Kadar hara daun tembakau berdasarkan tingkat degradasi lahan

106 Karakteristik Usahatani Pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau UTLKBT Di Sub-DAS Progo Hulu Karakteristik Pola Tanam Pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Variabilitas jenis tanaman pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu cukup besar karena adanya variasi agroklimat, ketinggian tempat elevasi, topografi, dan jenis tanah. Akibatnya p ada kawasan UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu mempunyai kecocokan agroekosistem yang beragam. Selama ini petani menanam tembakau pada musim kemarau april-september dan musim penghujan oktober-maret menanam jagung atau sayuran cabe, kubis, bawang putih, bawang daun, bawang merah, tomat, dan lainnya. Tanaman tembakau dapat ditanam pada musim kemarau april-september, hal ini diduga disebabkan di wilayah ini mempunyai curah hujan relatif tinggi yaitu 2.200- 3.100 mmth Basuki et al. 2000, dengan distribusi curah hujan bulan april-september sebesar 24,7 dari curah hujan tahunan Gambar 11. Jenis pola tanam pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu didominasi oleh pola tanam jagung-tembakau 51,0, diikuti cabe-tembakau 29,2, serta sisanya 19,8 terdiri bawang daun-tembakau, bawang putih-tembakau, kubis-tembakau, bawang merah-tembakau, dan tomat-tembakau Tabel 21 dan Tabel 22. Tabel 21. Sebaran luas lahan berbagai pola tanam pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu berdasarkan satuan lahan tahun 20072008 Jenis Pola Tanam Luas Lahan Satuan Lahan ha Jagung-Tembakau 3.775,72 51,0 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15,16,17,18,19, 20, 21,22,23,24,25,26,27 Cabe-Tembakau 2.158,55 29,2 2,11,12,13,14,16,17,18, 19,21,22,24,25,26,27 Bawang daun-Tembakau 634,65 8,6 2, 3, 5, 6, 7, 10 Bw putih-Tembakau 274,41 3,7 9, 20, 22, 23, 25 Kubis-Tembakau 257,52 3,4 1, 3, 4, 8, 9, 21, 24 Bw merah-Tembakau 196,15 2,7 19, 26 Tomat-Tembakau 102,48 1,4 2, 6 Total 7.398,54 100,0 Sumber : Dianalisis dari data primer 20072008 107 Tabel 22. Sebaran waktu berbagai jenis pola tanam pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu tahun 20072008 Pola Tanam Bulan Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Jg-Tb Cb-Tb Bd-Tb Bp-Tb Kb-Tb Bm-Tb Tm-Tb Sumber : Dianalisis dari data primer 20072008 Keterangan : Jg-Tb = pola tanam jagung-tembakau Bd-Tb = pola tanam bawang daun-tembakau Cb-Tb = pola tanam cabe-tembakau Bp-Tb = pola tanam bawang putih-tembakau Kb-Tb = pola tanam kubis-tembakau Bm-Tb = pola tanam bawang merah-tembakau Tm-Tb = pola tanam tomat-tembakau Jenis pola tanam jagung-tembakau merupakan pola tanam yang paling dominan 51,0 dan menyebar pada seluruh satuan lahan. Hal ini disebabkan untuk menanam jenis sayuran cabe, bawang daun, bawang putih, kubis, bawang merah, dan tomat disamping dipengaruhi kecocokan agroekosistem, juga pertimbangan ekonomi dan sosial. Pertimbangan ekonomi untuk menanam sayuran diperlukan biaya usahatani yang relatif besar, sehingga hanya petani yang memiliki modal cukup besar yang mampu menanam sayuran. Adapun pertimbangan sosial, sebagian besar petani 70 sampai saat ini masih mengkonsumsi beras jagung ”sego jagung” sebagai makanan pokok. Disamping hal tersebut tanaman sayuran juga memiliki resiko kegagalan lebih tinggi dibandingkan tanaman jagung, yaitu resiko karena hama penyakit, fluktuasi harga, dan iklim tahunan. 108 Tanaman tembakau yang ditanam petani merupakan varietas tembakau temanggung, yaitu varietas lokal yang telah lama beradaptasi dan berkembang di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro yang dikenal sebagai tembakau ”srintil”, diantaranya meliputi : kultivar kemloko, gober, dan sitieng. Tanaman jagung dan bawang putih juga merupakan varietas lokal, yaitu jagung putih dan jagung kuning, sedangkan bawang putih sebagian varietas lokal Lengkong dan sebagian berasal dari daerah Malang, Jawa Timur. Tanaman cabe, bawang daun, bawang merah varietas Karet, dan tomat merupakan introduksi dari luar daerah. Tanaman cabe mulai dicoba ditanam petani baru sekitar tahun 2002, setelah ternyata hasilnya baik berkembang terus sampai sekarang dengan areal tanam yang semakin luas. Sistem budidaya yang dilakukan petani pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu sudah menerapkan sistem intensifikasi pertanian, seperti telah melakukan pengaturan jarak tanam, teknik pemupukan, maupun pemberantasan hama penyakit. Dosis pemupukan untuk tanaman tembakau yang direkomendasikan dari hasil penelitian Balittas Malang, yaitu : 500-600 kg ZAUreaha, 200-300 kg SP-36ha, dan 20-30 ton pupuk kandangha Purlani Rachman 2000, sudah diterapkan dengan baik. Berdasarkan hasil survei wawancara dengan petani responden, dosis pupuk yang telah dilakukan petani saat ini yaitu untuk tanaman tembakau 20-32 ton pupuk kandang+550- 650 kg ZAUrea+250-300 kg SP-36ha, tanaman jagung 250-300 kg Urea+150-200 kg SP-36ha, dan tanaman cabe 700-750 kg ZA+450-500 kg Urea+ 400-450 kg SP- 36+350-400 kg KClha. Pupuk kandang diberikan pada menjelang tanam tembakau pada jenis pola tanam jagung-tembakau, kubis-tembakau, bawang putih-tembakau, bawang daun-tembakau, dan bawang merah-tembakau. Untuk pola tanam cabe- tembakau dan tomat-tembakau, pupuk kandang diberikan menjelang tanam cabe atau tomat. Pupuk kandang diberikan pada setiap tanaman, dengan jarak tanam 40-50 cm x 60-90 cm dan dosis sekitar 0,7-1,2 kg pupuk kandang per tanaman. Dilakukan dengan cara membuat ”koakan” lubang tempat pupuk dan tempat tanam pada lahan, ”koakan” diberi pupuk kandang lalu ditutup tanah, setelah beberapa hari baru dilakukan penanaman pada ”koakan” tersebut Gambar 24. 109 Foto kiri : Koakan yang sudah diberi pupuk kandang dan ditutup tanah lahan degradasi berat, tanah regosol Foto kanan : Bawang putih ditanam mengelilingi koakan lahan degradasi berat, tanah litosol Gambar 24. Sistem tanam pada “koakan” lubang untuk pupuk dan untuk tempat tanam tahun 2008 Cara pemberian pupuk atau penanaman dengan sistem ”koakan” merupakan teknologi spesifik lokasi yang dimiliki petani, sangat baik untuk mengatasi kondisi kesuburan tanah di lokasi penelitian yang relatif rendah dan banyaknya kerikil di dalam solum tanah 15-90, dengan indeks stabilitas agregat tanah 40 atau tidak stabil Lampiran 9b. Ini terjadi karena diakibatkan oleh sistem pengolahan tanah sangat intensif over intensif yang dilakukan petani sejak dulu dengan melakukan pembalikan tanah sedalam 30-50 cm setiap menjelang tanam tembakau setiap tahunnya, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas drainase untuk menghindarkan kelebihan air pada daerah perakaran. Karena agregat tanah menjadi hancur, akibatnya koloid serta fraksi liat dan debu yang banyak menjerab unsur hara sangat mudah terlarutkan oleh air hujan terbawa aliran permukan ke sungai menuju laut. Hal ini bukan hanya berdampak pada hilangnya lapisan atas tanah yang subur, namun dapat pula menyebabkan usahatani menjadi semakin tidak efisien karena input usahatani terutama pupuk akan banyak hilang terbawa erosi.