10
2.3. C. polycrikoides
Klasifikasi Cochlodinium sp. menurut Steidinger dan Tangen 1997 adalah sebagai berikut :
Kingdom : Protoctista
Phylum : Dinoflagellata
Subphylum : Pyrrhophyta Class : Dinophyceae
Order : Gymnodiniales
Family : Gymnodiniaceae Genus
: Cochlodinium Species : Cochlodinium polycrikoides, Margalef 1961
Sumber ; Kim 2010
Gambar 2. C. polykrikoides C 2 – 4 sel
Sumber ; Garate et al 2002
Gambar 3. Cochlodinium sp. yang ditemukan di Teluk Mexico pada musim dingin
11 Deskripsi ; lapisan sel dengan cingulum berputar, merupakan sel tunggal atau
berbentuk cincin dengan atau tanpa kloroplas. Umumnya dapat menjadi kista. Sel berukuran lebar 20
– 40 µm dengan panjang 60 – 80 µm. Daerah penyebaran kosmopolitan dan perairan hangat dan air beriklim sedang dan tenang.
Glibert 2001 melaporkan bahwa pada bulan Agustus dan September 2007, di Chesapeake Bay Amerika dan anak-anak sungainya mengalami blooming C.
polykrikoides dengan kepadatan 104 sel per milliliter yang berlangsung hingga menembus ke Samudra Atlantik. Terjadinya blooming bertepatan dengan periode
curah hujan yang intens dan limpasan stormwater setelah periode kekeringan musim panas berlarut-larut. Bukti genetik menunjukkan spesies ini berbeda dari
banyak strain Asia, tetapi mirip dengan strain Amerika Utara lainnya. Populasi didominasi oleh C. polykrikoides mengambil berbagai senyawa nitrogen
untuk mendukung pertumbuhan dan mampu memobilisasi tambahan sumber nutrisi organik melalui hidrolisis peptida. Bioassay menetapkan bahwa C.
polykrikoides berpengaruh pada ikan dan kerang, menyebabkan 100 kematian ikan Cyprinodon variegates dalam waktu kurang dari 24 jam dan kematian 20
tiram ~ 21 mm, Crassostrea virginica dalam waktu 72 jam Mulholland et al., 2009.
2.4. Senyawa N dan P Menurut Boyd 1988 Nitrogen di perairan terdiri dari dua golongan yang berbeda
bentuknya yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik, sedangkan menurut Nasir 2012 nitrogen organik di perairan adalah nitrogen yang terikat dengan
senyawa organik dalam bentuk protein, asam amino, dan urea. Sedangkan nitrogen anorganik adalah nitrogen yang tidak dapat dimanfaatkan secara
12 langsung oleh tumbuhan akuatik dan harus mengalami fiksasi terlebih dahulu
menjadi amonia NH3, amonium NH
4 +
, nitrit NO2 dan nitrat NO3. Nitrogen ammonia, yaitu nitrogen berupa garam-garam ammonia, ammonium
serta ammonia bebas NH42CO3. Nitrogen nitrit, tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Alaert dan Santika 1987 menyatakan bahwa, nitrogen nitrit
merupakan bentuk nitrogen yang tidak stabil dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara ammonia dan nitrat. Nitrogen nitrat dapat dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan Effendi, 2003.
Nitrat adalah bentuk senyawa stabil yang merupakan zat hara penting bagi
organisme autotrof dan diketahui sebagai faktor pembatas pertumbuhan Eaton et al.,1995. Nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan blooming
alga dan proses eutrofikasi Rahman, 2011. Fosfor sangat penting untuk kehidupan organisme perairan karena berfungsi
dalam penyimpanan dan transfer energi dalam sel dan berfungsi dalam sistem genetik Cole, 1983. Fosfor di perairan dalam bentuk senyawa fosfat, yang
terdiri atas fosfat terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut terbagi atas fosfat organik dan fosfat anorganik yang terdiri dari ortofosfat dan polifosfat Anderson
et al, 2002. Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh fitoplankton, sedangkan polifosfat sebelum dimanfaatkan sebagai
sumber fosfor harus terlebih dahulu dihidrolis membentuk ortofosfat. Ortofosfat adalah senyawa-senyawa seperti monofosfat HPO
4 2-
dan dihidrogen fosfat H2PO
4 -
, sedangkan polifosfat merupakan senyawa-senyawa polimer seperti heksametafosfat PO3
6 3-
, pirofosfat P2O
7 4-
, dan tripolifosfat P3O
10 5-
Alaert