Latar Belakang dan Masalah
Walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah atau kalangan terkait, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu
pada pangan utama beras.
Dikaitkan dengan potensi yang ada, Indonesia memiliki sumber daya hayati yang sangat kaya. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk Indonesia
masih di bawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan
melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disedia- kan dilingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan
lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dan produksi disektor pertaniana dalah program Rumah Pangan Lestari RPL. Rumah
Pangan Lestari merupakan salah satu program Kementerian Pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah lingkungan dalam suatu
kawasan. Rumah Pangan Lestari dapat diwujudkan dalam satu wilayah antara lain wilayah Rukun Tetangga RT, wilayah Rukun Warga RW,
wilayah dusun atau wilayah desakelurahan Badan Litbang Pertanian, 2012.
Sasaran yang ingin dicapai RPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara
lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi, 2011. Konsep RPL tidak sekedar
pemanfaatan lahan pekarangan saja, namun termasuk konsep kemandirian
pangan, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian sumber daya genetik pangan dan kebun bibit.
Pelaksanaan Program RPLdi Provinsi Lampung sudah dilaksanakan sejak tahun 2012 di Kabupaten Pringsewu, disusul pada tahun 2013 Kabupaten
Tulang Bawang, dan Lampung Selatan juga ikut dalam pelaksanaan Program RPL. Lebih jelasnya pelaku Progam RPL di Provinsi Lampung dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Pelaku Program RPL di Provinsi Lampung
No Kabupaten
Kecamatan Desa
Jumlah Rumah Tangga
Tahun Program
1. Pringsewu
1. Pagelaran 1. Pujiharjo
199 2012
2. Sukoharjo3 75
2013 3. Gemah
Ripah 185
2013 2.
Tulang Bawang
1. Menggala 1. Kagungan
Rahayu 143
2013 2. Banjar
Baru 1. Panca
Mulia 157
2013 3
Lampung Selatan
1. Natar 1. Pancasila
189 2013
2. Jati Agung 1. Marga
Kaya 195
2013
Sumber : BPTP Provinsi Lampung Tahun 2014
Pada Tabel 1 terlihat bahwa, Program RPL dilaksanakan di Provinsi Lampung di tiga kabupaten yaitu: Kabupaten Pringsewu, Tulang Bawang,
dan Lampung Selatan. Berdasarkan jumlah pelaku Program RPL, Kabupaten Pringsewu memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yaitu sebesar
459 rumah tangga. Kabupaten Pringsewu juga merupakan kabupaten yang pertama kali menjalankan Program RPL di Provinsi Lampung. Hal ini
membuktikan bahwa Kabupaten Pringsewu memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan melalui Program RPL.
Program RPL yang ada di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, kegiatannya dilakukan di Desa Pujiharjo, Gemah Ripah, dan Sukoharjo 3.
Berdasarkan data diketahui bahwa Desa Pujiharjo memiliki jumlah rumah tangga pelaksana Program RPL terbanyak dibandingkan di Desa Gemah
Ripah dan Sukoharjo 3 yaitu sebesar 199 rumah tangga.
Komoditas yang dikembangkan di Desa Pujiharjo adalah komoditas yang sesuai dengan keadaan biofisik dan lingkungan setempat, sesuai dengan
keadaan sosial ekonomi, sosial budaya dan sesuai dengan kebutuhan masya- rakat. Komoditas tersebut adalah komoditas sayur mayur seperti cabai,
tomat, bayam, kangkung serta Tanaman Obat Keluarga Toga.
Untuk menunjang pembangunan pertanian dalam Program RPL, diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat dan pemerintah. Partisipasi adalah keikut-
sertaan atau keterlibatan individu sebagai masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan yang berlangsung dalam masyarakat tersebut. Titik berat
pembangunan partisipatif terletak di tangan masyarakat sejak mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, menilai dan menikmati pembangunan. Dengan
demikian masyarakat bertindak sebagai subyek atau pokok pembangunan mereka sekaligus merupakan obyek atau sasaran pembangunan. Pembangu-
nan yang berkelanjutan bersumber dari partisipasi masyarakat yang aktif serta akan memberikan dampakdalam kehidupan ekonomi.
Rolalisasi 2008 mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dapat ditingkat- kan melalui peningkatan modal sosial yang ada di masyarakat. Partisipasi
masyarakat akan meningkat seiring meningkatnya kepedulian masyarakat
terhadap pemukiman di sekitarnya serta meningkatnya keterlibatan dalam organisasi sosial. Konsep partisipasi masyarakat biasanya tidak lepas dari
pemberdayaann masyarakat, karena unsur utama dari pemberdayaan masyarakat sendiri merupakan salah satu bentuk pembangunan yang berlan-
daskan keikutsertaan masyarakat dalam program yang berkaitan dengan pembangunan lingkungannya.
Partisipasi masyarakat dalam program RPL di Desa Pujiharjo merupakan keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat terhadap program RPL. Dengan
adanya partisipasi masyarakat terhadap program RPL, diharapkan semua masyarakat Desa Pujiharjo dapat menerapkan program RPL dengan tujuan
memenuhi pangan dan gizi keluarga masyarakat secara lestari di Desa Pujiharjo. Namun pada kenyataannya tidak semua masyarakat Desa
Pujiharjo menerapkan program ini, hanya masyarakat yang tergabung dalam anggota kelompok tani, dari 357 KK hanya 199 KK 55,7 yang
mengikuti program RPL di Desa Pujiharjo. Kondisi dan kenyataan – kenyataan ini tentunya akan berhubungan atau berpengaruh pada partisipasi
masyarakat terhadap program RPL.