memperlihatkan berbagai jejak fosil manusia purba dan hewan vertebrata Widianto Simanjuntak 1995.
Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan GHR. Von Koenigswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan
batuan jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung pada tahun 1934 Koenigswald, 1936. Temuan alat-alat serpih yang kemudian terkenal
dengan istilah ‘Sangiran Flakes-industry’ tersebut diperkirakan berasal dari lapisan seri Kabuh Atas yang berusia Plestosen Tengah. Namun hasil
pertanggalan tersebut banyak dikritik oleh para ahli de Terra, 1943; Heekeren, 1972 karena temuan tersebut dihubungkan dengan konteks
Fauna Trinil yang tidak autochton Bartstra dan Basoeki, 1984: 1989 atau bukan dari hasil pengendapan primer Bemellen, 1949.
B. Keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo
erectus
Sangiran adalah sebuah situs paleontologis yang terlengkap di Indonesia dan cukup terkemuka di dunia. Keberadaan situs ini secara resmi
telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia sejak bulan Desember 1996 Widianto 2000. Dari sekitar 100 individu
temuan fragmen fosil manusia purba yang didapatkan di Indonesia, hampir 65 -nya berasal dari Situs Sangiran dan mencakup sekitar 50 dari
populasi taxon Homo erectus di dunia. Pada umumnya fosil-fosil tersebut
ditemukan secara kebetulan temuan penduduk dan dalam bentuk fragmenter; yaitu antara lain berupa tulang-tulang tengkorak, mandibula dan
femur. Fosil-fosil tersebut ditemukan pada beberapa tempat atau lokasi utama di Pulau Jawa; yaitu antara lain di Pati Ayam, Sangiran, Ngandong dan
Sambungmacan Jawa Tengah serta di daerah Trinil dan Perning Jawa Timur. Berdasarkan bentuk fisik dan lingkungan endapan asalnya, secara
umum temuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia dikategorikan menjadi 3 kelompok utama Widianto, 1996; yaitu kelompok
Pithecanthropus arkaik
yang berasal dari Formasi Pucangan Plestosen Bawah yang ditaksir mempunyai usia antara 1,7 – 0,7 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah
Meganthropus palaeojavanicus dan
Pithecanthropus mojokertensis. Kelompok kedua adalah jenis
Pithecanthropus klasik yang berasal dari Formasi Kabuh Plestosen Tengah yang mempunyai usia sekitar 800.000 –
400.000 tahun. Jenis kelompok ini Homo erectus yang paling banyak
ditemukan di Sangiran. Kelompok yang ketiga adalah Pithecanthropus
progresif yang berasal dari Formasi Notopuro Plestosen Atas dan mempunyai umur antara 400.000 – 100.000 tahun. Termasuk dalam
kelompok ini adalah temuan Homo soloensis dari Ngandong dan Trinil
Widianto 1996, Semah et.al. 1990.
Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi, diantaranya :
1. Formasi Kalibeng Lempung biru yang membentuk apa yang disebut kalangan arkeolog
sebagai Formasi Kalibeng di bagian paling bawah adalah endapan paling tua. Endapan itu tercipta sejak 2,4 juta tahun lalu ketika daerah ini masih
merupakan lingkungan laut dalam. Di dalam lapisan lempung biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut turitella, arca, nasarius,
dan lain-lain juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu. Berumur 2,4 juta sd 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan:
Lapisan napal Marl Lapisan lempung abu-abu biru dari endapan laut dalam
Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal Lapisan balanus batu gamping
Lapisan lahar bawah dari endapan air payau
2. Formasi Pucangan Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000
– 700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang
diatomea laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi
Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia, antara lain reptil buaya dan kura-kura, mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi,
monyet, domba, dan fosil kayu. Berumur 1.8 juta sd 700 ribu tahun lalu. Dengan lapisan:
Lapisan lempung hitam kuning dari endapan air tawar Lapisan batuan kongkresi
Lapisan lempung volkanik Tuff ada 14 tuff Lapisan batuan nodul
Lapisan batuan diatome warna kehijauan
3. Formasi Grenzbank Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi
Pucangan. Terbentuknya formasi ini terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari pegunungan selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-kerikal
vulkanik dari Pegunungan Kendeng di utaranya. Material erosi tersebut menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras setebal 1-4
meter, yang disebut grenzbank alias lapisan pembatas. Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh.
Pengendapan grenzbank menandai perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di Sangiran. Pada Grenzbank banyak
ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.
4. Formasi Kabuh Pada periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar
Sangiran, berasal dari Gunung Lawu, Merapi dan Merbabu purba. Letusan hebat telah memuntahkan jutaan kubik endapan pasir vulkanik, kemudian
diendapkan oleh aliran sungai yang ada di sekitarnya saat itu. Aktivitas vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi susul-
menyusul dalam periode lebih dari 500.000 tahun. Aktivitas alam ini meninggalkan endapan pasir fluvio-volkanik setebal tidak kurang dari 40
meter, dikenal sebagai Formasi Kabuh. Lapisan ini mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu: ada sungai utama
dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan vegetasi terbuka. Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah Kali Cemoro.
Berbagai manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga 300.000 tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini. Mereka
diendapkan pada sejumlah tempat di Sangiran. Badak, antilop dan rusa yang ada di grenzbank masih tetap ada pada Formasi Kabuh.
Stegodon sp ditemani jenis lain,
Elephas hysudrindicus dan Epileptobos groeneveldtii banteng.
Berumur 700 ribu sd 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan: Lapisan konglomerat
Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas Lapisan lempeng vulkanik tuff ada 3 tuff
Lapisan pasir halus silang siur Lapisan pasir gravel.
5. Formasi Notopuro
Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini sekitar 500.000 – 250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan
batu gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Lahar vulkanik diendapkan kembali di daerah Sangiran, yang juga
mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil hingga bongkah. Di dalam lapisan ini banyak ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang
berupa serpih-bilah sehingga Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran, kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan kapak persegi.
Selain itu, lapisan ini juga ditandai oleh endapan lahar, breksi, pasir dan juga banyak ditemukan alat serpih, fosil kerbau dan kijang.
Setelah pembentukan Formasi Notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara umum di Sangiran, yang mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke
dalam bentuk kubah raksasa. Erosi K. Cemoro berlangsung terus-menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang saat ini
menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran. Berumur 250 ribu sd 15 ribu tahun lalu. Dengan lapisan:
Lapisan lahar atas Lapisan teras
Lapisan batu pumice 6. Formasi Teras Solo Kali Pasir
Berumur 15 ribu sd 1.5 ribu tahun lalu. Dimana hanya memiliki lapisan endapan sungai batu kerikil dan kerakal.
C. Pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di Museum Sangiran