V. PENUTUP
A. Simpulan
1. Hukum Pidana Adat sebagai kearifan lokal menjadi suatu landasan dalam
menyelesaikan senegketa-sengketa ataupun konflik-konflik yang timbul di masyarakat. Hal ini menjadi suatu landasan untuk mencapai kepuasan
dimasing-masing pihak yang bersengketa
win-win solution.
Keadilan yang komunal menjadi cerminan untuk tercapainya kepuasan tersebut,
karena untuk mencapai keadilan komunal tersebut juga tidak terlepas dari nilai-nilai religi serta kultural masyarakat. Penerapan tata cara
penyelesaian mediasi non penal yang dilakukan oleh masyarakat adat Lampung telah mencerminkan keadilan-keadilan yang diharapkan tersebut
dan sesuai dengan karakter ciri bangsa Indonesia yang termuat dalam nilai-nilai Pancasila serta hukum kebiasaan yang ada dimasyarakat.
2. Akibat hukum yang terjadi atas penyelesaian tindak pidana berbasis
kearifan lokal adat Lampung memiliki 2 akibat baik akibat dari hukum pidana adat atau hukum delik adat dan hukum positif Indonesia yaitu:
a. Hukum Pidana Adat Lampung
Baik korban maupun pelaku kehilangan pengakuannya oleh masyarakat adat dan perlu diselesaikan untuk mencapai keadilan
komunal serta keadilan restoratif.
b. Hukum Positif Indonesia
Bahwa masyarakat adat diakui oleh negara keberadaannya, karena setiap putusan yang diberikan oleh masyarakat adat dapat menjadi
landasan pertimbangan pemutus perkara bagi hakim jika perkara tersebut dilanjutkan ke tahap persidangan.
B. Saran
Berkaitan dengan penulisan Skripsi ini maka perlu diperhatikan saran untuk kedepannya dalam pelaksanaan Mediasi Non Penal dalam Penyelesaian Tindak
Pidana Adat Lampung adalah sebagai beriut : 1.
Disarankan adanya pembuatan peraturan perundang-undangan terkait keberadaaan dan kewenangan Hukum pidana Adat Lampung baik
peradilannya, maupun lembaganya dalam menyelesaikan suatu perkara adat sehingga diakui keberadannya serta kewenangannya dalam
menyelesaikan suatu persoalan hukum. Penyelesaian tindak pidana adat, perlu dibangun suatu mekanisme penyelesaian agar adanya kerjasama
antara para Perwatin Penyimbang-Penyimbang Adat Lembaga Majelis Adat Lampung dengan Sub-sistem Peradilan Pidana dalam mekanisme
pelaksanaan penyelesaian yang berorientasi pada kearifan lokal untuk keadilan restoratif.
2. Pihak pengadilan ataupun negara mengakui pemberlakukan atas
pelaksanaaan hukum pidana adat atau hukum delik adat, sebagai putusan yang diberikan oleh masyarakat adat dengan cara memberikan kekuatan
hukum tetap seperti setiap putusan yang dilakukan oleh masyarakat adat