Tanaman Sebagai Penjerap Partikel

daerah dengan tingkat pencemaran tinggi, misalnya jalan yang tercemar, perlu dilakukan dengan cermat. Fakuara 1986 dalam Setiawati 2000 menjelaskan bahwa jenis tanaman yang dapat menyerap gas antara lain tanaman yang mempunyai banyak stomata, tahan terhadap gas tertentu dan tingkat pertumbuhan tanaman cepat. Kemampuan daun tanaman dalam menyerap gas beracun pencemar udara dipengaruhi beberapa faktor antara lain daya kelarutan polutan di dalam aircairan sel, kelembaban lingkungan di sekitar daun, intensitas cahaya matahari, kedudukan daun, keadaaan saat penyerapan gelapterang Smith, 1981 dalam Dahlan, 2004. Selain vegetasi, pergerakan angin juga dapat mempengaruhi penyebaran polusi udara. Karena itu, untuk mengurangi polusi udara, penanaman vegetasi dapat dilakukan tegak lurus dengan arah angin Grey dan Deneke, 1978. Selain itu, penanaman juga ditempatkan di sekitar sumber polusi. Penanaman yang terbuka sebaiknya juga dikombinasikan dengan barrier yang padat.

2.6 Tanaman Sebagai Penjerap Partikel

Partikel pencemar udara disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, proses-proses industri, erosi tanah, dan reaksi kompleks antara matahari dan polutan gas. Partikel pencemar tersebut walaupun disaring sebelum memasuki tubuh manusia, dapat menyebabkan gangguan pernapasan, serangan jantung dan kanker Harris, Clark, and Matheny, 1999. Pengurangan partikel dari udara sebagian besar dilakukan oleh angin. Angin membawa partikel-partikel tersebut. Selain angin, reduksi partikel dari udara juga disebabkan oleh tanaman. Partikel dan debu dijerap oleh tanaman terutama pada daun dan permukaan tanaman. Gambar 4 Penjerapan partikel oleh pohon Grey and Deneke, 1978 Tanaman juga dapat mereduksi kandungan logam di udara seperti timah, nikel, kadmium, dan krom. Penelitian Bertnatzky mengenai jalan di Frankurtz menyatakan bahwa pada jalan yang ditanami pohon terdapat sekitar 3000 partikel per liter quart udara sementara jalan tanpa pohon memiliki 10000-12000 partikel per liter udara Harris et al, 1999. Carpenter 1975 juga menjelaskan bahwa udara yang berdebu berkurang sebanyak 75 dengan penanaman tanaman seluas 200 yard. Menurut Carpenter 1975, permukaan daun yang berambut pada beberapa tanaman memerangkap debu dan jelaga dengan cukup efektif dibuktikan dengan kotornya daun pada beberapa vegetasi. Dahlan 1989 juga menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa tanaman dengan daun kasar atau berbulu mengendapkan timbal lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan berdaun licin. Vegetasi yang selalu berdaun hijau evergreens direkomendasikan untuk menjerap partikel dan debu karena sifatnya yang berdaun sepanjang daun Harris, Clark, and Matheny, 1999. Taihuttu 2001 melakukan penelitian terhadap tingkat jerapan partikulat pada beberapa jenis tanaman dan menyimpulkan bahwa tanaman berdaun jarum, serta tanaman yang berdaun besar, kasar, dan berbulu memiliki tingkat jerapan partikulat yang tinggi. Selain penjerapan pada daun, penjerapan terhadap partikel juga dilakukan di berbagai bagian tumbuhan seperti ranting dan batang. Dahlan 1989 menjelaskan bahwa ranting pohon yang berbulu menjerap partikel timbal dan seng lebih banyak dibandingkan ranting yang berkulit licin. Pohon berkulit kasar dapat menyerap timbal lebih tinggi dibandingkan dengan pohon berkulit licin. Kemampuan pembersihan pencemaran partikel juga dipengaruhi oleh kepadatan dan struktur vegetasi. Vegetasi multilayer, yaitu terdiri dari beberapa lapis tanaman meliputi penutup tanah, semak, dan pohon, lebih efektif dalam menjerap partikel. Vegetasi yang padat dapat membersihkan partikel dengan baik. Jenis tanaman yang memiliki ketahanan tinggi terhadap pencemaran debu semen dan mampu menyerap dan menjerap debu semen antara lain mahoni Swietenia macrophylla, bisbul Diospyros discolor, tanjung Mimusoph elengi, kenari Canarium commune, meranti merah Shorea leprosula, kerai payung Filicium decipiens, dan kayu hitam Diospyros celebica. Sementara itu, duwet Eugenia cuminii, medang lilin Litsea roxburghii, dan sempur Dilenia ovata peka terhadap debu semen dan kemampuan menjerap dan menyerap partikel debu rendah Dahlan, 2004.

2.7 Kota Satelit