Kekuatan Pembuktian Materiil Perjanjian Asuransi secara Telemarketing

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2017, I 1:1-14 akibat perjanjian asuransi : perjanjian asuransi bersifat mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak pacta sunt servanda; dan perjanjian asuransi tidak dapat dibatalkan secara sepihak, selain daripada kesepakatan kedua belah pihak. Kekuatan mengikat perjanjian asuransi secara telemarketing harus dibuktikan melalui alat bukti dalam Pasal 1866 BW. Untuk mengetahui kekuatan alat bukti perjanjian asuransi secara telemarketing dijabarkan dibawah ini. Pembuktian telah terjadi kesepakatan antara tertanggung dan penanggung, undang-undang mengharuskan pembuktian dengan alat bukti tertulis berupa akta yang disebut polis. Sebelum polis belum dibuat, pembuktian dilaku- kan dengan catatan, nota, surat perhitungan, telegram, dan sebagainya. Surat-surat ini disebut permulaan bukti tertulis the beginning of writing evidence. Apabila permulaan bukti tertulis ini sudah ada, barulah dapat digunakan alat bukti biasa yang diatur dalam hukum acara perdata, 22 diperjelas Pasal 258 ayat 1 WvK. Dalam konteks perjanjian asuransi agar dapat dikatakan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, apabila dibuktikan dengan terbitnya polis oleh penanggung. Perjanjian asuransi hanya sebatas bukti permulaan saja, sehingga perjanjian asuransi dan polis apakah harus dibuat dalam bentuk akta atau tidak. Akta secara garis besar menurut Pasal 1867 BW terbagi dalam 2 macam, yaitu : akta otentik dan akta dibawah tangan. Untuk membuktikan perjanjian asuransi dan kemudian polis termasuk sebagai suatu akta otentik atau akta di bawah tangan dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dapat dilihat dalam 3 macam kekuatan, baik secara langsung maupun telemarketing yaitu: kekuatan pembuktian lahir, formil dan materiil.

2.1 Kekuatan Pembuktian Lahiriah Perjanjian Asuransi secara Telemarketing

Dalam praktik di bidang perasuransian yang dimaksud dengan bukti permulaan itu adalah Surat Permohonan Asuransi SPA yang berisi formulir-formulir permohonan baku yang sebelumnya disediakan oleh penanggung. Dalam formulir tersebut, selain berisi tentang data pribadi dari tertanggung dan mengenai objek perjanjian asuransi, selain itu juga ada beberapa pertanyaan yang harus diisi dijawab oleh tertanggung. Formulir yang diisi tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan “Polis”. Oleh karena itu, dalam pengisian formulir harus dilakukan secara lengkap dan benar. Sungguhpun jika perjanjian asuransi yang lahir melalui telemarketing, hal tersebut telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara umum, perkembangan jaman membawa manusia ke dalam peradaban yang maju dan canggih menuntut agar semua dapat berjalan secara cepat dan praktis. Itulah yang saat ini berkembang, dalam konteks perjanjian asuransi antara penanggung dan tertanggung terbentuk dari percakapan melalui telepon saja.

2.2 Kekuatan Pembuktian Formil Perjanjian Asuransi secara Telemarketing

Mengenai hal tersebut berlaku pembatasan-pembatasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bolehlah kesepakatan dalam hal perjanjian asuransi lahir melalui telemarketing, namun juga harus diikuti oleh pertemuan langsung tatap muka terlebih bagi unit link juga dibarengi dengan menandatangani formulir permohonan SPAE-SPA sebagaimana dimaksud Pasal 47 POJK No. 23POJK.052015. Upaya tersebut dilakukan sebagai perlindungan dan bukti apabila salah satu pihak menyangkal atau tidak mengakui terjadinya perjanjian asuransi yang menimbulkan sengketa. Dilihat dari aspek formil, maka yang menjadi penilaian adalah kebenaran dan kepastian mengenai hari, tanggal, bulan, tahun, waktu para pihak mengadakan perjanjian asuransi dan keterangan yang sesung-guhnya berkaitan dengan diadakannya perjanjian asuransi. Aspek formal menekankan pada sesuatu kejadian atau keterangan yang termuat dalam polis betul-betul telah terjadi atau kebenaran segala hal yang tersebut dalam polis. Perjanjian asuransi adalah akta di bawah tangan dalam bentuk kontrak baku, apabila para pihak mengakui tanda tangan yang telah dibubuhkannya, maka sudah dapat dipastikan bahwa perjanjian asuransi sampai pada terbitnya polis tersebut mempunyai kekuatan pembuktian formil sehingga dilakukan secara bertahap. Jadi, akta sedemikian adalah mempunyai kekuatan pembuktian sempurna untuk kepentingan tertanggung atau orang-orang yang memperoleh hak dari dia dan hanya terhadap penanggung dan begitupun sebaliknya.

2.3 Kekuatan Pembuktian Materiil Perjanjian Asuransi secara Telemarketing

Dilihat secara aspek materiil, polis merupakan suatu pengejawantahan perjanjian asuransi, baik yang dilahirkan secara langsung maupun melalui telemarketing. Selain itu, polis agar dinyatakan sah harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menentukan syarat-syarat yang wajib dipenuhi dalam polis berdasarkan Pasal 304 WvK menyebut syarat yang harus dicantumkan umumnya dalam Polis Asuransi Jiwa. Selain daripada itu, khusus bagi polis asuransi unit link menurut Lampiran Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan BAPEPAM-LK Nomor Kep-104Bl2006 pada poin 7 disebutkan khusus mengenai Polis Asuransi unit link. 22 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 57-58. JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2017, I 1:1-14 Pembuktian perjanjian asuransi diatur dalam Pasal 258 WvK yang dibedakan 2 tahapan : 23 a. Jangka waktu yang terletak di antara diadakannya perjanjian itu dengan dibuatnya polis atau fase sebelum polis dibuat; dan b. Jangka waktu setelah diadakannya polis. Pertama, mengenai cara bagaimana harus dibuktikan perjanjian asuransi itu, diatur di dalam Pasal 258 ayat 1 dan ayat 2 WvK. Tentunya di dalam keadaan sebelum polis itu dibuat, pembuktian mungkin sekali sangat dibutuhkan apabila misalnya evenement, yaitu peristiwa yang tidak tentu sudah terjadi. Kedua, tentang pembuktian yang perlu dalam periode setelah penyerahan polis. Dalam periode tahap ini alat bukti yang sangat terpenting ialah tulisan atau surat dan permulaan pembuktian dengan surat. Baik mengenai diadakannya perjanjian asuransi maupun tentang janji-janji khusus hanya dapat dibuktikan dengan alat bukti surat. Maksud yang utama dalam alat bukti surat tentunya polis, namun dibolehkan menggunakan alat-alat bukti lainnya. Pokok utama dalam penutupan asuransi antara penanggung dan tertanggung terletak pada lahirnya kesepakatan para pihak. Kesepakatan yang terbentuk baik langsung maupun melalui telemarketing tersebut akan dituangkan dalam perjanjian asuransi. Pembuktian penutupan asuransi dilakukan secara bertahap, sebelum dan sesudah polis terbit dan diserahkan. Sehingga kekuatan pembuktian materiil pula bertahap. Mengingat materi muatan dalam perjanjian asuransi hanya pada pokok-pokok intinya saja, maka dikatakan bukti permulaan saja. 3. Ratio Decidendi Putusan Mahkamah Agung RI No. 86.KPdt2012 yang menolak Permohonan Kasasi Pemohon Pada dasarnya, ratio decidendi merupakan suatu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai pada putusannya. Secara konseptual pengertian Ratio Decidendi adalah “the principle or rule of law on which a court’s decision is founded” prinsip atau aturan hukum dimana pengadilan menemukan keputusannya. 24

3.1 Pertimbangan Judex Facti