Pupuk kimia Contoh aliran permukaan dari botol penampung. Konsentrasi Sedimen Jagung

sehingga diperlukan suplai hara secara terus menerus guna meningkatkan produksi. Penggunaan tanah yang intensif dan mendapatkan produksi yang maksimal dapat dicapai dengan menaikkan taraf pemupukan serta penggunaan pupuk inorganik, penambahan bahan organik dan pengembalian hara. Produksi tanaman dapat ditingkatkan dengan menaikkan penggunaan pupuk, namun untuk petani-petani konvensional agak kesulitan untuk memenuhinya akibat biaya yang mahal, oleh karenanya ketergantungan penggunaan pupuk anorganik dan pertanian kimia lainnya harus dihindari. Kombinasi penggunaan pupuk anorganik dan pupuk organik, merupakan strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk sintetik, selain juga dapat memperbaiki struktur tanah dan sifat fisika tanah lainnya. Penggunaan pupuk anorganik juga dapat dikurangi dengan menekan kehilangannya dan meningkatkan pengembalian hara. Kehilangan melalui penguapan, pencucian dan erosi dapat dikontrol dengan cara menerapkan sistem pertanaman konservasi dan penggunaan dosis secara berkala, penempatan pupuk dan formula pupuk yang slow release atau lambat tersedia. Lal 1995 menyatakan bahwa pengelolaan hara meliputi: i meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dan ketersediaannya terhadap tanaman dan ii memperkirakan jumlah hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanah. Penerapan pengelolaan hara yang efektif adalah menemukan kebutuhan hara yang diharapkan berdasarkan ketersediannya dalam tanah serta penambahan pupuk kimia dan bahan organik untuk mencapai produksi tanaman yang diharapkan. Ada beberapa hal yang perlu diterapkan untuk memenuhi kebutuhan hara tanah dan mengelola hara agar mencapai produksi maksimal dan efisien, yaitu:

a. Pupuk kimia

Pada tanah-tanah tropika basah, penggunaan pupuk kimia sangat penting untuk meningkatkan produksi. Defisiensi hara pada tanah-tanah tropika basah adalah N, P dan Ca serta Zn. Namun penggunaan pupuk kimia ini dapat dikurangi dengan mengurangi kehilangan hara, pengembalian hara, dan fiksasi secara biologi.

b. Mengurangi kehilangan hara

Kehilangan hara dapat terjadi akibat erosi tanah, pencucian hara, dan penguapan. Oleh karena itu penyebab dari kehilangan hara tersebut harus ditekan serta diperlukan pengembalian hara ke dalam tanah nutrient cycling. Erosi tanah . Pemulsaan, penanaman menurut kontur dan tindakan konservasi lainnya dapat menekan erosi. Pemulsaan dan penanaman tanaman penutup tanah sangat efektif untuk mengurangi energi pukulan hujan dan laju aliran permukaan. Pencucian hara . Kehilangan hara tanah melalui pencucian biasa terjadi pada tanah- tanah yang terbentuk pada daerah tropika basah. Kehilangan ini dapat ditekan dengan pengelolaan tanah, pupuk dan tanaman. Pengelolaan tanaman yang dapat digunakan untuk mengurangi kehilangan hara melalui pencucian dapat dilakukan dengan inkorporasi tanaman yang mempunyai perakaran dalam untuk menyerap hara yang ditranslokasikan ke sub soil. Pengelolaan tanah yaitu dengan meningkatkan kapasitas memegang air terutama pada zona perakaran. Dalam hal ini, penggunaan bahan organik tanah yang tinggi merupakan salah satu strategi yang cukup baik. Pengelolaan pupuk juga penting untuk mungurangi kehilangan diantaranya dengan penggunaan pupuk yang bertahap dan penggunaan pupuk yang lambat tersedia. Penguapan. Temperatur yang tinggi dan kondisi yang basah sepanjang tahun semakin mendorong terjadinya kehilangan hara melalui penguapan. Penggunaan mulsa dan sistem no-tillage, penutup tanah merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengatur kelembaban dan regim temperatur tanah. Formulasi pupuk yang tidak mudah larut juga mengurangi kehilangan melalui penguapan seperti pupuk yang slow release dan pupuk coating nitrogenous. Nutrient cycling. Pengembalian hara oleh tanaman maupun binatang ke dalam tanah juga merupakan salah satu cara untuk mempertahankan produksi tanaman. fauna tanah Lal, 1995, seperti cacing dan rayap juga memainkan peran penting dalam pengembalian hara tanah seperti C, N, P, S, B, Cu, Zn dan Mo. Nutrient cycling meliputi mulsa sisa tanaman dan agoforestri. Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah berupa serasah, bahan hijau, kompos dan pupuk kandang berperan sangat penting dalam meningkatkan dan mempertahankan produktivitas tanah. Bahan organik tanah mampu meningkatkan kemampuan menahan air, memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan erosi, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, mensuplai hara dan meningkatkan efisiensi pupuk, meningkatkan aktivitas biologi tanah serta mengurangi pengaruh toksisitas aluminium. Peran bahan organik tanah ini bisa mensubstitusi sebagian kebutuhan kapur dan meningkatkan aktivitas biologi tanah. Untuk memperoleh kondisi tanah yang tetap produktif maka kandungan bahan organik dalam tanah perlu dipertahankan agar jumlahnya tidak sampai dibawah 2. Pupuk organik terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan dekomposisi oleh bakteri pengurai, seperti pupuk kandang dan pupuk kompos. Sekam padi, batang jagung dan serbuk gergaji yang memiliki CN ratio antara 50-100 sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organik. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap tetapi jumlahnya rendah oleh karenanya diperlukan jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan hara. Beberapa manfaat dari pemberian pupuk organik antara lain: 1 meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil, pupuk organik mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro; 2 memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat, sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah dan meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air; 3 mengandung asam humat humus yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah; 4 dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. 5 pada tanah masam penambahan pupuk organik mampu membantu meningkatkan pH tanah; dan 6 pada taraf tertentu penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air. Berkurangnya jerapan P dengan pemberian bahan organik menurut para ahli disebabkan adanya asam-asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik tersebut. Kononova 1966 menyatakan bahwa selama proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah akan dihasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, malonat, tartrat, dan oksalat sebagai hasil antara. Pada tahap akhir dekomposisi akan terbentuk asam humat dan fulvat, yang keduanya sering disebut dengan humus. Mortensen 1963, Schnitzers 1982, dan Tan 1993 mengemukakan bahwa berkurangnya kelarutan Al dan jerapan P dengan pemberian asam humat disebabkan terbentuknya senyawa kompleks organo-metal antara asam humat dengan Al yang menjerap P, sehingga P menjadi tersedia. Ahli lain juga menyatakan bahwa meningkatnya ketersedian P dapat disebabkan oleh proses pertukaran anion atau terjadinya kompetisi antara asam humat dengan P dalam memperebutkan tapak pertukaran Martinez, Romero, dan Galivan, 1984. Alexandrova et al 1968 menjelaskan bahwa asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik dapat menekan aktivitas ion Al dan ion Fe dengan membentuk senyawa kompleks. Pembentukan senyawa tersebut mungkin melalui ikatan kovalen atau ikatan koordinasi. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Fisika Tanah Agregat tanah dapat dianggap merupakan suatu satuan dasar struktur tanah. Susunan dan ukuran agregat serta kemantapannya sangat menentukan kondisi fisik tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Quirk 1987 pembentukan ditinjau dari sudut pandang fisiko-kimia yang melibatkan oksida hidrous Al dan Fe, CaCO 3 , silika dan bahan oganik sebagai agen agregasi maupun pemantapan struktur. Secara teoritis de Boodt, 1978, peranan bahan organik dalam pembentukan dan pemantapan agegat makro dapat terjadi melalui: 1. Pengikatan oleh miselia jamur. 2. Pengikatan butir-butir lempung dengan gugus negatif karboksil senyawa organik dengan perantara kation Ca, Mg, Fe dll. 3. Pengikatan butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian-bagian positif lempung dengan gugus negatif senyawa organik yang berbentuk rantai. 4. Pengikatan butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian-bagian negatif lempung dengan gugus positif bahan organik amine, amida, amino, NH 4 . Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P dalam berbagai cara. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan ketersedian P melalui pelepasan P dari ikatan Al-P dan Fe-P tanah karena Al dan Fe kemudian dikompleksi oleh bahan organik dan CO 2 yang terevolusi selama dekomposisi bahan organik yang dapat melepaskan P dari ikatan Ca-P Hesse, 1984. Hesse 1984 juga menambahkan bahwa bahan organik juga merupakan sumber unsur mikro yang baik. Akan tetapi, bahan-bahan organik tertentu dapat mengimmobilisasi sejumlah besar unsur mikro seperti fiksasi Cu oleh gambut. Tetapi unsur-unsur lain seperti Mn, Zn, dan Fe menjadi lebih tersedia dengan pemberian bahan organik. Sistem pertanaman lorong adalah salah satu teknik konservasi tanah vegetatif yang menggunakan tanaman legum Flemingia congesta sebagai pagar hedgerow yang ditanam rapat dalam baris sejajarzigzag kontur, sehingga membentuk lorong- lorong alley untuk ditanami tanaman utama. Tanaman Flemingia congesta mempunyai potensi paling baik jika dibandingkan dengan tanaman leguminosa lainnya dalam hal penyediaan bahan organik sebagai sumber pupuk organik untuk pertanian lahan kering yang murah dapat dihasilkan sendiri oleh petani Juarsah, 2000. Flemingia congesta dengan jarak tanam 40x20 cm dapat menghasilkan bahan organik segar 14,8 tonha dan memberikan C-organik tanah sebesar 0,41 Hakim dan Mursidi, 1987. Teknik Konservasi Tanah dan Air Ada 3 metode teknik konservasi tanah dan air, yaitu : 1 Metoda Vegetatif, 2 Metode mekanik dan 3 metode Kimia. Metoda Vegetatif Pada umumnya praktek pemulsaan dilakukan untuk memperoleh satu atau beberapa keuntungan yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah yang nantinya akan mempengaruhi produktivitas tanah yang bersangkutan. Beberapa keuntungan praktek pemulsaan antara lain: 1 melindungi agregat-agregat tanah dari daya rusak butir hujan, 2 meningkatkan penyerapan air oleh tanah terutama pada lapisan permukaan, 3 mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, 4 memelihara temperatur dan kelembaban tanah, 5 memelihara kandungan bahan organik tanah, dan 6 mengendalikan pertumbuhan tanaman pengganggu Indrawati, 2000, selain itu mulsa dapat pula mengembalikan unsur hara dalam tanah, mengurangi pemadatan tanah, memperbaiki infiltrasi, memperbaiki struktur tanah dan porositas serta meningkatkan aktifitas biologi tanah Lal, 1976. Usaha pengolahan tanah konservasi conservation tillage didefinisikan sebagai usaha mempertahankan sedikitnya 30 residu tanaman penutup tanah pada permukaan tanah setelah penanaman. Residu tanaman diletakkan pada permukaan atau diinkorporasi ke dalam tanah untuk membantu mencegah erosi dan pengkerakan dengan cara memperbaiki agregasi, infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air. Erosi dapat terjadi akibat tumbukan hujan atau laju aliran permukaan pada permukaan tanah yang tidak terlindungi. Keduanya menyebabkan partikel tanah pecah dan ditransportasikan mengalir pada permukaan tanah. Oleh karena itu, makna utama adalah mengurangi atau mencegah erosi air dengan mengurangi atau mencegah pelepasan dan transport partikel tanah menjadi aliran permukaan. Energi untuk pelepasan dan transport partikel berasal dari hujan ketika menumbuk permukaan tanah dan yang berasal dari aliran permukaan yang mengalir pada permukaan tanah. Karenanya, untuk mengurangi pelepasan dan transport maka energi harus dihamburkan. Tanaman penutup tanah atau residu dapat memaksimalkan efektifitas penghamburan energi kinetik hujan dimana seluruh permukaan tanah harus tertutupi oleh tanaman penutup tanah, tetapi penutupan sebagian juga mampu mengurangi pelepasan partikel tanah dan kehilangan tanah sampai level yang dapat ditoleransi. Aliran permukaan menghancurkan partikel tanah akibat energi yang diterima, dengan pelepasan yang biasanya meningkat dengan meningkatnya kecepatan aliran permukan. Oleh sebab itu, kecepatan aliran permukaan harus bisa diturunkan untuk mengurangi pelepasan partikel tanah seperti penutupan permukaan, memperbesar kerapatan tegakan tanaman. Tegakan tersebut harus mampu menahan kekuatan dan dengan begitu mampu menghamburkan energi dari aliran permukaan. Pelepasan partikel dapat dihasilkan dari pembasahan tanah yang menyebabkan dispersi agegat yang tidak stabil. Dispersi agregat biasanya meningkat dengan semakin meningkatnya aliran permukaan seiring dengan meningkatnya potensial yang lebih lanjut menyebabkan pelepasan partikel dan kehilangan tanah. Konservasi tanah dan air dibagi kedalam tiga pendekatan: 1 mengurangi aliran permukaan, yang mencakup perencanaan untuk mencegah awal terjadinya aliran permukaan; 2 menahan aliran permukaan, mengurangi jarak aliran permukaan dan menahannya; dan 3 mengontrol aliran permukaan. Ada beberapa pilihan teknologi dalam pengendalian erosi. Namun, pemilihan penggunaan teknologi harus dibuat secara hati-hati tergantung tipe tanah, kelerengan dan karakteristik lahan, curah hujan dan hidrologi, sistem pertanian dan faktor sosial ekonomi. Tindakan pengendalian erosi dilakukan dengan memperbaiki struktur tanah, mengurangi pukulan air hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi serta mengurangi jumlah dan laju aliran permukaan. Ada beberapa cara pengendalian erosi:

1. Pemulsaan.

Mulsa adalah hamparan residu tanaman yang ditempatkan di permukaan tanah. Tipe mulsa diberbeda-beda tergantung sumber dan cara mendapatkan dan penerapan mulsa itu sendiri. Efek pemulsaan adalah: Efek fisika. Pemulsaan dapat menekan besarnya pukulan air hujan, mengurangi laju aliran permukaan sehingga air yang terserap oleh tanah meningkat, memperbaiki struktur tanah dan menekan terjadinya erosi. Efek biologi. Melalui pemulsaan dari sisa tanaman akan menghasilkan bahan organik tanah serta lingkungan tanah yang baik bagi aktivitas mikroorganisme dan memperbanyak flora dan fauna tanah, serta meningkatkan biomassa karbon. Efek kimia. Pemulsaan akan menambah kandungan bahan organik tanah, dimana dekomposisi bahan organik tanah ini akan menghasilkan CO 2 , NH 4 + , NO 3 - , PO 4 3- dan SO 4 2- dan unsur hara mikro lainnya melalui pengkelatan kompleks mantap dengan Cu 2+ , Mn 2+ , Zn 2+ dengan kation polivalen. yang merupakan sumber hara bagi tanaman.

2. Pengolahan konservasi

Pengolahan tanah konservasi adalah sistem persiapan lahan yang didasarkan pada konsep kerusakan tanah minimum dan pemeliharaan residu tanaman. Tanpa pengolahan tanah; yaitu sistem dimana lahan tidak diolah sama sekali dan residu tanaman ditinggalkan di permukaan tanah. Pengolahan tanah zonal; yaitu pengolahan tanah mekanik hanya dilalakukan pada zona baris yang ditanami saja, sedangkan antar barisnya dijaga agar tetap tidak terganggu dan dilindungi dengan mulsa residu tanaman. Pengolahan tanah minimum. Didefinisikan sebagai manipulasi tanah minimum yang penting untuk pertumbuhan tanaman.

3. Penanaman strip.

Penanaman strip menurut kontur adalah membagi lahan yang curam ke dalam strip kontur yang memotong jalan aliran dan memperlambat kecepatan aliran. Tanaman pengawet tanah ditanam pada strip kontur untuk menyerap aliran permukaan, memperlambat kecepatan aliran dan mendorong terjadinya sedimentasi dari bahan-bahan yang terbawa melalui erosi. Ada beberapa kategori penanaman strip yang meliputi; Penanaman strip kontur; merupakan strip alternatif yang dibuat pada kontur. Strip kontur ini diterapkan pada seluruh lahan. Penanaman strip buffer; dibuat pada sekeliling topogafi dengan slope yang kompleks dimana strip kontur sulit untuk diterapkan. Strip buffer biasanya ditanami dengan tanaman penutup tanah dan pohon-pohonan. Field strip copping; merupakan strip parallel yang persegi panjang pada satu sisi lahan. Tipe ini hanya diterapkan pada lahan dengan slope dengan erodibilitas rendah. Barrier strip; dibuat dengan baris tunggal atau ganda secara rapat yang ditanami dengan rumput atau tanaman serealia. Border strip; biasanya ditanami dengan pagar tanaman tahunan. Namun perlu dicermati kembali bahwa penanaman strip hanya bisa efektif pada lahan-lahan dengan slope yang landai, sedangkan untuk slope yang curam perlu diperkuat dengan bangunan teknis lainnya.

4. Penanaman kontur

Pendekatan yang paling sederhana dalam mengendalikan erosi adalah penanaman menurut kontur. Efektifitas penanaman kontur akan menurun dengan meningkatnya kecuraman dan panjang lereng serta dengan tinggnya intensitas hujan. Namun, penanaman menurut kontur itu sendiri tidak cukup untuk mengendalikan erosi pada daerah-daerah yang curam, panjang lereng, tanah yang erodible dan hujan yang sangat erosive.

5. Tanaman penutup tanah.

Tanaman penutup selain untuk menambah hara tanah, juga untuk memperbaiki struktur tanah dengan meningkatnya pori makro tanah. Pada prinsipnya kegunaan tanaman penutup tanah lebih kepada mengendalikan erosi.

6. Pagar dan strip vegetasi

Kecepatan aliran permukaan dapat dikurangi secara drastis dengan tanaman pagar, rumput atau semak pada kontur. Tanaman pagar ini dapat meningkatkan lamanya air yang terinfiltrasi ke dalam tanah dan sedimentasi serta deposisi bahan yang tererosi. Tanaman pagar ini mungkin tidak dapat menurunkan aliran permukaan secara drastis namun dapat menurunkan kehilangan tanah. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Indraloka II, Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, mulai bulan Oktober 2003 sampai dengan bulan Agustus 2004. Lahan penelitian didominasi oleh tanah Ultisol berbahan induk tufa masam bertekstur halus. Analisis sifat fisika dan kimia tanah dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agoklimat, Bogor. Metode Penelitian Perlakuan Penelitian merupakan paket kombinasi teknik konservasi tanah, pengelolaan bahan organik dan pemupukan fosfor. Perlakuan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok, dengan susunan perlakuan sebagai berikut: P0 : Kontrol P1 : Tanpa konservasi tanah + pupuk SP-36 musim P2 : Strip Stylosantes goyanensis + pupuk SP-36musim P3 : Hedgerow Flemingia congesta + pupuk SP-36musim P4 : Tanpa konservasi tanah + pupuk SP-36musim + pupuk kandang P5 : Tanpa konservasi tanah + fosfat-alam sekali pemberian P6 : Strip Stylosantes goyanensis + fosfat-alam sekali pemberian P7 : Hedgerow Flemingia congesta + fosfat-alam sekali pemberian P8 : Tanpa konservasi tanah + fosfat-alam sekali pemberian + pupuk kandang Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Ukuran petak percobaan 14 x 5 meter. Pupuk fosfor yang digunakan adalah SP-36 sebanyak 200 kgha yang diberikan setiap musim, dan fosfat-alam sebanyak 1 tonha diberikan sekali pada awal penanaman. Seluruh petak percobaan diberi pupuk dasar, yaitu nitrogen N, dan kalium K dengan dosis masing-masing 200 kg Ureaha dan 100 kg KClha. Tanaman Stylosantes goyanensis ditanam sebagai strip, sedangkan Flemingia congesta ditanam sebagai hedgerow yang berfungsi untuk mencegah erosi Gambar 1. Pupuk kandang yang diaplikasikan adalah kotoran ayam dengan dosis setara 2 C-organik tanah. Tanaman jagung yang digunakan adalah varietas Bisma, sedangkan varietas tanaman ubikayu adalah varietas lokal. Tanaman jagung ditanam diantara tanaman ubi kayu. Biomassa tanaman dikembalikan ke lahan setelah panen sebagai bahan hijau sisa tanaman. Bahan hijau sisa tanaman jagung ini dimaksudkan selain untuk menambah bahan organik tanah juga untuk menutup permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir-butir hujan. Sisa tanaman jagung ini dikembalikan untuk setiap perlakuan penelitian. 70cm 30cm Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À Á Á Á Á Á À À À À À À À À À À À À ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ ♣♣ Ket : Á = Tanaman Ubi Kayu À = Tanaman Jagung ♣♣ = Tanaman Konservasi Stylosantes goyanensis atau Flemingia congesta Gambar 1 Sketsa Pola dan Jarak Tanam dalam Petak Percobaan. Pelaksanaan Percobaan 1. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan Lahan percobaan dibersihkan dari gulma, selanjutnya dilakukan pengolahan tanah, kemudian dibuat petakan-petakan berbentuk persegi panjang, memanjang menurut lereng dengan ukuran 14 meter, lebar 5 meter. Setiap petak percobaan dibatasi dengan guludan kecil selebar 20 cm dan tinggi 15 cm. Jumlah keseluruhan petak percobaan sebanyak 27 petak.

2. Peletakan Botol Penampung Aliran Penampung Aliran Permukaan dalam

Petak Percobaan. Pada setiap petak percobaan diletakkan secara acak botol-botol plastik bekas air mineral volume 600 cc sebanyak 6 buah, untuk menangkap aliran permukaan dari petak tersebut. Botol diletakkan sedemikian rupa, sehingga mulut botol sejajar dengan permukaan tanah dan dapat menangkap aliran permukaan. Contoh aliran permukaan dianalisis untuk penetapan konsentrasi sedimen dan hara yang terbawa dalam aliran permukaan.

3. Pembuatan Parit Penampung Erosi

Pada ujung bawah setiap petak percobaan dibuat parit penampung tanah yang tererosi, berukuran panjang 500 cm, lebar 30 cm dan tinggi 30cm. Parit penampung ini merupakan penampung aliran permukaan untuk menetapkan konsentrasi sedimen dan hara yang terbawa aliran permukaan dan tertampung dalam parit penampung tersebut.

4. Cara Pengambilan Contoh Aliran Permukaan

Pengambilan contoh aliran permukaan dilakukan dengan dua cara yaitu: a pengambilan contoh aliran permukaan pada petak percobaan menggunakan botol bekas kemasan air mineral 600 cc, dan b pengambilan contoh aliran permukaan dari parit penampung.

a. Contoh aliran permukaan dari botol penampung.

Contoh aliran permukaan yang terperangkap dalam ke enam botol bekas kemasan air mineral di setiap petak percobaan dikumpulkan dalam satu tempat jirigen, dikocok, kemudian diambil 30 cc contoh aliran pemukaan, dan dimasukkan ke dalam jerigen yang telah disiapkan sebagai penampung contoh-contoh aliran permukaan.

b. Contoh aliran permukaan dari parit bak penampung.

Contoh aliran permukaan diambil di tiga tempat, yaitu pada bagian ujung kiri, ujung kanan dan bagian tengah parit bak penampung. Sebelum pengambilan contoh aliran permukaan, air aliran permukaan yang ada dalam parit bak penampung diaduk, sehingga diperoleh contoh yang homogen. Kemudian ketiga contoh tersebut di masukkan kedalam satu wadah, lalu dikocok dan diambil contohnya 30 cc, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam jerigen penampung. Contoh aliran permukaan dalam jerigen pada masing-masing petak dari kedua cara pengambilan contoh tersebut merupakan komposit contoh aliran permukaan setiap kejadian aliran permukaan selama satu musim tanam. Contoh komposit aliran permukaan dalam jerigen kemudian dianalisis di laboratorium kimia tanah untuk diketahui konsentrasi sedimen dan unsur hara yang ada dalam sedimen. Parameter Pengamatan

1. Sifat-Sifat Fisika Tanah

Sifat-sifat fisik tanah dapat diketahui melalui pengambilan contoh tanah utuh dan kemudian analisis di laboratorium. Contoh tanah utuh diambil dua kali, yaitu sebelum penerapan perlakuan dan 4 bulan kemudian, menggunakan tabung kuningan ring sample. Dari setiap petak perlakuan diambil 9 buah contoh tanah, yaitu diambil di bagian atas, tengah dan bawah petak percobaan masing-masing 3 buah. Analisis yang dilakukan meliputi bobot isi, kadar air pada berbagai ukuran pori pF dan permeabilitas tanah. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0-10 cm. Parameter dan metode analisis sifat fisika tanah yang dilakukan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Parameter dan Metode Analisis Sifat Fisika Tanah Parameter yang Diamati Metode Analisis Bobot isi Gravimetri Kadar air pada: pF 1 Gravimetri pF 2 Gravimetri pF 2.54 Gravimetri pF 4.2 Gravimetri Permeabilitas Permeameter head tetap

2. Sifat-Sifat Kimia Tanah

Untuk mengetahui perubahan sifat-sifat kimia tanah dilakukan pengambilan contoh tanah komposit pada awal percobaan sebelum penerapan perlakuan dan 4 bulan kemudian. Sifat-sifat kimia tanah yang dianalisis meliputi kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, Al-dd, P tersedia dan retensi P. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0-10 cm secara komposit. Parameter dan metode pengamatan sifat kimia disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter dan Metode Analisis Sifat Kimia Tanah. Parameter yang diamati Metode Analisis Kapasitas tukar kation KTK NH 4 Oac pH 7 Kejenuhan basa KB Dihitung Aluminium dapat ditukar Al-dd Ekstraksi KCl 1 N P-tersedia Bray I P-retensi Blakemore 3. Konsentrasi Sedimen dan Unsur Hara yang Terbawa Aliran Permukaan Analisis konsentrasi sedimen dan unsur hara dalam aliran permukaan dilakukan terhadap dua contoh yang berbeda cara pengambilannya, yaitu konsentrasi sedimen dan unsur hara yang tertampung dalam botol bekas kemasan air mineral dan parit bak penampung, dilakukan di laboratorium kimia. Parameter-parameter tersebut nantinya akan dibandingkan antara konsentrasi sedimen dan unsur hara dalam botol bekas kemasan air mineral, dan yang didapat dari parit bak penampung. Contoh-contoh aliran permukaan yang terkumpul dalam jerigen selanjutnya dibawa ke laboratorium kimia untuk dianalisis konsentrasi sedimen, konsentrasi C- organik, hara N, P, dan K dalam sedimen.

a. Konsentrasi Sedimen

Konsentrasi sedimen yang terbawa dalam aliran permukaan ditetapkan dengan metode gravimetri.

b. Konsentrasi Unsur Hara

Semua contoh aliran permukaan yang terkumpul selama satu musim tanam dianalisis untuk mengetahui kandungan C-organik dan kandungan N-total, P- total dan K-total yang ada dalam sedimen.

4. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati adalah persentase penutupan lahan, tinggi tanaman, berat biomassa tanaman jagung. Adapun parameter produksi yang diamati adalah berat jagung pipilan kering dan ubi kayu. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan model matematika Rancangan Acak Kelompok RAK. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda nyata terkecil BNT pada taraf kepercayaan 5. Model matematik rancangan acak kelompok tersebut adalah: Y ij = µ + τ i + β j + ε ij dimana: Yij = nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan perlakuan ke-j µ = nilai tengah umum τ i = pengaruh kelompok ke-i β j = pengaruh perlakuan ke-j ε ij = pengaruh acak Data yang dianalisis dengan rancangan acak kelompok meliputi: a sifat-sifat fisik tanah, yaitu: bobot isi, ruang pori total, pori drainase cepat, dan permeabilitas, kadar air pada pF 1, 2, 2.54 dan 4.2 serta air tesedia, b sifat-sifat kimia tanah, yaitu: kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, kandungan Al 3+ , P-tersedia dan P-retensi, c konsentrasi sedimen, kandungan C-organik, N, P dan K, dan d tanaman, yaitu: tinggi, persentase penutupan tanah, berat biomassa jagung, berat jagung pipilan kering, dan produksi ubi kayu. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak pada lahan dengan kemiringan 5-8 pada ordo tanah Ultisol. Tanah Ultisol yang diteliti memiliki tekstur liat, permeabilitas sedang sampai agak lambat, bobot isi tanah seperti tanah mineral lainnya yaitu 1 gcc. Hasil analisis tanah beberapa ciri sifat fisika tanah sebelum perlakuan disajikan pada Lampiran 3. Ultisol yang diteliti memiliki kemasaman tanah yang sangat tinggi yaitu pH 4.5, kandungan C-organik rendah sampai sangat rendah, yaitu 1.25. Beberapa kation seperti Ca dan K termasuk sangat rendah yaitu 1.28 me100g dan 0.44 me100g. Sedangkan unsur Mg tergolong rendah yaitu 0.01 me100g. Hasil analisis beberapa sifat kimia tanah sebelum perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Rendahnya kandungan Ca, Mg dan K diduga disebabkan karena terjadi pencucian basa-basa yang sudah sangat lanjut. Kandungan Al bebas sebesar 1.84 me100g sampai 7.03 me100 g. Jumlah fosfor yang tersedia bagi tanaman sangat rendah yaitu hanya sekitar 8.8 ppm, karena kemasaman tanah dan daya fiksasi Al terhadap fosfor yang sangat tinggi mengakibatkan kelarutannya sangat rendah. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam dengan CN ratio yang cukup tinggi yaitu sebesar 66.37. Fosfat alam yang digunakan berasal dari produksi lokal dengan kandungan hara fosfor yang sangat rendah sehingga pada penelitian ini pengaruh fosfat alam terhadap sifat-sifat tanah sangat kecil. Hasil analisis pupuk kandang dan fosfat alam disajikan pada Lampiran 5. Curah Hujan Selama Penelitian Total curah hujan selama pengamatan erosi yaitu mulai 29 Oktober 2003 – 19 Februari 2004 sebesar 899,5 mm Lampiran 6. Total kejadian hujan adalah 38 kali, sedangkan kejadian hujan yang bersifat erosive terjadi erosi adalah 22 kali. Berdasarkan dari data tersebut maka dapat dilihat bahwa pada lokasi penelitian sangat besar kemungkinan terjadi kehilangan hara dan bahan organik tanah dan apabila terjadi secara terus menerus, maka akan semakin menurunkan produktivitas tanah. Kejadian hujan yang cukup besar pada awal-awal penelitian juga mempengaruhi keberadaan pupuk kandang yang diberikan dalam penerapan perlakuan. Pupuk kandang yang disebar pada permukaan tanah diduga banyak terbuang oleh aliran air dan erosi, sehingga pengaruh pupuk kandang terhadap sifat-sifat tanah menjadi kurang berperan. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat-Sifat Fisika Tanah Hasil analisis pengaruh paket teknologi konservasi tanah dan pengelolaan bahan organik serta hara P terhadap beberapa sifat fisik tanah disajikan pada Tabel 3. Sifat-sifat fisika tanah Hasil analisis tersebut disajikan pada Lampiran 7, 9, 11, 13, dan 15, sedangkan analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 8, 10, 12, 14, dan 16. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paket teknologi konservasi tanah, pengelolaan bahan organik dan hara P tidak berpengaruh nyata terhadap bobot isi, ruang pori total, pori drainase cepat dan permeabilitas tanah Lampiran 8, 10, 12, 14 dan 16. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Situmorang 1999 bahwa tidak ada perbedaan pada saat analisis pendahuluan dan setelah panen terhadap bobot isi, porositas dan pori drainase cepat akibat dari pemberian bahan organik. Namun, mampu menurunkan kadar air pada pF1.0, pF2.0, pF2.54, air tersedia, kemantapan agregat serta permeabilitas tanah serta dapat meningkatkan pori drainase lambat dan kadar air pada pF 4,2. Bobot Isi Meskipun paket teknologi yang diterapkan tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap bobot isi tanah, namun tanah-tanah yang mendapat paket perlakuan, baik teknik konservasi, bahan organik maupun fosfor mempunyai bobot isi tanah lebih kecil dibandingkan dengan kontrol. Bobot isi terendah adalah pada perlakuan paket teknologi tanpa konservasi tanah dan pemberian pupuk kandang P4, sedangkan bobot isi tertinggi adalah kontrol tanpa teknik konservasi tanah dan tanpa pupuk kandang P0. Bahan organik sangat berperan dalam menurunkan bobot isi tanah, karena dapat meningkatkan aktivitas organisme tanah, sehingga tercipta kondisi tanah yang lebih sarang. Peningkatan aktivitas organisme tanah akibat penambahan bahan organik diharapkan mampu memperbaiki agregasi tanah menjadi lebih mantap dan pembentukan pori tanah. Selain itu, karena penelitian baru berlangsung selama 4 bulan, diduga belum terjadi perubahan bobot isi yang nyata antara yang mendapat perlakuan dan kontrol. Tabel 3 Pengaruh paket teknologi terhadap sifat-sifat fisik tanah setelah panen jagung pada percobaan di Desa Indraloka II, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Lampung Paket teknologi Bobot isi gcc Ruang pori total vol Pori drainase cepat vol Permeabilitas cmjam P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 1.38 a 1.34 a 1.31 a 1.34 a 1.24 a 1.36 a 1.31 a 1.28 a 1.31 a 47.80 a 49.57 a 50.67 a 49.43 a 53.07 a 48.57 a 50.40 a 51.57 a 50.60 a 9.53 a 14.30 a 13.77 a 13.03 a 15.33 a 11.43 a 12.97 a 14.53 a 13.70 a 1.83 a 0.68 a 1.65 a 0.88 a 1.28 a 0.85 a 0.63 a 0.92 a 0.52 a Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Ruang Pori Total Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa paket teknologi yang diterapkan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah ruang pori total. Hal ini diduga karena pemberian teknik konservasi tanah, pemupukan fosfor dan pupuk kandang belum berperan efektif. Pupuk kandang yang diberikan tererosi pada awal percobaan serta pertumbuhan tanaman konservasi yang masih kecil. Ruang pori total tertinggi ditunjukkan oleh paket teknologi teknik konservasi dan pemberian pupuk kandang P4, sedangkan ruang pori total terendah adalah paket teknologi tanpa teknik konservasi dan tanpa pemberian pupuk kandang kontrol, P0. Meskipun perlakuan paket teknologi yang diterapkan secara statistik tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata, namun ada indikasi yang baik dari teknologi konservasi tanah yang terlihat dari semakin meningkatnya jumlah ruang pori total tanah akibat pemberian paket teknik konservasi tanah, pemupukan fosfor serta bahan organik. Pori Drainase Cepat Namun demikian masih menunjukkan pola yang sama seperti ruang pori total dan bobot isi tanah. Pori drainase cepat tertinggi diperoleh pada paket teknologi dengan tanpa teknik konservasi, pupuk SP-36 dan pemberian pupuk kandang P4, dan tergolong dalam kategori sedang. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh dari teknik konservasi tanah, meskipun penelitian baru berlangsung selama 4 bulan. Lain halnya dengan kontrol P0, pori drainase cepatnya tergolong rendah. Permeabilitas Tanah Permeabilitas yang diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan air pada suatu media berpori tanah mempunyai hubungan dengan sifat-sifat porositas dan penyebaran ukuran pori . Kemantapan agregat dan struktur tanah sangat mempengaruhi nilai permeabilitas tanah Arsyad, 1989 karena kemantapan agregat akan mempengaruhi kemantapan ukuran pori. Pori yang sangat mempengaruhi permeabilitas tanah adalah pori makro Chen et al, 1993. Analisis statistik menunjukkan bahwa paket teknologi konseravasi tanah, pengelolaan bahan organik dan hara P tidak berpengaruh nyata terhadap permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah seperti jumlah pori dan kontinuitas pori. Paket teknologi yang diterapkan tidak berpengaruh nyata terhadap pori tanah, sehingga hal ini menyebabkan permeabilitas tanahnya juga tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan yang diterapkan. Pengaruh Perlakuan Terhadap Retensi Air Tanah Hasil analisis pengaruh paket teknologi konservasi tanah, pengelolaan bahan organik dan hara P terhadap kadar air tanah pada berbagai pF disajikan pada Tabel 4. Kadar air hasil analisis pada berbagai tegangan air pF disajikan pada Lampiran 17, 19, 21, 23, dan 25, sedangkan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 18, 20, 22, 24 dan 26. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa paket teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah pada berbagai pF maupun terhadap air tersedia. Kurva retensi air tanah menggambarkan jumlah air yang dapat ditahan pada tegangan tertentu atau disebut juga dengan kurva hubungan kadar air fraksi volume dengan algoritma tinggi air cm tegangan atau hisapan matrik tanah Gambar 2. Kandungan air tanah tertinggi pada pF 1, 2, 2.54, dan 4.2 adalah pada paket teknologi P4 dimana mempunyai nilai berturut-turut 43.20, 37.73, 33.33, dan 24.93. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika tanah menjadi lebih baik. Tabel 4 Pengaruh paket teknologi terhadap kadar air tanah pada beberapa tegangan setelah panen jagung pada percobaan di Desa Indraloka II, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Lampung Paket Kadar air vol teknologi pF 1 pF 2 pF 2.54 pF4.2 Air tersedia P0 43.90 a 38.27 a 33.27 a 23.37 a 9.90 a P1 40.97 a 35.27 a 30.60 a 20.43 a 10.17 a P2 42.67 a 36.90 a 32.00 a 22.33 a 9.67 a P3 42.10 a 36.40 a 31.90 a 20.50 a 11.40 a P4 43.20 a 37.73 a 33.33 a 24.93 a 8.40 a P5 42.73 a 37.13 a 32.20 a 24.20 a 8.00 a P6 43.07 a 37.43 a 32.77 a 24.63 a 8.13 a P7 42.80 a 37.03 a 32.20 a 23.53 a 8.67 a P8 44.00 a 36.90 a 31.90 a 23.53 a 8.37 a Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Kurva karakteristik tanah pada berbagai pF Gambar 2 sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang mempengaruhi rongga pori tanah yaitu tekstur dan struktur tanah. Pada nilai potensial matriks sama, kandungan air pada tanah liat lebih tinggi daripada lempung dan pasir. Pada potensial matriks rendah, kandungan air tanah hanya dipengaruhi oleh tekstur tanah sedangkan pada potensial matriks tinggi kandungan air tanah dipengaruhi pula oleh struktur tanah Islami Utomo, 1995. Di dalam tanah, air berada diantara partikel-partikel tanah dan mengalami jerapan oleh partikel-partikel tersebut. Tanaman dapat menyerap air tanah bila jerapan oleh partikel-partikel tanah lebih kecil daripada daya serap tanaman. Jika kadar air tanah sangat sedikit maka tanaman tidak dapat menyerap air karena air tersebut lebih kuat dijerap ditahan oleh partikel tanah dibandingkan dengan daya serap tanaman, sehingga tanaman akan mengalami kekurangan air, kekeringan dan pada akhirnya mati bila kadar airnya mencapai pF 4.2. Sebaliknya, pada kondisi kadar air jenuh juga berpengaruh tidak baik terhadap tanaman karena hampir semua pori-pori tanah terisi oleh air, sehingga tanaman akan kekurangan oksigen dan kegiatan bakteri untuk nitrifikasi, fiksasi N dan amonifikasi terganggu. 2 2.5 3 3.5 4 4.5 pF P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 1.5 0.5 1 20 25 30 35 40 45 Kadar Air vol Gambar 2 Kurva retensi air tanah pada tanah Ultisol daerah penelitian Paket teknologi P3 hedgerow Flemingia congesta + SP-36musim mempunyai kadar air pF1, 2, 2.54 dan 4.2 berturut-turut 42.10, 36.40, 31.90, 20.50. Kurva retensi air tanah paket teknologi P3 ana kkan retensi endekati pola S shape curve . Menurut Soepardi 1983 air tanah yang tersedia bagi tanaman adalah air yang berada antara kapasitas lapang pF 2.7 dan titik layu permanen pF 4.2.Air tersedia sangat penting untuk dikaji karena berhubungan dengan jumlah air yang digunakan untuk kebutuhan tanaman. Ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh struktur tanah, kandungan bahan organik Soepardi 1983. Tanah yang memiliki air tersedia merupakan kurva yang lebih ideal, dim garis kurva terlihat lebih mendatar pada pF 2.54 – pF 4.2. Hal ini juga menunju bahwa air tersedia tanah tertinggi diperoleh pada perlakuan P3. Kurva tersebut juga memperlihatkan bentuk kurva yang paling m tertinggi adalah tanah-tanah yang bertekstur sedang. Pengaruh bahan organik terhadap air tersedia bukan hanya karena kemampuannya dalam menahan air, tetapi juga perannya dalam pembentukan struktur dan porositas tanah. Hasil pengamatan terhadap air tersedia menunjukkan bahwa paket teknologi P3 mempunyai air tersedia tertinggi, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan tersebut. Hal ini terjadi karena pupuk kandang belum mampu memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Dari pengamatan sifat fisik tanah yang telah dilakukan, terlihat bahwa belum terjadi perbaikan sifat fisik tanah terutama porositas tanah akibat perlakuan teknik konservasi tanah, pemupukan fosfor dan bahan organik. Hal ini diduga karena jumlah pupuk kandang belum mencukupi dan cepat hilang terbawa aliran permukaan pada ogi tersebut belum mempe saat terjadi erosi setelah beberapa hari setelah pemberian. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat-Sifat Kimia Tanah Hasil analisis pengaruh paket teknologi konservasi tanah, pengelolaan bahan organik dan hara P terhadap beberapa sifat kimia tanah disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Sifat-sifat kimia hasil analisis tanah disajikan pada Lampiran 27, 29, 31, 33, dan 35. Sedangkan analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 28, 30, 32, 34, dan 36. Hasil analisis menunjukkan bahwa paket teknologi tidak pengaruh nyata terhadap kapasitas tukar kation KTK, kejenuhan basa KB, dan aluminium dapat ditukar Al-dd, P-tersedia, dan P-retensi. Walaupun secara stasistik pengaruh paket teknol rlihatkan pengaruh nyata, namun secara visual di lapangan, seperti yang terlihat pada Gambar 3, terlihat adanya perbedaan yang cukup jelas terhadap pertumbuhan tanamannya. Gambar 3 Pertumbuhan n jagung da u perlakuan P t alam dan 4 SP-36 um bulan. Kapasi ukar Katio lisis statistik jukkan bah teknologi yan apkan tidak berpeng nyata terh TK tanah. tas tukar kat kapasita loid tanah da megang ka K ini secara l tergantung pada ju muatan pada koloid tanah, tekstur tanah, tipe liat, dan kandungan bahan tion yang dibutuhkan untuk mengganti satu milieku kan dapat meningkatkan kapasit tersebut bisa berasal dari pupuk dan hancuran mineral tanah dan bahan organik. l dari hancuran liat, dan hidrogen berasal dari air. tanama n ubi kay 7 fosfa P ur ±2 tas T n Ana menun wa paket g diter aruh adap K Kapasi ion KTK adalah s ko lam me tion. KT angsung mlah organik tanah. KTK diukur dalam satuan miliekuivalen per 100 gram tanah. Satu iliekuivalen kation adalah jumlah ka m ivalen atau satu milligram hidrogen. Bila berat atom hidrogen adalah valensi 1, maka berat miliekuivalen adalah 1 miligram. Ali dan Sufardi 1999 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kapasitas tukar kation pada Typic Haplohumults. Bahan organik tanah diyakini dapat menambah muatan negatif sehingga diharap as tukar kation tanah. Karena adanya muatan negatif pada permukaan koloid tanah, mengakibatkan terjadinya pergerakan kation yang bermuatan positif. KTK menunjukkan kemampuan tanah untuk memegang hara. Koloid tanah didalam tanah dikelilingi oleh film air yang juga ditempati oleh kation-kation. Kation-kation Sedangkan aluminium dapat berasa Pertuka t oleh tanama ran ion ini terjadi pada saat larutan tanah dan koloid tanah berada pada kondisi tidak setimbang. Namun kondisi kesetimbangan tersebut jarang sekali ditemui di dalam tanah, hal ini disebabkan karena di dalam tanah secara terus- menerus terjadi proses pencucian dan pengambilan kation-kation tersebu n. Tabel 5 Pengaruh paket teknologi terhadap kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan Al 3+ setelah panen jagung pada percobaan di Desa Indraloka II, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Lampung. KTK KB Al 3+ Paket teknologi me100g me100g P0 6.87 a 30.33 a 1.67 a P1 6.24 a 32.00 a 1.44 a P2 8.04 a 33.00 a 1.68 a P3 6.98 a 43.00 a 1.08 a P4 7.83 a 32.33 a 1.65 a P5 8.13 a 38.33 a 1.46 a P6 8.11 a 41.33 a 1.20 a P7 P8 7.63 7.75 a 43.33 a 1.15 a a 41.67 a 1.19 a Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda lah pemberian pupuk kandang, sehingga pemberian pupuk kandang tersebut m nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Namun, pemberian bahan organik pada penelitian ini diduga belum mampu meningkatkan kapasitas tukar kation secara nyata. Pengaruh yang tidak nyata dikarenakan jumlah pupuk kandang yang diberikan diduga belum memadai dan terjadi hujan dan erosi beberapa hari sete enjadi tidak efektif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemupukan fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan nilai. Hal ini senada dengan penelitian Khalil 1991 mengenai pengaruh fosfat terhadap peningkatan nilai KTK, dimana pengaruh fosfat sangat kecil terhadap peningkatan nilai kapasitas tukar aktion tanah. Kejenuhan Basa KB Kejenuhan basa merupakan persen kejenuhan kompleks pertukaran kation dengan jumlah kation-kation dasar. Kation-kation dasar tersebut adalah berbagai kation kecuali H dan Al, sedangkan persentase kejenuhan basa adalah jumlah kapasitas pertukaran kation yang tidak tergantung pada kemasaman potensial. Dari analisis tanah sebelum perlakuan kejenuhan basa sekitar 23, namun setelah ata serta knik nservasi tanah yang belum berperan efektif. sehingga pengaruhnya belum wa pemupukan fosfor hanya sedikit menyumbangkan kation k han organik yang diterapk perlakuan terjadi peningkatan menjadi sekitar 28,67 sampai 45,67. Hal tersebut karena dengan adanya penambahan bahan organik dan pemupukan akan menambah hara tanah seperti nitrogen, fosfor, sulfur, kalium, boron, dan lai-lain sehingga akhirnya kejenuhan basa menjadi meningkat Tisdale et al. 1985. Kejenuhan basa dalam penelitian ini juga tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol maupun antar perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang yang diberikan belum mencukupi dan terjadinya erosi beberapa waktu setelah pemberian pupuk kandang, selain itu pengamatan baru berlangsung selama 4 bulan. Pengaruh pemupukan fosfat baik SP-36 maupun fosfat alam juga tidak berpengaruh ny te ko nyata. Hal ini diduga bah e larutan tanah. Aluminium Dapat Ditukar Al-dd Pengaruh perlakuan terhadap aluminium dapat ditukar Al-dd disajikan pada Tabel 5, sedangkan analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 31. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paket teknologi yang diterapkan tidak berbeda nyata dengan antar perlakuan satu dan lainnya. Walau dari analisis statistik tidak memperlihatkan perbedaan nyata, namun perlakuan teknik konservasi tanah, pemupukan fosfor dan ba an telah penurunan Al-dd menjadi 1.84 me100g sampai 7.03 me100g dengan semakin bertambahnya kedalaman, sedangkan kadar Al-dd setelah perlakuan berkisar 1.08 me100g sampai 1.68 me100g. Hal ini dapat dipahami karena dengan pemberian pupuk fosfor SP-36 dan fosfat alam mendorong terjadinya presipitasi Al dan pengaruh bahan organik yang diduga berperan dalam mengkhelat ion Al. Jumlah aluminium bebas di dalam tanah menunjukkan potensi jumlah fosfor yang akan dijerap melalui pengikatan Al-P sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Dari hasil penelitian Sutopo 2003 juga memperlihatkan bahwa pemberian SP-36 mampu P-Tersedia dan P-Retensi analisis piran 34. Hasil analisis statistik enunjukka teknologi strip Stylosantes goyane pemupukan SP-3 dan diikuti dengan perla n paket teknologi str ntes goyanensis d ukan fosfat alam P6. P-tersedia terendah diperoleh pada perlakuan paket teknologi kontrol P0. Walau secara statistik peng ik konservasi tana ukan fosfor dan bahan organik tidak berpengaru amun terlihat se P-tersedia yang jauh antara kontrol dan tanah-tanah yang diberi perlakuan. Jika bandingkan antara P-tersedia tanah-tanah yang diberikan 36, menunjukkan kandungan P-tersedia lebih menurunkan Al-dd sebesar 15. Penetralan Al-dd dapat terjadi melalui mekanisme presipitasi ion Al oleh OH - . Aluminium dapat ditukar juga sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Hubungan terbalik antara jumlah bahan organik dan Al-dd disebabkan karena bahan organik tersebut dapat mengkhelat aluminium Tan, 1993 menjadi senyawa yang sukar larut sehingga keberadaan Al-dd berkurang. Hasil penelitian Hakim 1982 pada tanah Ultisol Sitiung I mendapatkan efektifitas pemberian bahan organik pupuk hijau sebesar 100 g2kg tanah dapat menurunkan Al-dd setara dengan pengapuran sebesar 0,5 kali Al-dd. Setelah Aluminium berkurang akibat dikhelat oleh bahan organik maka tempatnya akan ditempati oleh basa-basa seperti kalium dan magnesium, hal ini menyebabkan kejenuhan basa akan semakin meningkat. Pengaruh perlakuan terhadap P-tersedia disajikan pada Tabel 6, sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lam m n bahwa P-tersedia tanah paling tinggi diperoleh pada perlakuan paket nsis dan 6 P2, kua ip Stylosa an pemup pun aruh tekn h, pemup h nyata, n lisih nilai mem jumlah tanaman konservasi P2 dan P3 berturut-turut 13.57 ppm dan 11.00 ppm dengan perlakuan pupuk fosfor yang sama SP- tinggi dibandingkan dengan tanah-tanah yang tidak diberikan teknik konservasi tanah P0, P1 dan P4 berturut-turut 5.93 ppm, 7.85 ppm, dan 9.63 ppm. Hal ini membuktikan bahwa teknik konservasi tanah strip Stylosantes goyanensis dan tanaman pagar Flemingia congesta mampu mengurangi kehilangan P-tersedia tanah yang terbawa oleh aliran permukaan. Untuk melihat pengaruh pupuk fosfor terhadap kandungan P-tersedia tanah dapat dibandingkan antara perlakuan dengan penggunaan pupuk SP-36 dan fosfat alam dengan perlakuan teknik konservasi dan pupuk kandang yang sama P1 vs P5, 2 vs P6, P3 vs P7 dan P4 vs P8, terlihat bahwa tanah-tanah yang diberikan SP-36 mempun Hal ini disebabkan karena pupuk SP-36 mengandung hara fosfor yang lebih tinggi dan cepat tersedia tnya takaran pupuk SP-36 yang diberikan. P yai P-tersedia yang l rlakuan fosfat alam. ebih tinggi dibandingkan pe yang lebih tinggi dibandingkan dengan fosfat yang kandungan fosfornya sangat rendah serta lambat pelarutannya, seperti menurut Sutopo 2003 bahwa pemberian SP-36 sangat nyata mempengaruhi peningkatan P-HCl 25 dan P- Bray 1. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan bahan hijauan tanaman jagung yang menunjukkan serapan P yang berasal dari pupuk meningkat dengan semakin meningka Tabel 6 Pengaruh paket teknologi terhadap kandungan P-tersedia dan P-retensi dalam tanah setelah musim tanam jagung di Desa Indraloka II, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Lampung. Paket Teknologi P-Tersedia ppm P-Retensi P0 5.93 a 21.57 a P1 7.85 a 24.97 a P2 13.57 a 27.67 a P3 11.00 a 27.63 a 30.27 a 30.03 a P4 9.63 a P5 10.33 a P6 12.80 a 27.20 a P7 7.37 a 27.17 a P8 6.20 a 26.57 a Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Pengaruh perlakuan terhadap P-retensi disajikan pada Tabel 6, sedangkan analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 36. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paket teknologi yang diterapkan tidak berpengaruh nyata terhadap P-retensi tanah. P-retensi terkecil ditunjukkan pada paket teknologi P0. Hal ini lebih dikarenakan jumlah kandungan P tanah asal yang memang rendah. Sebalik permukaan dipengaruhi oleh ara dala gkan terh andu dalam tanah bersifat p McDowell e mena linier enuru ntras alam aki ngkat ntrasi sedim sang tan d ada lam bahan yang tererosi. Pada kons si se ng ti um puny liat imen yang rendah. Hal ini disebabkan karena unya puan unsur hara yang tinggi. Sinukaban 1981 m rkan n an ntrasi botol penampung tersebut disajikan pada Lampiran 37, 39, 41, 43, dan 45, mnya disajikan pada Lampiran 38, 40, 42, 44, dan 46. asil analisis menunjukkan bahwa paket teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap nya tanah-tanah yang mendapatkan perlakuan teknik konservasi tanah, pemupukan fosfor dan bahan organik menunjukkan P-retensi yang lebih tinggi dibanding kontrol P0. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsentrasi Sedimen dan Hara dalam Aliran Permukaan Kehilangan hara yang terbawa oleh aliran konsentrasi sedimen dan kandungan hara dalam tanah. Hubungan antara konsentrasi m aliran permukaan dan konsentrasi sedimen bersifat negatif, sedan h adap k t al. 1990 ngan hara ositif Sinukaban, 1981. mbahkan bahwa hubungan tersebut selain bersifat negatif juga non- . P nan konse i hara d sedimen bat meni nya konse en at berkai engan k r liat da entra dimen ya nggi um nya mem ai kadar dalam sed liat memp i kemam menjerap enggamba hubunga tara konse hara dalam aliran permukaan dengan konsentrasi liat dalam bahan tererosi bersifat positif dan linier.

1. Botol Penampung Bekas Kemasan Air Mineral

Paket teknologi konservasi tanah dan pengelolaan bahan organik serta hara P terhadap jumlah sedimen, C-organik, N-total, P-total dan K-total dalam aliran permukaan disajikan pada Tabel 7. Data pengamatan jumlah sedimen dan kandungan hara dalam sedangkan analisis sidik raga H jumlah sedimen, kandungan C-organik, N total, dan K total yang terbawa dalam aliran p oleh barisan tanaman strippagar. ermukaan. Sebaliknya, paket teknologi berpengaruh nyata terhadap P-total yang terbawa aliran permukaan Tabel 7. Tidak berpengaruh nyatanya paket teknologi konservasi tanah, pengelolaan bahan organik serta hara P terhadap konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan disebabkan karena teknik konservasi yang diterapkan baik tanaman strip Stylosantes goyanensis maupun tanaman pagar Flemingia congesta hingga bulan ketiga belum mampu untuk mengurangi erosi. Karena pertumbuhannya masih sangat kecil, sehingga diduga masih ada partikel-partikel sedimen tanah yang lolos dan tidak mampu ditahan Tabel 7 Pengaruh Paket Teknologi Terhadap Konsentrasi Sedimen, Konsentrasi C_Organik dan Unsur Hara dari Pengamatan dalam Botol penampung. Konsentrasi Paket Teknologi Sedimen C_organik N-total P-total K-total ……… gl ……... …………. ppm …………… P0 P1 a 0.38 a 45.84 a 4.08 b 31.60 a a 0.33 a 24.94 a 1.84 b 13.94 a P8 17.26 a 0.32 a 30.75 a 2.87 b 29.22 a 21.21 a 0.35 a 32.09 a 2.94 b 15.44 a 15.96 a 0.30 a 29.83 a 2.96 b 11.55 a P2 22.62 a 0.34 a 36.11 a 8.23 a 34.71 a P3 18.84 a 0.23 a 26.57 a 3.00 b 12.69 a P4 21.68 a 0.40 a 33.88 a 4.00 b 18.91 a P5 27.08 a 0.57 a 42.39 a 3.95 b 18.70 a P6 35.43 P7 21.00 Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda a taraf 5 menurut uji BNT. emikian pu nyata pad D la kandungan C-organik dan unsur hara N, P dan K dalam aliran rmukaan tidak berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan lainnya, kar k i alam dak be Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan ta kecil. Selain itu, pem han jug mam perba fisik tanah. pe ena jumlah onsentras sedimen d aliran permukan ti rbeda. naman konservasi yang masih berian ba organik a belum pu mem iki sifat

2. Parit bak Pe g

il ana aru tekn nserv h dan laan K total dalam aliran permukaan disajikan pada Tabel 8. Jumlah sedimen dan kandun ambu Kibang, Kabupaten Lampung. . nampun Has lisis peng h paket ologi ko asi tana pengelo bahan organik serta hara P terhadap jumlah sedimen, C-organik, N total, P total dan gan hara dalam aliran permukaan disajikan pada Lampiran 47, 49, 51, 53, dan 55. Sedangkan analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 48, 50, 52, 54, dan 56. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paket teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah sedimen, C-organik, N total, P total dan K total dalam aliran permukaan. Jumlah sedimen dalam aliran permukaan pada seluruh perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena teknik konservasi yang diterapkan, baik tanaman strip Stylosantes goyanensis maupun tanaman pagar Flemingia congesta hingga bulan ketiga belum mampu menghambat laju aliran permukaan, karena pertumbuhan tanaman strip dan tanaman pagar tersebut masih sangat kecil. Demikian juga dengan konsentrasi C-organik serta hara N, P dan K dalam aliran permukaan tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan akibat tanaman strip Stylosantes goyanensis maupun tanaman pagar Flemingia congesta masih sangat kecil, sehingga belum mampu menahan erosi yang membawa sedimen tanah yang mengandung hara. Tabel 8 Pengaruh paket teknologi terhadap konsentrasi sedimen, konsentrasi C- organik dan beberapa unsur hara dari pengamatan bak setelah panen jagung pada percobaan di Desa Indraloka II, Kecamatan L Konsentrasi Paket i Sedimen C_organik N total P tota teknolog l K total ……… gl ……... …………. ppm …………… P0 19.27 a 0.38 a 44.27 a 2.96 a 13.47 a P1 19.35 a 0.46 a 35.14 a 4.33 a 40.20 a P2 18.36 a 0.37 a 30.46 a 3.92 a 14.00 a P3 30.42 a 0.60 a 45.77 a 6.08 a 21.13 a P4 16.57 a 0.37 a 30.21 a 3.76 a 12.85 a P5 19.47 a 0.41 a 49.86 a 3.26 a 14.88 a Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Kadar N-Total, K-Total, C-organik dan P-total paling rendah diperoleh pada perlakuan P4 SP-36 dan pupuk kandang. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pupuk SP-36 dan pupuk kan P6 28.75 a 0.51 a 35.63 a 4.17 a 19.65 a P7 28.69 a 0.47 a 35.46 a 3.91 a 17.83 a P8 25.33 a 0.54 a 30.63 a 4.30 a 36.83 a dang yang diyakini dapat memperbaiki sifat fisik dan kesuburan tanah an tanah apat menurunkan pelepasan partikel tanah akibat pukulan hujan Agassi 1995. Selain itu, untuk men an tegakan tanaman ga m rlihatkan fenomena kemampuan tanaman pagar dan strip sebagai barrier i Gambar 4. menjadi lebih baik sehingga berperan dalam mengurangi besarnya pengangkutan hara oleh erosi. Pertumbuhan tanaman secara tidak langsung juga berperan dalam mengurangi kehilangan hara karena penutupan permuka d gurangi kecepatan aliran permukaan, kerapat ju enjadi faktor pengontrol. Tegakan tersebut harus mampu menahan kekuatan pukulan air hujan sehingga mampu menghamburkan energi dari aliran permukaan. Penanaman tanaman pagar juga mampu memperlambat laju aliran permukaan sehingga akan meningkatkan infiltrasi air. Tanaman pagarstrip tersebut akan berfungsi sebagai barrier yang mampu menahan partikel-partikel tanah yang terbawa dalam aliran sehingga tertahan di bagian belakang dari barisan tanaman pagarstrip. Deposisi partikel-partikel tersebut lama-kelamaan nantinya akan membentuk teras alami. Dalam percobaan ini, walaupun pengaruhnya belum nyata terlihat, namun telah mempe dan kecenderungan membentuk teras alam Gambar 4 Gambaran partikel-partikel tanah yang tertahan di belakang ba tanaman pagar Flemingia congesta umur 3 bulan. risan Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman dan Sukmana 1990 juga m a siste croppin row Flemingia congesta dapat membentuk teras alami sek rapan. Barisan tanaman mingia cong rti pada Ga mampu m rtikel- partikel h tererosi di s barisan ta ebut. Sel aman pagarstr eran dari per anaman pokok juga sangat berpengaruh. Hal ini dapat dipahami karena bila pertumbuhan tanam maka penutupan permukaan tanah oleh tanaman ak u menghamburkan energi kinetik hujan yang memecah partikel-partike njadi lebih halus dan lebih mudah terbawa dalam aliran pe kaan Agass Pengaruh p ang secara tidak langsung dan porositas tanah. trasi C-organik, P, dan K dalam sedimen terendah adalah pada perlakuan kontrol P0. Hal ini disebabkan karena tanah asalnya yaitu tanah Ultisol dicirika enunjukkan bahw m alley g de ge ngan hed itar 25 cm setelah setahun pene Fle esta sepe mbar 3 enahan pa tana bagian ata naman ters ain dari tan ip, p tumbuhan t an baik, an mamp l tanah me rmu i, 1995. upuk kand juga berperan dalam menekan erosi melalui perbaikan sifat fisik tanah seperti struktur Adapun konsen n memiliki kandungan hara dan bahan organik yang sangat rendah. Pengaruh Perlakuan Terhadap Tanaman Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sangat jelas terlihat Analisis statistik menunjukkan bahwa penutupan lahan tertinggi dijumpai teknik kon erlakuan P2 strip Stylosantes goyanensis dan SP-36, sedangkan penutupan lahan t da paket teknologi P se penutupan lahan ini sangat d ngaruhi oleh an tanaman n yang per nya baik akan m iki kanopi yang lebih lebar sehi tupan lah i tinggi. Penutupan lahan ini juga nantinya akan m besarnya i. Bila penutup ahan tinggi i akan dapa arena ene ial hujan akan leb ecil untuk m n partikel-partikel tanah. perbedaannya antara perlakuan yang diberi pupuk SP-36 P1, P2, P3 dan P4 dan petak-petak yang dipupuk fosfat alam tanpa SP-36 P5, P6, P7, dan P8. Pertumbuhan jagung dan ubi kayu pada petak-petak yang diberi pupuk SP-36 sangat baik, sebaliknya pertumbuhan kedua tanaman pada petak-petak dengan fosfat alam dan tanpa SP-36 memperlihatkan pertumbuhan dan produksi jagung yang sangat rendah, bahkan banyak yang tidak tumbuh Gambar 2. Hal ini disebabkan karena pupuk SP-36 lebih cepat tersedia sehingga P yang larut dapat langsung diserap oleh tanaman.

1. Persentase Penutupan Lahan

Pengaruh perlakuan teknik konservasi tanah, pengelolaan bahan organik dan hara P terhadap persentase penutupan lahan disajikan pada Tabel 9. Data hasil pengamatan penutupan lahan umur 30 HST, 45 HST dan 65 HST disajikan pada Lampiran 57, 59, dan 61, sedangkan analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 58, 60, dan 62. pada paket teknologi P3 hedgerow Flemingia congesta dan SP-36 dan P4 tanpa servasi tanah + SP-36. Perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan p erendah adalah pa 0 kontrol. Persenta ipe pertumbuh . Tanama tumbuhan emil ngga penu an menjad engurangi laju eros an l maka eros t ditekan k rgi potens ih k emecahka Tabel 9 Pengaruh paket teknologi terhadap persentase penutupan lahan setelah panen jagung pada percobaan di Desa Indraloka II, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Lampung Penutupan lahan 30 HST 45 HST 65 HST Paket teknologi ……….…… …………… P0 25.00 c 53.33 c 58.33 d P1 58.33 ab 88.33 ab 88.33 ab P2 71.67 a 95.00 a 98.33 a P3 68.33 abc 98.33 a 100.00 a P4 75.00 a 95.00 a 96.67 a P5 35.00 bc 70.00 abc 68.33 dc P6 33.33 bc 65.00 bc 68.33 dc P7 31.67 bc 73.33 abc P8 53.33 ab 83.33 ab 75.00 c 83.33 abc Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNT. paket teknologi P1, P2, dan P4. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tanaman jagung elain mem ga kebutuhan tanaman akan fosfor lebi a saat ini pengaruh dari tan ar Fl congest n strip tes go belum nyata pada taraf 5

2. Tinggi Tanaman

a. Jagung

Pengaruh perlakuan teknik konservasi tanah, pengelolaan bahan organik dan hara P terhadap tinggi tanaman jagung disajikan pada Tabel 10, data tinggi tanaman umur 30HST, 45 HST dan 60 HST disajikan pada Lampiran 63, 65, dan 67. Sedangkan analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 64, 66, dan 68. Analisis statistik menunjukkan bahwa paket teknologi berpengaruh nyata terhadap tanaman jagung tertinggi diperoleh pada paket teknologi P3 pemberian SP- 36 dan strip Flemingia congesta. Paket teknologi P3 tidak berbeda nyata dengan sangat dipengaruhi oleh pemupukan P dari SP-36 yang diberikan. Pupuk SP-36 berikan P yang lebih tinggi juga cepat tersedia bagi tanaman, sehing s h cepat terpenuhi. Pad aman pag emingia a maupu Stylosan yanensis terlihat nyata karena tanaman st naman sih kecil dan belum meng kan bahan ang d plai b ik ba mberian p 36 da katka han ering tanam jagung. bila d an de alam SP-36 berpe uh terhad gi ta jagung ya r aman angat golong rendah. persentase tinggi tanaman jagung pada rip dan ta pagar ma hasil hijauan y apat mensu ahan organ gi tanaman. Pe upuk SP- pat mening n pertumbu dan bobot k an Namun ibandingk ngan fosfat , pupuk ngar ap ting naman . Rendahn espon tan dikarenakan kadar P tersedia dalam lum p mem rendah selain pelarutan P dari fosfat alam juga ter tanah sebe emupukan ang sudah s Tabel 10 Pengaruh paket teknologi terhadap percobaan di Desa Indraloka II, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Lampung Tingi Tanaman cm Paket Teknologi 30 HST 45 HST 60 HST P0 53.22 b 51.89 c 54.22 c P1 140.11 a P2 155.33 a 100.00 a 156.78 a 159.67 a 171.00 a 65.80 a 173.00 a 179.00 a 47.33 a 168.33 a 171.67 a P3 1 P4 1 P5 59.44 b 66.22 bc 68.67 c P6 67.13 b 73.00 bc 73.67 bc P7 53.17 b 57.83 c 59.00 c P8 94.67 b 96.33 b 103.22 b Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji B NT. a waktu yang bersamaan pula dapat bereaksi dengan ahan tanah menjadi bentuk-bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman sehingga P al. 1999 pada tanah-tanah Pupuk SP-36 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung secara nyata dibandingkan dengan kontrol maupun dengan pupuk fosfat alam. Rendahnya respon tanaman ini diduga karena P tersedia dari fosfat alam pada saat awal pertumbuhan masih rendah. Walaupun selanjutnya pelarutan fosfat alam ini semakin meningkat, namun P yang dibebaskan pad b tersedia didalam tanah tetap rendah Hammond et al., 1986. Selanjutnya Havlin et menambahkan bahwa penggunaan pupuk fosfat alam masam dengan kadar P tersedia tanah rendah erikan P tersedia yang cukup bila diberikan dalam frekuensi 2-3 kali pupuk superfosfat.

b. Ubi Kayu