tata cara pembatalan yang disepakati dalam perjanjian juga dapat menjadi dasar berakhirnya perjanjian. Terjadinya pembatalan suatu perjanjian yang tidak diatur perjanjian hanya dapat terjadi atas dasar kesepakatan para pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata atau dengan putusan pengadilan yang didasarkan pada Pasal 1266 KUHPerdata.
9. Berlakunya suatu syarat batal
Dalam Pasal 1265 KUHPerdata diatur kemungkinan terjadinya pembatalan perjanjian oleh karena terpenuhinya syarat batal yang disepakati dalam perjanjian.
10.Lewatnya waktu
Berakhirnya perjanjian dapat disebabkan oleh lewatnya waktu (daluwarsa) perjanjian.
Di dalam Pasdal 1381 KUHPerdata disebutkan beberapa cara hapusnya suatu perjanjian yaitu :
1. Pembayaran
(44)
3. Pembaharuan hutang 4. Perjumpaan hutang 5. Percampuran hutang 6. Pembebasan hutang
7. Musnahnya benda yang terhutang 8. Kebatalan/pembatalan
9. Berlakunya syarat batal
10.Kadaluwarsa atau lewat waktu
Yang dimaksud dengan pembayaran adalah pelaksanaan atau pemenuhan perjanjian secara sukarela, artinya tidak dengan paksaan.
Pada dasarnya pembayaran hanya dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan saja. Pasal 1382 KUHPerdata menyebutkan bahwa pembayaran dapat dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian undang-undang tidak mempersoalkan siapa yang harus membayar, akan tetapi yang penting adalah hutang itu harus dibayar.
Penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan adalah salah satu cara pembayaran untuk menolong debitor. Dalam hal ini si kreditor
menolak pembayaran. Penawaran pembayaran tunai terjadi jika si kreditor menolak menerima pembayaran, debitor secara langsung menawarkan konsignasi yakni dengan menitipkan uang atau barang kepada Notaris atau Panitera. Setelah itu Notaris atau uang yang harus dibayarkan selanjutnya menjumpai kreditor untuk melaksanakan pembayaran. Jika kreditor menolak, dipersilahkan oleh Notaris atau Panitera untuk menandatangani berita acara. Jika kreditor menolak juga, hal ini dicatat dalam berita acara tersebut, hal ini merupakan bukti bahwa kreditor menolak pembayaran yang ditawarkan. Dengan demikian debitor
(45)
meminta kepada Hakim agar konsignasi disahkan Jika telah disahkan, debitor terbebas dari kewajibannya dan perjanjian dianggap hapus.
Pembaharuan hutang (novasi) adalah peristiwa hukum dalam suatu perjanjian yang diganti dengan perjanjian lain. Dalam hal para pihak mengadakan suatu perjanjian dengan jalan menghapuskan perjanjian lama dan membuat perjanjian yang baru.
Dalam hal terjadinya perjumpaan hutang atau kompensasi terjadi jika para pihak yaitu kreditor dan debitor saling mempunyai hutang dan piutang, maka mereka mengadakan perjumpaan hutang untuk suatu jumlah yang sama. Hal ini terjadi jika antara kedua hutang berpokok pada sejumlah uang atau sejumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama dan keduanya dapat ditetapkan serta dapat ditagih seketika.
Percampuran hutang terjadi akibat keadaan bersatunya kedudukan kreditor dan debitor pada satu orang. Dengan bersatunya kedudukan debitor pada satu orang dengan sendirinya menurut hukum telah terjadi percampuran hutang sesuai dengan Pasal 1435 KUHPerdata.
Pembebasan hutang terjadi apabila kreditor dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak menghendaki lagi adanya pemenuhan prestasi oleh si debitor. Jika si debitor menerima pernyataan si kreditor maka berakhirlah perjanjian hutang piutang diantara mereka.
Dengan terjadinya musnah barang-barang yang menjadi hutang debitor, perjanjian juga dapat hapus. Dalam hal demikian debitor wajib membuktikan bahwa musnahnya barang tersebut adalah di luar kesalahannya dan barang itu akan musnah atau hilang juga meskipun di tangan kreditor. Jadi dalam hal ini si
(46)
debitor telah berusaha dengan segala daya upaya untuk menjaga barang tersebut agar tetap berada seperti semula. Hal ini disebut dengan risiko.
Suatu perjanjian akan hapus jika ada suatu pembatalan ataupun dibatalkan. Pembatalan haruslah dimintakan atau batal demi hukum. Karena jika dilihat batal demi hukum maka akibatnya perjanjian itu dianggap tidak pernah ada, sedangkan dalam pembatalan, perjanjian dianggap telah ada akan tetapi karena suatu pembatalan maka perjanjian itu hapus dan para pihak kembali kepada keadaan semula.
Syarat batal adalah syarat yang jika dipenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali kepada keadaan semula, yaitu tidak pernah ada suatu perjanjian. Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perjanjian, hanyalah mewajibkan si berpiutang mengembalikan apa yang telah diterimanya jika peristiwa yang dimaksud terjadi.17
Daluwarsa adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang diterima oleh undang-undang (Pasal 1946 KUHPerdata).
17
(47)
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG BANK
SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN
A. Pengertian Bank
Untuk mempercepat dan meningkatkan proses peningkatan perekonomian dan sumber daya manusia, bank merupakan salah satu sarana di dalam usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta maupun perorangan yang menyimpan dana-dananya, maupun bagi kegiatan exportimport dan berbagai jasa yang diberikan bank melalui kebutuhan pembayaran dan juga pembiayaan bagi semua sektor perekonomian.
Bank memberikan kredit pada sektor perekonomian, mengembangkan sumber daya manusia, melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, merupakan suplier dari sebagian alat tukar atau alat pembayaran sehingga mekanisme kebijaksanaan moneter dapat berjalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan pengembangan sumber daya manusia.
Melihat peranan bank sebagaimana yang diuraikan di atas, haruslah diketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan bank tersebut. Mengenai apa yang dimaksud dengan bank, banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Di sini penulis mengutip beberapa pendapat dari para sarjana mengenai pengertian bank.
(48)
G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit. Baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.18
F.E. Perry, bank adalah perusahaan yang berhubungan dengan uang, menerimanya atas deposito dari nasabah, memberikan pelayanan pada nasabah dalam penarikan deposito yang dilakukannya atas permintaan, menghimpun cek untuk nasabah dan memberikan pinjaman atau menginvestasikan surplus deposito sehingga diperlukan untuk pembayaran.19
A. Abdurrahman dalam Ensiklopedia Keuangan dan Perbankan menyebutkan bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda, benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.20
R. Tjipto Adinugroho dalam bukunya “Permodalan Dana dan Potensi” menyatakan bank adalah suatu lembaga yang mempunyai pekerjaan pokok memberikan kredit berupa simpanan (deposito) di samping kiriman uang”.21
18
Thomas Suyatno, et.al.,Kelembagaan Perbankan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1997, hal. 1
19
Komaruddin, Kamus Perbankan, Rajawali Pers, 1998, Cetakan Edisi Baru, hal. 28
20
Thomas Suyatno, et.al.,Op.Cit, hal. 1
21
R. Tjipto Adinugroho, Permodalan Dana dan Potensi, Pradya Paramita, Jakarta, 1974, hal. 15
(49)
Pierson, ahli ekonomi dari Belanda menyatakan “bank adalah badan yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka dari tabungan”.22
Mac Leod, dalam buku “The Theory and Practise of Banking”
menyatakan “bank adalah pengusaha yang membeli uang dan pinjaman dengan cara menciptakan pinjaman lainnya”.
(a banker is a trader whose business is to buy money and debts by creating other debts).23
Perbedaan pendapat para sarjana tersebut mengenai pengertian bank adalahdikarenakan perbedaan situasi dan kondisi dari suatu negara, juga dikarenakan bankmerupakan perusahaan yang dinamis, sehingga gambaran tentang bank mengalami perubahan dari masa lalu ke masa sekarang. perubahan-perubahan tersebut adalah dalam rangka memantapkan eksistensi dari bank itu sendiri di tengah-tengah masyarakat dalam usaha menghimpun dana dan menyalurkan kembali ke masyarakat.
Di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1 ayat (2) menyebutkan pengertian bank yaitu : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dilihat dari fungsinya, definisi tentang bank tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu :
22
Prathama Raharja, Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Cetakan Edisi Revisi, hal. 12
23
O.P. Simorangkir, Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan, Aksara Persada Indonesia, 1989, hal. 18
(50)
1. Bank dilihat sebagai penerima kredit, dalam pengertian pertama ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk :
a. Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta atau diambil kembali setiap saat.
b. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang
penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan habis.
c. Simpanan dalam rekening koran/giro atas nama si penyimpan giro yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau perintah tertulis kepada bank.
2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini berarti bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. Jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.
3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank.24
Dari uraian-uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali ke masyarakat, dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
B. Syarat Pengiriman Uang Melalui Bank
Pengiriman uang melalui jasa bank mempunyai syarat-syarat agar dapat berlangsung dengan baik. Pertama kali yang harus dilakukan dalam proses berjalannya transfer adalah pergi ke bank yang terdekat dengan membawa uang tunai ataupun juga memang sudah, nasabah dari bank yang bersangkutan maka cukup membawa buku banknya. Setelah itu maka disampaikan kepada petugas tujuan untuk mengadakan pengiriman uang.
24
(51)
Setelah itu petugas pengiriman uang memberikan formulir permohonan kiriman uang, dan setelah formulir diberikan maka formulir itu diisi dan ditandatangani serta dikembalikan kepada bank. Kemudian formulir permohonan diperiksa oleh pejabat bank, dan setelah disetujui oleh pejabat bank, uang disetor ke kasir bank (sejumlah uang yang akan dikirim ditambah provisi, biaya pos, telepon, telex, porto, materai dan lain-lainnya).
Perlengkapan syarat-syarat tersebut harus dilakukan, barulah dapat diadakan pengiriman uang. Apakah salah satu dari yang termaksud di atas tidak dilengkapi maka akan menyebabkan tidak dapatnya diadakan suatu transfer.
Sedang dalam buku simpanan dan jasa-jasa bank lain, Buku Pedoman BRI dikatakan syarat-syarat dalam pelayanan transfer ini adalah :
1. Dapat dilayani dengan setoran tunai atau dengan warkat surat berharga. 2. Kode Transfer
Pengisian kode transfer tetap dilaksanakan oleh Kantor Cabang BRI setelah menerima nota tentang adanya transfer dari BRI Unit.
3. Tarif Biaya Transfer
Terhadap nasabah ini pengirim uang dipungut biaya pengiriman uang yang jumlahnya ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Fee untuk BRI
Untuk setiap transaksi transfer yang dilakukan di BRI Unit baik transfer keluar maupun transfer masuk, BRI Unit mendapat Fee yang jumlahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dibebankan ke Kantor Cabang Induknya setiap akhir bulan.
5. Jadwal Pengiriman Uang
Pengiriman uang dapat dilaksanakan pada :
a. Setiap hari Sabtu (untuk BRI Unit yang jauh dari Kantor Cabang) b. Setiap kunjungan Team Kurir Kas
c. Hari yang sama pada saat nasabah mengirimkan uang 6. Pembatalan Transfer Masuk
Transfer masuk yang dibatalkan harus dikembalikan ke Kantor Cabang BRI Unitmengirim selambat-lambatnya dalam waktu satu setengah bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan.
7. Bea Materai
Setiap pengiriman uang dipungut bea materai sesuai ketentuan yang berlaku.25
25
(52)
Dalam Pasal 1319 KUHPerdata menentukan bahwa semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu. Dari ketentuan pasal tersebut, jelaslah apabila tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur tentang perjanjian yang mempunyai nama khusus, maka terhadap perjanjian tersebut berlaku ketentuan mengenai perjanjian pada umumnya yang diatur dalam ketentuan umum.
Oleh karena pengiriman uang yang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang terdapat dalam KUHPerdata, perjanjian pengiriman uang ini juga berlaku ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian pada umumnya, karena tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian pengiriman uang.
Adapun sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata diperlukan 4 (empat) syarat-syarat, yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Keempat syarat tersebut merupakan syarat pokok yang menentukan sah tidaknya suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak.
Menurut R. Subekti menerangkan bahwa :
“Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif karena mengenai orangnya atau pihak-pihak dalam perjanjian, syarat ketiga dan keempat
(53)
merupakan syarat objektif karena menyangkut dengan perjanjian atau objek perjanjian”.26
Sepakat mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian pengiriman uang dimaksudkan adalah kesepakatan antara pengirim dengan bank dimana pengirim akan menikmati uang sampai tujuan. Bank menerima provisi dari pengiriman, kesepakatan antara para pihak merupakan syarat penting sebagai sumber perjanjian.
R. Subekti memberikan pengertian tentang kesepakatan yaitu sebagai berikut :
“Kesepakatan berarti persesuaian kehendak, kehendak itu harus dinyatakan, kehendak dan keinginan yang disampaikan dalam hati tidak mungkin diketahui pihak lain, dan karenanya tidak mungkin melahirkan suatu perjanjian”.27
Oleh karena itu Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yaitu tentang kebebasan berkontrak dapat dijadikan patokan, perjanjian pengiriman uang sah sebagai undang-undang dan asas kebebasan berkontrak.
Pengiriman uang sifatnya bebas tanpa paksa, menurut Pasal 1321 KUHPerdata yaitu tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian bila pengiriman ini bersifat paksaan, tipuan, khilaf maka pengiriman ini akan batal. Bila karena tipu muslihat, paksaan, khilaf, dan merugikan pihak lain, menurut Pasal 1328 KUHPerdata akan membatalkan pengiriman ini.
26
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1977, hal. 17
27
(54)
Pengiriman uang harus bebas dari hal-hal yang tersebut di atas, menurut Abdulkadir M : “Bahwa akibat hukum tidak ada persetujuan kehendak (karena paksaan, khilaf dan penipuan), perjanjian itu dapat dimintakan pembatalan kepada hakim”.28
Syarat kedua adalah kecakapan. Ukuran kecakapan adalah berumur 21 tahun ataupun bila memang belum berumur 21 tahun tetapi sudah kawin. Adapun mengenai hal tidak cakap ini diatur dalam Pasal 1330, yaitu tidak cakap untuk membuat persetujuan adalah :
1. Orang yang belum dewasa
2. Orang yang berada di bawah pengampuan
3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu.
Yang dimaksud Kecakapan adalah kecakapan membuat perjanjian pengirima uang yang menimbulkan periktan seperti Pasal 1329 KUHPerdata, cakap untuk membuat perikatan-perikatan, Jika oleh Undang-Undang tidak dinyatakan tak cakap. Seperti diketahui bahwa perjanjian itu adalah merupakan perbuatan hukum yang melahirkan hubungan hukum yang terletak di dalam lapangan hukum harta kekayaan diantara dua orang atau lebih yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain mempunyai kewajiban untuk melakukan atau memberi sesuatu. Atau dengan kata lain pihak yang mempunyai hak disebut kreditor, pihak yang mempunyai kewajiban disebut debitor.
28
Abdulkadir M., Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982, (Selanjutnya disingkat Abdul Kadir Muhammad I), hal. 92
(55)
Jadi jelaslah bahwa yang menjadi subjek perjanjian adalah kreditor dan debitor. Perjanjian itu tidak hanya harus antara seorang debitor dengan seorang kreditor saja, tetapi beberapa orang kreditor berhadapan dengan seorang debitor atau sebaliknya. Juga jika pada mulanya kreditor terdiri dari beberapa orang kemudian yang tinggal hanya seorang kreditor saja berhadapan dengan seorang debitor juga tidak menghalangi perjanjian itu.29 Seorang debitor harus selamanya diketahui atau dikenal, karena ini penting untuk menuntut pemenuhan prestasi seorang debitor tidak diketahui atau dikenal tentunya tidak dapat dilakukan penagihan terhadap orang tersebut.
Prestasi yang dimasud adalah sesuai dengan Pasal 1234 KUHPerdata : 1. Memberi sesuatu
2. Berbuat sesuatu 3. Tidak berbuat sesuatu
Maksud dari memberi sesuatu itu adalah merupakan kewajiban untuk memberikan barang, misalnya dalam hal jual beli. Tetapi dalam hal untuk memberi sesuatu ini bukanlah diharuskan hanya benda berbentuk barang saja melainkan juga jenis dan jumlah benda tertentu yang di dalamnya termasuk hal memberi dan menikmati atas sesuatu barang.
Berbuat sesuatu merupakan suatu perjanjian yang setiap prestasinya untuk melakukan sesuatu. Yang dimaksud dari tidak berbuat sesuatu adalah jika seorang debitor berjanji untuk tidak melakukan perbuatan tertentu. Misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan tembok yang menghalangi pemandangan rumah tangga, jika debitor tidak bersedia memenuhi kewajibannya, kreditor atas izin Hakim
29
(1)
Bila ada penuntutan ganti rugi oleh si pengirim ataupun penerima transfer maka cara yang sering dilakukan oleh pihak Bank dengan pengirim transfer adalah dengan jalan musyawarah. Ditempuh cara musyawarah untuk menyelesaian perselisihan. Oleh karena para pihak umumnya berkeberatan perselisihan tersebut diselesaikan melalui pengadilan, karena hal tersebut akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Hal yang paling utama adalah untuk menjaga citra baik Bank itu sendiri dan menjaga hubungan baik antara Bank dan Nasabah.
Walau demikian, tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan. Hal ini terjadi apabila salah satu pihak tidak mau menerima atau merasa keberatan atas hasil keputusan yang diambil secara musyaarah. Bagi Bank BRI Cabang Tanjung Balai sendiri hal ini selalu diselesaikan dengan cara musyawarah.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dipaparkan, penulisan dapat mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem Pelayanan Pelaksanaan pengiriman uang melalui jasa transfer online dengan media elektronik merupakan salah satu jasa yang diadakan oleh Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Balai. Salah satu bank yang menyediakan jasa transfer, Bank BRI Cabang Tanjung Balai juga mempunyai kelengkapan peralatan canggih dalam melakukan transfer seperti lazimnya bank-bank lain, tidak kecuali dengan facsimile.
2. Tanggung Jawab Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Balai memberikan ganti kerugian kepada pengirim/penerima transfer dalam hal benar terbukti bank atas kesalahannya telah menimbulkan kerugian bagi pihak pengirim/penerima transfer. Jadi dalam hal tanggung jawab, bank juga memperoleh pembatasan-pembatasanyang segala akibatnya di luar tanggung jawab bank. Adapun pembatasan-pembatasan terhadap tanggung jawab bank, pada umumnya disebutkan secara tertulis dalam aplikasi transfer yaitu ketentuan/syarat-syarat yang telah ditentukan bank terhadap pengiriman uang yang merupakan suatu perjanjian baku (standard contract).
3. Cara penyelesaian Sengketa yang timbul antara pengirim/penerima transfer berhak menuntut ganti kerugian atas keterlambatan atau tidak diterimanya uang
(3)
transfer kepada pihak bank dengan cara musyawara. Cara musyawarah lebih baik didahulukan dari pada menuntut ke pengadilan. Jalan musyawara menuju perdamaian untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, merupakan cara terbaik bagi kedua belah
4. Akibat Hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang apabila salah satu pihak sudah dengan tegas ditagih janjinya tetapi tidak dapat melaksanakan prestasinya, pihak yang tidak memenuhi kewajiban itu berada dalam keadaan lalai atau alpa yang mengakibatkan dapat dituntut di pengandilan. Di mana apabila salah satu pihak tidak melaksanakan prestasinya dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Hukum yang berlaku.
B. Saran
1. Pemakaian jasa transfer dengan sistem online diharapkan lebih berhati-hati dan teliti dalam pengisian nominal uang yang akan di transfer dan alamat yang dituju atau nomor rekening yang akan ditransfer, Sebab bila terjadi kesalahan dalam pengisian nominal uang dan nomor rekening yang dituju, pihak pengirim/penerima yang dirugikan dan Bank tidak bertanggung jawab atas hal tersebut.
2. Bank juga diharapkan agar lebih berhati-hati dalam memberikan layanan jasa transfer dengan sistem online sebab masyarakat telah mengetahui hak dan kewajibannya karena bukan mustahil apabila terjadi kesalahan tidak sampainya pengiriman atau tidak sesuainya jumlah uang yang diterima dengan jumlah uang pada saat di transfer apabila terjadi kesalahan pengiriman seperti ini maka pengirim akan menuntut pihak bank ke
(4)
pengadilan dan bila hal ini terjadi akan membuat kepercayaan nasabah maupun masyarakat luas kepada tersebut menjadi hilang.
3. Mengingat pengiriman uang melalui jasa transfer dengan sistem online sangat diperlukan baik oleh nasabah maupun oleh masyarakat luas pada umumnya dan guna memberikan kepastian hukum maka hendaknya dipikirkan suatu arah bagi pembentukan peraturan khusus yang mengatur tentang pengiriman uang ini sehingga kepentingan pengiriman dan juga bank akan lebih terjamin, di mana pengirim akan tenang bahwa pengirimannya akan sampai ke tempat tujuan dan pihak bank dapat terhindar dari penuntutan yang dapat merugikan pihak bank sendiri.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Baruizaman, Mariam Darus. 1981.Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya.Bandung : Alumni.
Hermansyah, 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Prenada Media. Kasmir, 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Komaruddin, 1998.Kamus Perbanka. Rajawali Pers. Cetakan Edisi Baru.
Mertokusumo,Sudikno. 1998.Mengenai Hukum. Yogyakarta :Liberty. Muhammad,Abdul Kadir. 1982.Hukum Perikatan. Bandung : Alumni.
---, 1992. Perjanjian Baku Dalam Praktik Perusahaan Perdagangan. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Nasution, Bismar. 18 Juni 2003.“Menuju Penyelesaian Sengketa Alternatif”. Makalah disampaikan pada Seminar Pemantapan Lembaga Penyelesaian Sengketa Alternatif Bidang Kelautan dan Perikanan.
Raharja,Prathama. 1990.Uang dan Perbankan.Jakarta :Rineka Cipta. Setiawan, R. 1990.Pokok-pokok Hukum Perikatan. Jakarta : Bina Cipta.
Siamat Dahlan. 1995.Manajemen Lembaga Keungan. Jakarta : PT. Intermedia. Simorangkir. O.P. 1992.Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan. Jakarta : Aksara
Persada Indonesia.
SP Iswardono. 1994.Uang dan Bank.Yogyakarta :BPFE. Subekti. R. 1977.Aneka Perjanjia. Bandung : Alumni. ---, 1981.Pembinaan Hukum Nasional.1981 : Alumni.
(6)
Subekti, R danTjitrosudibio, R. 1994.Terjemahan KUH Perdata. Jakarta : Pradnya Paramita.
Suyatno, Thomas, Et. Al. 1997.Kelembagaan Perbankan. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia.
Tjipto Adinugroho, R. 1974.Permodalan Dana dan Potensi.Jakarta : Pradya Paramita.
WirjonoProdjodikoro, R. 1992.Hukum Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Bandung : Sumur.
Yahya Harahap, M. S.H, 1986.Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung : Penerbit Alumni.
B.Jurnal
BRI, 1992.Simpanan dan Jasa Bank Lain, Buku Pedoman BRI, Jakarta.
C. Peraturan Perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 SEMA Nomor 3 tahun 1963
D.Internet