7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Harmful algal Blooms
Red tide adalah suatu keadaan di mana air, terutama air laut mengalami perubahan warna menjadi merah, merah kecoklatan, merah oranye, ungu, kuning, hijau dan
putih akibat dari ledakan populasi blooming fitoplankton Sellner at al, 2003. Istilah red tide atau pasang merah saat ini lebih populer dikenal dengan istilah
Harmfull Alga Blooms HAB ’s, karena tidak semua alga yang blooming,
menghasilkan toksin dan menyebabkan kematian biota air menimbulkan perubahan warna air secara mencolok menjadi merah Mujib dkk, 2012.
Menurut Eaton 1995 dan Nasir dkk 2012, saat ini jumlah fitopalnkton yang dapat menyebabkan HAB
’s ada sekitar 50 jenis diantaranya adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum, Gymnodiniumbreve, Cochlodinium sp., Alexandrium
catenella dan Noctiluca Scintillans, dan hampir semuanya dari kelompok dinoflagelata Pyrrophyta yang dapat menyebabkan kematian massal biota laut,
perubahan struktur komunitas ekosistem perairan, bahkan keracunankematian pada manusia Eaton, 1995 .
Menurut Maso et al 2006 dampak pemanasan global dan anomali cuaca diduga menjadi salah satu pemicu mayor terjadinya peningkatan HAB’s. Curah hujan
dengan intensitas tinggi berperan dalam penghantaran unsur hara ke perairan dan
8 memicu eutrofikasi. Perubahan cuaca lokal secara spesifik menimbulkan
perubahan arah angin yang berdampak terhadap pola arus permukaan perairan, sehingga mempengaruhi pola sebaran HAB’s. Intensitas cahaya yang memadai
serta suhu perairan yang hangat bisa memicu plankton di perairan berkembang pesat sehingga seringkali terjadi kompetisi antar spesies dan terjadi dominasi jenis
tertentu. Peristiwa kematian massal ikan beserta kasus keracunan dan kematian manusia
akibat HAB ’s di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Flores pada tahun
1983. Selain itu juga pernah terjadi di Ujung Pandang pada bulan Agustus 1987 dan di Kalimantan Timur pada bulan Januari 1988. Di Jakarta pertama kali
dilaporkan terjadi peristiwa HAB ’s pada tanggal 31 Juli 1986. Kejadian ini
tampak pada beberapa ikan yang mati mengapung di atas air laut yang pada mulanya masyarakat beranggapan hal ini disebabkan oleh pembuangan bahan
kimia dan limbah ke laut. Kemungkinan perairan di Teluk Jakarta sudah mengalami eutrofikasi yang menjadi faktot utama terjadinya HAB
’s Sutomo, 1993.
Jumlah fitoplankton berlebih di sebuah perairan berpotensi membunuh berbagai jenis biota laut secara massal karena keberadaan fitoplankton mengurangi jumlah
oksigen terlarut. Kemungkinan lain adalah insang- insang ikan penuh dengan fitoplankton sehingga lendir pembersihnya menggumpal karena fitoplanktonnya
berlebih dan ikan pun sulit bernapas Glibert et al, 2001 .