D. Pengembangan Museum Purbakala Sangiran
Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Wakil
Menteri pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai pembuat Desain Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati, PHD. Dua
puluh tahun silam tempat tersebut masih berupa joglo sederhana yang dijadikan tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh kepala desa Krikilan,
Toto Marsono. Kini, ditanah yang berusia 1,8 juta tahun itu telah berdiri megah sebuah bangunan museum bertaraf internasional. Berbagai
rangkaian acara digelar mengiringi peresmian museum, mulai dari seminar internasional yang mendatangkan 100 pakar arkelologi di dunia hingga
pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan dari Uni Eropa. Selain itu, pada acara tesebut diserahkan rekonstruksi rangka kuda air berusia 1,2
juta tahun yang ditemukan di Bukuran oleh tim gabungan Indonesia – Perancis. Museum Sangiran berdiri di dalam
Cluster Krikilan yang merupakan Cluster pertama yang telah selesai dibangun. Masih ada tiga Cluster lainnya
yang akan mulai dibangun tahun depan, yaitu Cluster Ngebung, Cluster Bukuran, keduanya terletak di wilayah Kab. Sragen, dan Cluster Ndayu yang
terletak di wilayah Kab. Karanganyar. Tiap Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman
purba sesuai masing-masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan dijadikan pusat penelitian arkeologi mutakhir dan Cluster Ngebung akan
menjadi pusat sejarah temuan fosil. Pembangunan Cluster akan melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sragen serta
Kabupaten Karanganyar. Selain itu ada beberapa upaya pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara
lain : Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan
bangunan audio visual di sisi timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah
interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.
Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Didirikan bangunan
perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya
adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan,
taman purbakala, dan lain-lain. Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan
pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.
Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada publik nasional.
Museum Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini menawarkan tiga titik wisata purba yang menakjubkan. Di museum I,
pengunjung dapat menyaksikan pameran fosil-fosil asli dan peralatan manusia purbakala. Kemudian dimuseum II dihadirkan 12 langkah
kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam, terbentuknya kepulauan Indonesia dan Jawa, kedatangan manusia pertama, proses evolusi sekitar 1,5
juta tahun lalu dan perkembangannya hingga menjadi manusia modern. Sedang museum III dipertunjukkan tentang zaman keemasan
Homo Erectus Sangiran yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .
Pengumpulan fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta Masyarakat Krikilan. Peresmian pada tanggal 15 Desember 2011 bertepatan
dengan peristiwa lima tahun silam 15 Desember 2006, waktu itu terjadi peristiwa penting di Meridian Mexico, dimana Pemerintah Indonesia
menerima tanda pengesahan Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan
dunia. Bupati Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang sangat membanggakan namun kadang kurang dikenal oleh masyarakat Sragen
sendiri mengharapkan agar bisa dinikmati oleh semua kalangan tidak hanya kalangan peneliti. Sragen telah menjadi City of Java Man yang memiliki situs
yang mengungkap rahasia sejarah manusia purba. Di situs kebanggaan ini memuat cerita tak terputus sejarah perjalanan manusia purba hingga
menjadi manusia modern. Dan di tanah yang telah berusia lebih dari 1,8 juta tahun ini ternyata masih banyak menyimpan fosil-fosil purba yang bisa
digali, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk menemukan fosil- fosil ini dan menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia.
PENUTUP
A. KESIMPULAN