IPA Terpadu TINJAUAN PUSTAKA

2.2 IPA Terpadu

Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7 sampai 14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkrit ke berpikir abstrak. Selain itu, siswa melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi siswa. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi. Guru-guru IPA di sekolah masih terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan biologi, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran IPA juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap. Pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni team teaching, dan guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing. Kegiatan pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja pembelajaran IPA terpadu memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Pada pembelajaran IPA Terpadu, guru harus memilih secara tepat media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian. Kegiatan pembelajaran IPA terpadu tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, siswa harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topik tertentu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA Terpadu. Menurut Fogarty dalam Trianto 2007, mengemukakan bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu, yaitu: the fragmented model model tergambarkan, the connected model model terhubung, the nested model model tersarang, the squenced model model terurut, the shared model model terbagi, the webbed model model terjaring, the threaded model model tertali, the integrated model model terpadu, the immersed model model terbenam, the networked model model jaringan. Penelitian ini mengambil tema energi dalam kehidupan, yang merupakan keterpaduan antar bidang ilmu kajian fisika dan biologi. Model keterpaduan yang digunakan yaitu model webbed. Model keterpaduan webbed menggunakan pendekatan tematik, pendekatan pengembangannya dimulai dengan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran.

2.3 CD Interaktif

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KIT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE EDUTAINMENT PADA TEMA BUNYI DALAM KEHIDUPAN UNTUK SISWA SMP

6 37 148

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA MIKROSKOP UNTUK SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)

1 27 154

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN TEMA ENERGI PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU

1 12 156

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN.

4 8 53

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU INTERAKTIF DALAM BENTUK E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK SISWA SMP PADA TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR.

0 1 20

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU POP-UP DENGAN TEMA “ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN” UNTUK SISWA SMP.

0 0 2

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU INTERAKTIF DALAM BENTUK MOODLE UNTUK SISWA SMP PADA TEMA BIOMASSA SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN | Mustika Noor Sasono Putri | Jurnal Pendidikan Fisika 3733 8265 1 SM

0 0 6

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU INTERAKTIF DALAM BENTUK MOODLE UNTUK SISWA SMP PADA TEMA MATAHARI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF | Indri Pratiwi | Jurnal Pendidikan Fisika 3732 8263 1 SM

0 1 5

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU INTERAKTIF DALAM BENTUK MOODLE UNTUK SISWA SMP PADA TEMA HUJAN ASAM | Rizqa Safitri | Jurnal Pendidikan Fisika 3727 8253 1 SM

0 0 5

Pengembangan media pembelajaran ipa terpadu interaktif dalam bentuk moodle untuk siswa smp pada tema hujan asam

0 1 19