Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DESA TERHADAP

PEMBANGUNAN PRASARANA TRANSPORTASI

DARAT

(Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

SKRIPSI Oleh:

Abdul Haris Nasution 060901033

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat”. Berangkat dari kondisi desa Hutatinggi yang begitu jauh tertinggal dan sangat membutuhkan pembangunan, khususnya prasarana transportasi. Sekarang ini pembangunan prasarana trasportasi sedang di galakkan di Kabupaten Mandailing Natal. Hutatinggi sekarang ini sedang mengalami pembangunan jalan trasportasi darat. Mulai dari pembangunan jalan hingga pembangunan gang desa. Ini semua merupakan proses perubahan yang terjadi di desa Hutatinggi. Pembangunan yang terjadi di desa Hutatinggi sebagian merupakan berawal dari masyarakat desa Hutatinggi. Masyarakat desa Hutatinggi tidak hanya menunggu pembangunan dari pemerintah pusat. Mereka mempunyai kekuatan untuk membuat sebuah perubahan di desa Hutatinggi. Masyarakat desa sekarang ini sudah berdaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan Dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan adalah warga desa Hutatinggi dan pihak pihak yang terkait dengan pembangunan desa Hutatinggi. Interperetasi data dengan mengunakan catatan-catatan dari setiap kali turun kelapangan.

Hasil penelitian menunjukan pembangunan jalan dilakukan pertamakali mulai, dilaksanakan ketika pembangunan jalan dari desa Hutatinggi menuju desa pastap. Pembangunan semula niatnya untuk memudahkan hubungan antara desa Hutatinggi dengan pastap, bahkan di isukan di masyarakat akan di bangun jalan sampai pada Sumatera barat. Pembangunan ini juga di tujukan untuk membuka perkebunan jeruk di tanah ulat desa Hutatinggi. pembangunan tersebut terbengkalai yang di sebabkan karena pembangunan tersebut merupakan pembangunan hanya bersal dari pemerintah, bukan bersal dari masyarakat itu sendiri, Jalan tersebut sekarang ini hanya tingal bebatuan saja, Setelah pembangunan Hutatinggi-pastap, pembanguana Gang juga mulai di lakukan. Awal perencanaanya pada tahun 1996 hingga sampai pada saat yang sekarang ini. pembangunan gang masih terus di lakukan dengan sewadaya masyarakat desa hutatinggi, tampa ada bantuan sedikit pun dari pemerintah. Pembangunan yang bersumber dari sewadaya masyarakat Bukan hanya pembangunan gang saja. Pembanguan jalan menuju persawan masyarakat desa Hutatinggi merupakan hasil dari perencanaan masyarakat desa Hutatinggi hingga pelaksanaan dan sampai pada pengawasan pembangunan Sekarang ini masyarakat desa Hutatinggi sudah merasakan hasil dari pembangunan jalan tersebut. Jalan sejauh ±7 Km menuju persawahan tersebut dapat di tempuh hanya 10 menit saja dengan mengunakan kendaraan bermotor.waktu yang di tempuh dulunya dengan mengunakan jalan kaki hamir mencapai 2 jam. Ini membuktikan bawasanya masyarakat desa Hutatinggi sudah berdaya. Biasa melakukan sebuah perubahan tanpa ada bantuan dari pemerintah. Pembangunan yang sangat relevan sekarang ini adalah pembangunan yang mendapat partisipasi dari masyarakat.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah SAW, keluarganya, serta para sahabatnya yang telah berjuang membawa ummatnya ke jalan yang benar.

Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik yang berjudul “PARTISIPASI

MASYARAKAT DESA TERHADAP PEMBANGUNAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT” (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi,

Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara). Secara ringkas skripsi ini menggambarkan pembangunan prasarana trasportasi darat di desa Hutatinggi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tampa dukungan dari semua pihak skripsi ini tidak akan selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril, maupun materil sehingga skripsi ini dapat di selesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan ke pada kedua orang tua orang tua tercinta ayahanda Hambali Nasution dan Ibunda Irma Suryani Nasution yang telah merawat dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terima kasih dan tanda bakti ananda.


(4)

Izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution., MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin Rangkuti, M.si. Selaku Ketua Departemen Sosiologi dan Ibu Dra. Rosmiani. M.si. Selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Universitas Sumatra Utara.

3. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Bapak Drs. Sismudjito, M.si. Selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide dan pemikiran dalam pembimbingan penulis dari awal kuliah hingga penulisan sripsi ini.

4. Segenap dosen, staf , dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu social dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara kak Feni, kak Devi, dan Kak beti yang telah cukup banyak membantu administrasi penulis selama masa perkuliah.

5. Adik –adikku yang sangat kusayangi dan kucintai: Saqawi Nasution. Fadilah nasution, Nur Ropidah Nasution, Ahmad Sulaiman Nasution. Terimakasih atas doa, dukungannya.

6. Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat di butuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak atas waktu dan kesediannya para informan.


(5)

7. Nenek Samsuddin “nenek saba laru”, Nenek bouk risda . yang telah banyak memberikan doa dan nasehatnya sehingga penulis bisa tetap semangat.

8. Udak Hardi Nasution, Udak Helmi Nasution, Udak sakban Nasution. Almarhum Uwak Derli Nasution, Etek Erna Nasution, Tulang Ahmad Rifai Nasution. “Terima kasih atas segala doa, dukungan dan perhatiannya.”

9. Nenek Puli beserta istri, Bapak sebayang beserta istri, Orang tua bang rabu, Nande Rabun, Bang Rabun, Bang Haris, Pak No, Bang Man “Terima kasih atas segala doa, dukungan dan perhatiannya”.

10.Sahabat Sahabatku satu kos selama kuliah yang bisa mengerti dan menerimaku baik dalam keadaan suka maupun duka: Bang Sakban Batubara (Teknik Elektro 01), Bang Ardi (Teknik Elektro 01), Kak Lena (FKM 04), bang Pahrul Rozi (FE 05),Bang Jamil (FMIPA 03) Suratman (Polmed 06), Munah (Keperawatan 07), Aziz (FK 06), Dian (Antro 07), Suaibah (FK 07). Darwin, Rahmad (Polmed 08), Uya (FMIPA 08) Akmal (FP 08). Arif, cipto (Siti hajar). Nafi, ari, Zay (FS).

11.Sahabat Sahabat ku yang terbaik: Ryan Parlindungan Nasution, Ahmad Efedi Siregar, Afwan, Semangat Bantuan baik moril, maupun materil, penulis bersukur dan bangga punya sahabat seperti kalian.

12.Kawan kawan anak sosiologi stambuk 2006 tanpa terkecuali dari Nim 060901001 sampai habis: Okto, Ryandiko, teo, Fadli, herbin, prabu, tuti, imai, eka, asma, vivi, rini, Viana, Metha, Angga. Dan lain lain. Terimakasih atas segala dukungan, kebersamaan serta moment-moment


(6)

yang sangat menyenangkan yang saya pernah lalui bersama kalian selama menuntut Ilmu di Departemen Sosiologi Fisip USU.

13.Keluarga besar IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi) FISIP USU, Abang/kakak stambuk 2002-2005 dan adik adik junior sosiologi sambuk 2007-2009.

14.Abang abang di Forum Mahasiswa Sorik Marapi Mandailing Natal (FORMASI MADINA): bang Rozak, bang Pikar, bang Sein, bang Idris, bang Zainul Aris, bang mansur dan lain lain. Beserta adik adik: Sahir, Masitoh, ibarahim, siti dan lain lain.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan, keterbatasan untuk itu penulis mengharapkan masukan dan yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermamfat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Maret 2010 (Penulis)

Abdul haris Nasution 060901033


(7)

DAFTAR ISI

halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ...vi

Daftar Tabal Dan Gambar ...vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5. Defenisi Konsep ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa ... 9

2.2. Pembangunan Pedesaan ... 10

2.3. Manfaat Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 17

3.1. Jenis Penelitian ... 17

3.2. Lokasi Penelitian ... 17

3.3. Unit Analisa dan Informan ... 17

3.3.1. Unit Analisa ... 18

3.3.2. Informan... 18

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

3.5. Interpretasi data ... 20

3.6. Jadwal Kegiatan ... 20

3.7. Keterbatsan Penelitian ... 21

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPERETASI DATA ... 22

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

4.1.1. Sejarah Desa Hutatinggi ... 22

4.1.2. Keadaan alam dan batas wilayah desa Hutatinggi. ... 26

4.1.3. Pemerintahan Desa ... 29

4.1.4. Keadaan Penduduk dan penguasaan lahan. ... 32

A. Keadaan Penduduk ... 32

B. Kondisi rumah ... 34

C. Penguasaan Lahan ... 34

D. Jenis pekerjaan ... 35


(8)

2. Saran pendidikan. ... 38

3. Sarana Kesehatan. ... 40

4. Sarana Olah raga. ... 41

5. Organisasi Sosial. ... 41

6. Sarana komunikasi. ... 42

7. Rumah Ibadah. ... 42

4.2. Profil Informan ... 43

4.2.1. Informan Kunci (key Informan) ... 43

4.2.1. Informan Biasa ... 52

4.3. Kondisi Desa Hutatinggi Sebelum Adanya Pembangunan... 55

4.4. Awal mula pembangunan jalan di desa Hutatinggi. ... 57

4.4.1.Pembangunan jalan dari desa Hutatinggi menuju Desa Pastap Julu ... 57

4.4.2.Pembangunan jalan raya dari desa Maga menuju desa Hutatinggi. ... 63

4.4.3. Pembangunanan gang desa ... 66

4.4.4.Pembangunan jalan menuju persawahan masyarakat desa Hutatinggi. ... 67

4.4.5. Pembangunan Jalan Menuju Sekolah Dasar ... 78

4.4.6.Pembangunan jalan di desa Hutatinggi. PNPM mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) ... 80

BAB V PENUTUP ... 83

5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat”. Berangkat dari kondisi desa Hutatinggi yang begitu jauh tertinggal dan sangat membutuhkan pembangunan, khususnya prasarana transportasi. Sekarang ini pembangunan prasarana trasportasi sedang di galakkan di Kabupaten Mandailing Natal. Hutatinggi sekarang ini sedang mengalami pembangunan jalan trasportasi darat. Mulai dari pembangunan jalan hingga pembangunan gang desa. Ini semua merupakan proses perubahan yang terjadi di desa Hutatinggi. Pembangunan yang terjadi di desa Hutatinggi sebagian merupakan berawal dari masyarakat desa Hutatinggi. Masyarakat desa Hutatinggi tidak hanya menunggu pembangunan dari pemerintah pusat. Mereka mempunyai kekuatan untuk membuat sebuah perubahan di desa Hutatinggi. Masyarakat desa sekarang ini sudah berdaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan Dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan adalah warga desa Hutatinggi dan pihak pihak yang terkait dengan pembangunan desa Hutatinggi. Interperetasi data dengan mengunakan catatan-catatan dari setiap kali turun kelapangan.

Hasil penelitian menunjukan pembangunan jalan dilakukan pertamakali mulai, dilaksanakan ketika pembangunan jalan dari desa Hutatinggi menuju desa pastap. Pembangunan semula niatnya untuk memudahkan hubungan antara desa Hutatinggi dengan pastap, bahkan di isukan di masyarakat akan di bangun jalan sampai pada Sumatera barat. Pembangunan ini juga di tujukan untuk membuka perkebunan jeruk di tanah ulat desa Hutatinggi. pembangunan tersebut terbengkalai yang di sebabkan karena pembangunan tersebut merupakan pembangunan hanya bersal dari pemerintah, bukan bersal dari masyarakat itu sendiri, Jalan tersebut sekarang ini hanya tingal bebatuan saja, Setelah pembangunan Hutatinggi-pastap, pembanguana Gang juga mulai di lakukan. Awal perencanaanya pada tahun 1996 hingga sampai pada saat yang sekarang ini. pembangunan gang masih terus di lakukan dengan sewadaya masyarakat desa hutatinggi, tampa ada bantuan sedikit pun dari pemerintah. Pembangunan yang bersumber dari sewadaya masyarakat Bukan hanya pembangunan gang saja. Pembanguan jalan menuju persawan masyarakat desa Hutatinggi merupakan hasil dari perencanaan masyarakat desa Hutatinggi hingga pelaksanaan dan sampai pada pengawasan pembangunan Sekarang ini masyarakat desa Hutatinggi sudah merasakan hasil dari pembangunan jalan tersebut. Jalan sejauh ±7 Km menuju persawahan tersebut dapat di tempuh hanya 10 menit saja dengan mengunakan kendaraan bermotor.waktu yang di tempuh dulunya dengan mengunakan jalan kaki hamir mencapai 2 jam. Ini membuktikan bawasanya masyarakat desa Hutatinggi sudah berdaya. Biasa melakukan sebuah perubahan tanpa ada bantuan dari pemerintah. Pembangunan yang sangat relevan sekarang ini adalah pembangunan yang mendapat partisipasi dari masyarakat.


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang memiliki 70.611 desa yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dan sekitar dari 32.376 desa tergolong desa yang tertinggal yang membutuhkan pembangunan.

(http:/groups.yahoo.com/group/lingkungan/essage/28317)

Di Indonesia, masyarakat desa banyak bekerja di sektor pertaniaan, dan sebagian lagi bekerja sebagai nelayan. Hidup sederhana adalah ciri khas dari pada masyarakat Desa. Kebanyakan masyarakat desa masih bekerja secara sederhana (bersifat sebagai gaya hidup). dan belum beriorentasi secara ekonomis. Kehidupan di desa masih memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Rasa kegotong-royongan masih terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Keramah-tamahan dan sopan santun masih terpelihara.

Sumatra Utara sebagi salah satu Provinsi di Indonesia. Masyarakatnya masih banyak yang tinggal di pedesaan, dan belum tersentuh oleh pembangunan. Desa-desa tersebut membutuhkan pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat.

Sebanyak 818 desa masih tergolong sebagai daerah yang tertinggal, dan diantaranya tersebar di enam kabupaten tertinggal di Sumatra Utara (SUMUT), yaitu Dairi (95 Desa), Nias Selatan (206), Tapanuli Tengah (68), Pakpak Barat (42), Nias (313), dan samosir (94). Sisanya, 1.931 Desa tertinggal, terdapat di kabupaten lain yang tidak termasuk kabupaten tertinggal.


(11)

Dalam konteks yang lebih kecil lagi, Sumatra Utara yang memiliki beberapa kabupaten, salalah satunya adalah Mandailing Natal. Sebelum Mandailing Natal menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah kabupaten Mandailing Natal berdasarkan undang undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal di resmikan oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal 9 Maret 1999.

Masyarakat Mandailing Natal terdiri dari suku/etnis Mandailing, Minang, Jawa, Batak, Nias, Melayu dan Aceh, namun etnis mayoritas adalah etnis Mandailing 80,00 % etnis Melayu Pesisir 7,00% dan etnis jawa 6,00 %. Etnis Mandailing Sebagian besar mendiami daerah mandailing, sedangkan Melayu dan Minang mendiami daerah Pantai Barat.

Secara garis besar masyarakat Mandailing Natal tinggal di daerah pedesaan yang lingkungannya masih di kelilingi oleh hutan. Masih banyak desa yang belum tersentuh listrik dan masih jauh dari pusat kota, sehingga masih membutuhkan pembangunan imprastruktur. Masyarakatnya masih tergolong tradisional, gaya hidup masih sederhana dan masih tinggal di sekitar hutan dan kehidupan warga desa itu di atur oleh tanah adat. Artinya, mereka tidak mengenal ke pemilikan tanah perseorangan seperti di pulau Jawa, Semua tanah disana, termasuk hutan disekitar desa, adalah milik bersama atau atau tanah ulayat. Tidak sedikit juga yang tinggal di daerah pegunungan. Akses kesehatan dan pendidikan masih jauh dari jangkauan masyarakat. Alat transportasi masih jarang di jumpai, bahkan ada yang hanya satu kali dalam satu hari. Ini di sebabkan karena kondisi jalan belum sepenuhnya terbangun. Dari kondisi tersebut membuat jangkauan arus listrik sulit untuk di akses oleh masyarakat.


(12)

Di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) masih banyak desa yang belum tersentuh Jaringan Listrik PLN. Tujuh desa di kecamatan Kotanopan, Kabupaten Madina belum tersentuh jaringan listrik. Selain di kecamatan Kotanopan sejumlah desa di kecamatan lainnya juga bernasib sama. Desa-desa di kecamatan Kotanopan yang belum di masuki jaringan listrik tersebut meliputi Desa Batahan, Sopo Sorik, Muara Potan, Patialo, Simandolam, Gunung Tua Simandolam dan Desa Simpang Pinang, Di Kecamatan Muara Sipongi ada satu yakni Desa Silogun. Di kecamatan Panyabungan Desa Sopo Batu. Kecamatan Ulu Pumgkut, Dudu Dolok. Kecamatan Siabu , Desa Tanjung Sialang. Kecamatan Natal Desa Sundutan Tigo.

Kecamatan Muara Batang Gadis dan Kecamatan Batang Natal termasuk dua kecamatan yang paling banyak desanya yang tak memilki jaringan listrik. Di kecamatan Muara Batang Gadis meliputi desa Manuncang, Hutaimbaru, Rantau Panjang, Lubuk Kapundung, sikapas panungulan , Batu Mundom, Tagilang Julu dan Desa Sali Baru.

Kecamatan Batang Natal meliputi desa Aek Nabara, Ampung Julu, Guo Batu, Aek Holbung, Hadangkahan, Aek Manggis, Aek Baru Julu, Lubuk Bondar dan Desa Tor Naincat. Di Kecamatan Batahan ada dua desa yakni desa Sondet dan Pulau Tamang. Kecamtan Lingga Bayu satu desa yaitu desa Simpang Durian.

Dengan demikian, total desa yang belum tersentuh listrik sebanyak 34 desa di 11 kecamatan, sementara jumlah total desa di kabupaten Mandailing Natal sebanyak 349 desa. Ketiadaan jaringan listrik merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi. Kendala memasukkan jaringan PLN ke desa-desa tersebut terutama faktor geokrafis. Desa-desa-desa tersebut sulit dijangkau Karena


(13)

jauh berada di pedalaman. Selain itu , PT. PLN (persero) masih menghadapi persoalan angaran pendanaan bagi perluasan jaringan menuju desa- desa terisolir. (http:/www\harian Sinar Indonesia baru>>blog archive <<34 desa di Madina belum tersentuh jaringan listrik PLN.htm)

Salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Mandailing Natal adalah kecamatan Puncak Sorik Marapi. Kecamatan Puncak Sorik Marapi berada tepat di bawah kaki gunung Sorik Marapi . Desa desa yang ada di kecamatan Puncak Sorik Marapi berada tepat di bawah gunung tersebut. Mata pencaharian masyarakat desa yang ada di kecamatan Puncak Sorik Marapi adalah bertani dan ada sebagian yang mengantungkan hidupnya di hutan.

Salah satu desa yang ada di kecamatan puncak sorik marapi adalah desa Hutatinggi. Desa tersebut di kelilingi oleh hutan dan gunung yang masih aktif. Letaknya sangat jauh dari pusat keramaian seperti ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian. Kondisi pemukiman penduduk yang masih sangat sesuai dengan alam. Artinya alam masih menyediakan segalanya untuk masyarakat yang tinggal di tepat tersebut. Alam masih menjadi sumber kehidupan masyarakat. Rumah-rumah masih terbuat dari kayu yang di ambil dari hutan. Rumah penduduk masih berbentuk rumah panggung yang atapnya terbuat dari ijuk yang bersal dari pohon aren . dari pohon aren tersebut masyarakat juga bertani gula aren.

Masyarakat desa Hutatinggi yang tinggal di sekitar gunung Sorik Marapi masih memiliki hubungan yang sangat erat dengan gunung tersebut . Gunung Sorik Marapi masih di agung –agungkan karena di anggab sebagai sumber penghidupan masyarakat desa yang ada di sekitar pegunungan tersebut,


(14)

masyarakat masih mempercayai mistik tentang pegunungan tersebut salah satunya apabila mendaki gunung, perempuan tidak boleh di ajak untuk ikut mendaki gunung karena akan mengakibatkan kabut besar dan para pendaki akan kehilangan jejak untuk pulang.

Perubahan seperti alat alat musik seperti keyboard dan lainnya yang berbau modern belum boleh dihidupkan di pemukiman penduduk yang berada di sekitar pegunungna Sorik Marapi karena di anggab gunung akan bergoyang dan akan mengakibatkan meletusnya gunung tersebut. Maka alat musik sangat dilarang.

Sekarang ini pemerintah daerah mulai membangun jalan jalan yang ada di kabupaten Mandailing natal. Selah mulai dibagun, bahkan yang lebih jelasnya pembangunan sekarang ini sudah sampai pada pelosok desa yang jauh sekali dari kota. Dan di desa mulai di bangun jalan jalan yang berjeniskan “gang” yang menghubungkan jalan dari rumah penduduk ke jalan aya. Gang tersebut sekarang ini mulai di bangun di berbagai daerah di mandailing natal. Sekarang ini pembangunan mulai di lakukan di desa Hutatinggi.

Pembangunan tersebut nampaknya kurang berjalan dengan lancar, karena banyak kendala yang di hadapi oleh pemerintah daerah. Diantaranya banyaknya warga yang tidak memberikan tanahnya untuk di jadikan jalan raya. Masyarakat desa belum mempunyai partisipasi terhadap pembangunan tersebut. Masyarakat tidak mau ikut dalam membangun gang maupun jalan raya tersebut. Terkadang yang lebih parahnya lagi tiba-tiba salah satu keluarga memberikan tanahnya untuk di jadikan jalan raya namun sebelah rumahnya rumahnya tidak memberikan tanahnya untuk di jadikan jalan raya maupu “gang”. Masyarakat desa tidak ikut


(15)

serta dalam dalam perencanaan pembangunan. Masyarakat yang di ikutkan masih ada yang bersifat tradisional artinya masyarakat desa masih ingin tetap ingin seperti yang sudah ada. Masyarakat tidak mau adanya sebuah perubahan terhadap sruktur maupun sosial ekonomi masyarakat desa. Masyarakat desa sudah merasa tidak perlu lagi dengan adanya sebuah perubahan.

Namun masyarakat yang lain tetap menginginkan adanya sebuah perubahan terhadap desa Hutatinggi, karena mereka sudah membandingkan dengan dunia luar jadi ada rasa kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Warga yang tidak menginginkan perubahan tersebut karena kurang berhungun dengan dunia luar. Pembangun jalan raya sering mengalami kendala karena penolakan masyarakat terhadap pembangunan masyarakat. Padahal dengan adanya pembangunan tersebut masyarakat semakin mudah untuk melakukan hubungan dengan dunia luar.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat?

1.1Tujuan Penelitian

Berdasarkan penetapan Perumusan Masalah di atas. Maka tujuan dari penelitian adalah:


(16)

1. Mengetahui partisipasi masyarakat Desa Hutatinggi dalam pembangunan Prasarana transportasi darat.

2. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembangunan Prasarana transportasi darat di Desa Hutatinggi.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kondisi pedesaan di Indonesia dan dapat memberi kontribusi positif secara akademis bagi kajian sosiologis, khususnya sosiologi pedesaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dari penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi para perencana pembangunan di Mandailing Natal dalam pembangunan selanjutnya di Mandailing Natal.


(17)

1.5 Defenisi Konsep

1. Partisipasi : keterlibatan seseorang dalam sebuah kegiatan atau pekerjaan atas kehendak sendiri, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan hingga pada proses pengawasan.

2. Masyarakat: kumpulan dari beberapa individu dan kelompok, yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang di atur oleh norma-norma, nilai-nilai yang sipatnya memaksa. Masyarakat juga mempunyai lembaga/institusi.

3. Partisipasi masyarakat adalah: keterlibatan anggota masyarakat dalam sebuah kegiatan atau pekerjaan, meliputi perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) pekerjaan di dalam masyarakat.

4. Pembangunan: suatu usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui peningkatan infrasturuktur masyarakat.

5. Prasarana : Suatu bentuk fasilitas umum yang di persediakan untuk melayani masyarakat sehingga memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan.

6. Pembangunan prasarana: suatu usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui peningkatan fasilitas umum serperti infrasturuktur masyarakat.

7. Trasportasi darat: suatu bentuk sarana trasportasi dengan menggunakan jalan raya, maupun berbentuk gang untuk memudahkan berhubungan dengan dunia luar.

8. Partisipasi masyarakat terhadap pembangunan prasarana trasportasi darat: keterlibatan anggota masyarakat mulai perencanaan, pelaksanaan (implementasi) hingga pengawasan, dalam hal peningkatan fasilitas umum seperti infrasturuktur jalan raya, maupun berbentuk gang untuk memudahkan berhubungan dengan dunia luar.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

Partisipasi anggota masyarakat adalah ketertiban anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan dalam masyarakat lokal.

Pastisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat berkorban dan berkoordinasi dalam implemetasi program/proyek yang dilaksanakan.

Dimaklumi bahwa anggaran pembangunan yang tersedia adalah relatif terbatas sedangkan program/proyek pembangunan yang dibutuhkan (yang telah direncanakan) jumlahnya relative banyak, maka perlu dilakukan peningkatan pertisipasi masyarakat untuk menunujang implementasi pembangunan program/proyek di masyarakat.

Anggota masyarakat bukan merupakan proyek pembangunan. Anggota masyarakat daerah pedesaan sebagian besar terdiri dari petani, yang sebagian besarnya pentani kecil dan sebagian besarnya merupakan buruh tani. Petani umumnya lemah kedudukannya karena tingkat pendidikannya dan keterampilannya masih rendah, kemampuan modal dan pemasaran mereka relative terbatas. Sehingga sangat mudah untuk dijadikan sasaran pemerasan seperti ijon dan tengkulak berpropesi ke pelosok desa sudah sejak lama.


(19)

Alasan atau pertimbangannya adalah anggota masyarakat dianggap bahwa mereka mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingannya atau kebutuhannya.

1. Meraka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya

2. Mereka mampu menganalisis sebab akibat dari berbagai kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

3. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi masyrakat.

4. Meraka mampu memanfaatkan sember daya pembangunan (SDA, SMD dan TEKNOLOGI) yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktifitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakat

5. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemampuan dan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan kewaspadaan yang kuat mampu menghilangkan sebagian besar tergantung pada pihak luar

2.2. Pembangunan Pedesaan

Pembangununan pedesaan pada masa lalu berdasarkan pada asas pemerataan yang penerapannya di arahkan secara sektoral dan pada setiap desa. Meskipun jenis dana/anggaran bantuan untuk pembangunan pedesaan bermacam mamacam dan jumlahnya relatif benar. Tetapi jika di bagi secara merata, maka


(20)

masing- masing desa memproleh jumlah dan yang relative kecil, sehingga pemampaatanya kurang berhasil

Desa sebagai unit produksi (utamanya sektor pertanian dalam arti luas) mempunyai peranan yang sangat penting sebagi penyangga daerah perkotaan. Kurang berhasil pembangunan desa pada masa lalu, maka pada masa sekarang ini pemerataan dan keadilan perlu di modivikasi dengan:

(1) pendekatan spasial dalam bentuk pembentukan desa pusat pertumbuhan (DPP) dan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D) dan

(2) pembangunan dilakukan secara partisipatif

Pendekatan yang diarahkan pada masing masing desa itu (pada masa lalu) dapat di ibaratkan seperti sebatang lidi yang berdiri sendiri, jelas sangat bermamfat, sebaliknya jika lidi lidi tersebut di himpun di persatukan dalam bentuk sapu lidi akan lebih kuat dan lebih bermampaat ( Desa Pusat Pertumbuhan Dan Desa Desa Hinterland Dan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa)

Pada masa lalu, pendekataan partisipatif melalui pertumbuhan dan kesepakatan warga desa yang di lakukan akan menghasilakan rumusan program yang merupakan daptar keinginan dan bukan kebutuhan orang banyak. Sehingga menimbukan kekecewaan masyarakat banyak. Pada masa sekarang, perencanan partisipatif dalam menyusun program pembangunan harus di lakukan melalui analisis permasalahan, analisis potensi dan analisis kepentingan kelompok, dalam masyarakat, dengan menggunakan kreteria yang terukur, sehinggga menghasilkan rumusan program pembanguan yang benar benar di butuhkan masyarakat


(21)

setempat. Jadi perencanan di lakukan secara Bottom-up (dari lapisan masyarakat grass rool) dan merupakan pendekatan partisipatif dan sepesial.

Menurut McClledland yang menyarankan dalam sebuah hipotesanya “Dorongan kearah kejayaan “ itu bahwa kejayaan yang selalunya wujud dalam sebuah masyarakat yang menghadapi sifat individualiasme yang sangat tinggi, susunan persangan, serta mempunyai dorongan yang kuat untuk maju. ( Mohd Shukri Abdullah. 1989:37)

Dalam hal tersebut pembangunan saran teranan transportasi desa telah membuat masyarakat menjuat kerah kemajuan. Pembangunan trasportasi desa akan membuat semangat masyarakat menuju dalam sebuah perubahan. Informasi informasi akan cepat masuk ke dalam desa. Keinginan yang kuat untuk maju membuat masyarakat untuk berubah. Dalam teorinya McCledland perubahan itu bukan dari pemerintah melainkan berasal dari masyarakat itu sendiri. Adanya pembangunan saran trasportasi baik jalan maupun yang berjeniskan gang akan mendorong masyarakat kearah kemajuan.

Adanya dorongan yang kuat untuk maju yang berasal dari sebagaian masyarakat desa Hutatinggi untuk tetap membangun sarana trasportasi merukan ciri-ciri dari pada masyarakat yang sudah mempunyai pandangan kedepan. Mereka sudah beriorentasi secara ekonomis dan tidak terkungkung oleh nilai nilai yang lama, sehingga membuat masyarakat tetap staknan.

Pergesaran paradigma pembangunan dari paradigma pemerataan dan penangulangan kemiskinan menuju paradigma pembangunan pembangunan partisipatif pelaku ekonomi (masyarakat). Menurut kerangka perencanan pembangnan spasial. Kebijakan pembangunan berwawasan spasial itu harus dapat


(22)

menjawab beberapa pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan peningkatan-peningkatan partisipatif dan produksi penduduk/masyarakat:

1. Bagaimana dapat mendorong partisipasi masyarakat, terutama keluarga keluarga berpendapatan rendah dalam proses pembanguan.

2. Bagaimana dapat mencipatakan kegiatan perekonomian antara sektoral di tingkat desa.

3. Bagaimana dapat menyususun perencanan dalam program pembangunan yang di butuhkan masyarakat pedesaaan.

Konsep perencanaan yang dilakasanakan sebelum Revelita IV (1983/1984) merupakan Top-Down Planning. Filosospi pembangunan dalam beberapa dasawarsa waktu itu adalah bertumpu pada paradigma klasik (Trickling Down Effect atau dampak tetesan kebawah). Dampak tetesan kebawah merupakan mekanisme pembangun yang instruktif dan bersiapat Top Down. Konsep pembanganan ini di motivasi oleh semangat pembangunan yang mengangap pertumbuhan maksimal. Melalui produktipitas yang tinggi dan kompleksitas produksi (Production development centre). Aplikasi konsep yang hegemonitik ini telah menimbulkan berbagai masalah yang cukup serius, misalanya ketimpangan, kemiskinan, keterbelakangan dan kemasalasan. Dampak negatif tersebut secara tidak langsung mengakibatkan ke marginalisasian masyarakat bawah (grassroot).

Masyarakat akar bawah menjadi sekedar sebagai objek, sebagi penonton, dan sebagi suplemen dari pembangunan masyarakat di daerahnya. Dengan demikian program pembanguanan daerah menjadi tidak afresiatif terhadap masalah, potensi kebutuhan masyarakat sebagai penerima program pembangunan. Terdapat sekurang kurangnya tiga aspek esensial yang terabaikan


(23)

dalam implementasi dan pelembagaan dari konsep pembangunan pedesaan ini, yakni:

• Prefensi (kepentingan) masyarakat, banyak program pembangunan di susun dengan tidak memperhatikan kebutuhan dan kehendak masyarakat setempat secara luas.

• Lingkungan sosial budaya, tampa di sadari paradigma pembangunan yang di laksananakan ternyata tidak serasi dan bahkan bertentangan dengan budaya tradisional.

• Kehidupan sosial dan budaya, semata- mata lebih menekan pada aspek fisik dan ekonomi sehingga program pembangunan ternyata banyak di antranya telah menimbulkan dampak negative sehingga merusak ekologi lingkungan.

Pengabaian terhadap aspek-aspek diatas telah mempengaruhi pada tingginya tingkat kegagalan berbagai program yang di laksanankan di berbagai daerah. Kegagalan perencanaan Top down diganti dengan konsep perencanaan pembangunan yang berasal dari bawah (Bottom-up planning). Sistem perencanaan bottom-up telah mengintrodusir penyusunan perencanaan melalui kegiatan kegiatan Musbangdes (Musyawarah Pembangunan Desa) tingkat kecamatan, rapat UDKP ( Unit Daerah Kerja Pembangunan Desa) tingkat II, ( Kabupaten) dan Tingkat I (Provinsi), serta rakornas (Rapat kordinasi nasional) tingkat pusat, yang hingga sekarang ini belum dilaksanakan secar optimal. Beberapa usulan dari desa hanya di rumuskan oleh beberapa orang saja, akan ditentukan oleh kepala desa/LKMD atau seringkali di interpensi oleh pemerintah tingkat kecamatan. Konsep perencanaan pembangunan bottom-up yang


(24)

mengantikan top- down, ternya memiki kekurangan bahkan kegagalan di sebakan oleh tidak memperhatikan aspirasi masyarakat sehingga masyarakat tidak berpatisipasi secara aktif dalam pembangunan

Pembangunan masyarakat desa pada dasarnya merupakan masyarakat yang didukung oleh pemerintah untuk memajukan masyarakat desa. Oleh karena itu pendekatan utama yang di gunakan dalam pembangunan desa adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan partisipatif yang melibatkan warga masyarakat desa dengan segenap proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengambilan, dan pemanfaatan hasil hasilnya.

2. Pendekatan kemandirian yang menitik beratkan pada kegiatan dan usuha berdasarkan kemandirian lokal.

3. Pendekatan keterpaduan, yakni mengarahkan kegiatan pembangunan secara sektoral dan lintas daerah ke dalam suatu proses pembangunan yang menyeluruh dan terpadu.

2.3. Manfaat Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Untuk menjaring dan menyaring program pembangunan yang akan di butuhkan masyarakat di tempuh melalui FGD (Focus Group Discussion) atau diskusi kelompok terpokus. Bukan suara terbanyak yang menjadi criteria, dan tidak menjamin prioritas peringkat pertama dari suatu program. Dalam menentukan prioritas program pembangunan harus dilakukan criteria yang teratus menggunakan bobot dan nilai nilai dari masing masing criteria yang digunakan terhadap program pembangunan yang di usulkan ( misalnya jaringan irigasi,


(25)

pasar, jalan desa, dan sebagainya). Dalam proses komunikasi dan diskusi dalam kelompok masyarakat adalah kesejajaran dari semua peserta. Diskusi seharusnya mencerminkan masalah yang terkai orang dalam masyarakat.

Perencanaan secara partisipatif di perlukan Karena memberi mamfaat sekuarang kuarangnya, yaitu:

A. Anggota masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonominya dan mampu mengidentifikasi bidang-bidang atau sektor-sektor yang perlu dilakukan perbaikan, dengan demikian perlu di lakukan arah masa depan mereka.

B. Anggota masyarakat dapat berperan dalam merencanakan masa depan masyarakat tampa memerlukan bantuan para pakar atau instansi perencana pembangunan dari luar daerah pedesaan. C. Masyarakat dapat menghimpun sumber daya dan sumber dana

dari kalangan anggota masyarakat untuk mewujudkan tujuan yang di kehendaki masyarakat. (Rahardjo Adisasmita. 2006:27-41)


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneletian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskriptifkan situasi atau area populasi tertententu yang bersifat factual secara sistematis dan akurat. Penelitian desktiptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang di maksudkan untuk memotret fenomena individu, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. ( Sudarwan Denim.2002:41)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Hutatinggi, kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal. Adapun alasannya pemilihan lokasi di daerah tersebut karena daerah desa Hutatinggi sekarang ini mengalami pembangunan infrastuktur desa yang cukup luas. Dan pembangunan di desa Hutatinggi selama ini yang di lihat oleh peneliti banyak kendala yang di hadapi. Di samping itu karena alasan moral, peneliti merasa bertanggung jawab terhadap tanah kelahiran peneliti.

3.3. Unit Analisis Dan Imforman

Unit analisis data adalah satuan yang di perhitungkan sebagai subjek penelitian. (Sudarwan. 2002:121)


(27)

Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal.

Informan adalah Subjek yang memahami imformasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang mahami objek penelitian . (Burhan Bungin.2007:76)

Dalam penelitian ini peneliti membagi informan ke dalam dua kategori yaitu:

A. Informan kunci yaitu:  Tokoh masyarakat Tokoh agama Tokoh adat B. Informan biasa yaitu:

Sebagian masyarakat desa Hutatinggi dengan menggunakan teknik snow ball. Teknik ni merupakan teknik penentuan informan penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari informan sebelumnya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lakukan agar data yang di proleh untuk kebutuhan dalam rangka penelitian. Sehingga penelitian ini kebenaran datanya dapat di jamin. Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(28)

A. Observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamatan betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamatan kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka. ( Burhan Bungin. 2007:161)

B. Wawancara mendalam adalah proses memproleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sampai bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tampa pedoman (guide) wawancara. Dimana pewawancara dan imforman telibat dalam kehiduapan social yang relative lama. Dengan demikian, ke khasan wawancara mendalam adalah keterlibatan informan dalam kehidupan imforman. (Burhan Bungin. 2007:108)

2. Data sekunder, dapat di peroleh melalui:

A. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal, laporan penelitian dan lain lain.

B. Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang di gunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumentasi adalah metode yang di gunakan untuk menelusuri data histori . (Burhan Bungin. 2007:121)


(29)

C. Metode penelususran data online

Perkembangan internet yang semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagi kebutuhan masyarakat saat itu mungkin. Para akademis mau tak mau menjadikan internet sebagi salah satu medium atau ranah yang sangat bermamfaat bagi penelusuran berbagi imformasi, mulai dari imformasi teoritis maupun data-data perimer atau pun sekunder yang di inginkan oleh peneliti untuk keburtuhan penelitian. . (Burhan Bungin. 2007:124)

D. Hasil penelitian terdahulu.

3.5. Interperetasi Data

Data yang akan di peroleh dari lapangan akan di susun di uraikan dan di kelompokkan dan pola uraian tertentu. Disini peneliti akan mengumpulkan data dari responden dan imporman selanjutnya akan di pelajari.

3.6. Jadwal kegiatan

Tabel. 1 Jadwal kegiatan

NO Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6

1 Pra-observasi √

2 ACC Judul


(30)

4 Seminar proposal penelitian √ 5 Revisi Provosal Penelitian √

6 Penelitiam lapangan √

7 Pengumpulan data dan analisis data √

8 Bimbingan √

9 Penulisan laporan ahir √ √

10 Sidang meja hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian.

Sebagai peneliti yang belum berpengalaman, penulis merasakan banyak kendala yang di hadapi, salah satunya adalah penulis masih belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam mengumpulkan dan menyajikan data. Kendala tersebut di atasi melalui proses bimbingan dengan dosen pembibing skripsi, selain bimbingan dengan dosen pembimbing, penulis juga berusaha untuk mencari berbagai imformasi dari berbagai sumber yang dapat mendukung proses penelitian ini. Terbatasnya waktu yang di miliki informan juga mempengaruhi pengerjaan tulisan ini. Para informan yang bekerja sebagi petani hanya dapat di jumpai pada malam hari karena hampir seharian penuh mereka bekerja di ladang mereka masing masing.

Disamping keterbatasan penguasaan teknik dan metode penelitian dan keterbatasan waktu yang di miliki para imforman. Ketika penelitian ini di lakukan, berbarengan dekatnya dengan pemilihan kepala daerah (PILKADA). Jadi peneliti harus benar-benar berusaha menjaga antara masalah pembangunan desa dengan isu-isu PILKADA. Sehingga penelitian yang hendak di tuju dapat tercapai.


(31)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPERETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Desa Hutatinggi

Sejarah berdirinya desa Hutatinggi sampai saat ini belum ada seraca tertulis. Penulis membuat tulisan ini berdasarkan wawancara yang di lakukan oleh tokoh adat yang ada di di desa Hutatinggi dan sisilah Marga Nasution. Dari hasil wawancara yang di lakukan dengan informan kunci dan di proleh informasi bahwasanya yang membuka desa Hutatinggi adalah raja dari marga nasution yang berasal dari desa Hutanamale. Nama dari raja yang telah membuka desa Hutatinggi yaitu: Sutan Nagodang.

Menurut penuturan tokoh adat, dulunya Sutan Nagodang ini adalah raja yang ada di desa Hutanamale, Desa Hutanamale ini adalah desa yang tempatnya bertetanggaan dengan desa Hutatinggi sekarang ini. Raja tersebut sudah tinggal sejak lama di desa Hutanamale. Kakek dari Raja tersebut berasal dari daerah Pidoli Dolok yang merupakan tempat marga nasution berasal. Namun untuk mempertahankan hidup di sebabkan karena lahan semakin sempit, maka raja Pidoli Dolok menyuruh keluarganya untuk pidah ke berbagai daerah dan banyak dari mereka yang melakukan perpindahan menjadi raja. Jadi ini yang menyebabkan banyak marga Nasution menjadi raja di berbagi daerah.

Untuk daerah puncak pegunungan Sorik Marapi. Maka yang menjadi raja di sana adalah orang tua dari Sutan Nagodang. Nama ayahnya adalah sutan Borotan. Sutan Borotan lah yang memimpin kawasan puncak Sorik Marapi. dari


(32)

pengamatan penulis dan penuturan para orang tua dulu masyarakatnya belum memeluk agama islam, namun masih memeluk agama yang sering di sebut dengan agama “sipele begu” yaitu memuja pepohonan dan roh-roh halus yang ada di hutan. Ini di buktikan dengan di temukannya pekuburan raja marga nasution di desa Sibanggor yang kuburannya menghadap ke timur.

Dulu masyarakat yang di desa Hutanamale telah megalami kehabisan

lahan untuk di jadikan lahan pertanian, ini di sebabkan karena masyarakatnya hidup dengan bertani. Dan bertani secara berpindah pindah. Maka raja mengambil keputusan untuk mencari temapat yang lain yang dapat di jadikan lahan pertanian. Maka sebagian desa Hutanamale pindah ke daerah yang tanahnya perbukitan dan masih hutan belantara. Masyarakat membuka kampung Hutatinggi dengan cara menebangi pohon-pohon yang ada di bukit tersebut. Setelah pohon di tebangi maka masyarakat mulai membangun rumahnya, dan menurut penuturan para tokoh adat. Masyarakat yang pindah dari desa Hutanamale hanya beberapa rumah tangga. Mereka pindah dengan di pimpin oleh raja Sutan Nagodang. Dan sebagian masyarakat masih takut karena dulu masih banyak harimau yang berkeliaran di daerah yang hendak mau di jadikan tempat tinggal.

Masyarakat sudah tinggal dan bercocok tanam. Maka masyarakat memberi nama daerah tersebut dengan nama “ Desa Hutatinggi.” Nama Hutatinggi ini di sebabakan karena daerahnya di perbukitan dan di desa Hutatinggi tidak ada dataran yang bisa di jadikan untuk mendirikan rumah. Mayarakat mendirikan rumah di lereng lereng bukit. Rumah teratur berdasarkan konstruksi tanah yang mudah longsor.


(33)

Masyarakat hidup dengan tenteram. Masyarakat hidup dengan di pimpin oleh raja. Jadi raja lah yang memimpin desa. Raja yang membuat peraturan dan hukum-hukum adat. Misalanya raja mengutif pungutan untuk pembangunan desa yaitu berbentuk padi. Atau yang sering di sebut pajak desa. Padi tersebut di ambil dari petani yang panen dan setelah itu padi tersebut di simpan di tempat lumbung padi yang merupakan tempat penyimpanan padi.

Ke gunaan padi ini untuk ke butuhan desa dan masyarakat bisa meminjamnya jika masyarakat membutuhkanya. Raja di gantikan oleh anaknya dengan sebutan sutan begitulah berjalan terus menerus samapai pada 5 keturunan. Yang terahir memimpin raja namanya adalah raja Junjungan. Raja Junjungan masih memipin dengan sistem kerajaan. Rumahnya masih ada di desa Hutatinggi dan sering di sebut dengan “Bagas Godang”. :Bagas Godang sering di jadikan sebagi temapat musyawarah-musayarah adat. Dan halamanya rumahnya sering di jadikan sebagi tempat acara umum.

Dan setelah Negara Repuplik Indonesia merdeka maka yang memimpin desa Hutatinggi adalah kepala desa. Masyarakat sudah langsung memilih pemimpinnya sendiri dengan melalui pemilihan kepala desa. Siapa yang menang dalam pemilihan kepala desa maka dia lah yang memimpin desa. Kepala desa bukan hanya dari marga nasution saja, marga mana pun boleh memimpin desa Hutatinggi. Asalkan mempunyai kemampuan untuk memimpin desa Hutatinggi. Sampai saat ini sudah tejadi ±6 kali pergantian kepala desa. Sampai sekarang ini sistem pemerintahan desa di pimpin oleh kepala desa. Bukan berarti desa tidak lagi di pengaruhi oleh adat istiadat. Kepala desa sekaligus sebagai pemimpin adat


(34)

di desa Hutatinggi. Pemerintahan desa masih menjadikan para tokoh adat dalam merumuskan kebijakan desa. Artinya kekuatan tokoh adat masih di perhitungkan.

Pada tanggal 9 Maret 1999 Mandailing Natal. secara formal di resmikan oleh Menteri dalam Negeri dan menjadi sebauah kabupaten di provinsi Sumatra utara. berdasarkan undang undang Nomor 12 tahun 1998. dan terdiri dari 8 kecamatan. Dan pada tahun 2003 setelah di lakukan pemekaran jumlah kecamatan bertambah menjadi 17. salah satu kecamatan yang di mekarkan adalah kecamatan kotanopan. Sejak berdirinya Tapanuli Selatan, Hutatinggi sudah ber induk kan ke kecamatan Kotanopan yang ber ibu kota di Kotanopan. Setalah berdirinya kabupaten Mandailing Natal, sebagai sebuah kabupaten yang baru. Kota Nopan masih menjadikan sebagi pusat pemerintahan.

Setelah waktu demi waktu berjalan, dan untuk memajukan daerah maka kecamatan Kotanopan di bagi ke dalam 4 kecamatan. Sedangkan desa Hutatinggi menjadi kawasan kecamatan laru-tambangan. Sebenarnya desa Hutatinggi lebih dekat dengan kecamatan lembah sorik marapi yang beribu kotakan. Pasar maga. Namun desa Hutatinggi lebih ikut dengan desa yang ada di sekitar desa Hutatinggi. Ini di sebabakan karena desa desa yang ada di sekitar Hutatinggi mengalami konflik vertikal. Ini di sebabakan karena masalah pengolahan kayu yang ada di sekitar gunung sorik marapi.

Pada bulan april 2007 Pemerintah kabupaten Mandailing Natal melakukan pemekeran kecamatan . salah satu yang di mekarkan adalah kecamatan tambangan. Kecamatan tambangan menjadi 2 kecamatan. Yaitu kecamatan Tambangan dan kecamatan Puncak Sorik Marapi. Maka secara otomatis desa Hutatinggi berkecamatan ke Puncak Sorik Marapi.


(35)

Menurut penuturan tokoh masyarakat proses penentuan pertapakan dari kantor kecamatan. Maka tokoh-tokoh adat desa di kawasan Puncak Sorik Marapi mengadakan pertemuan. Hampir setiap minggu para tokoh masyarakat melakukan pertemuan. Untuk mencapai kesepakatan di mana di letakan kantor kecamatan. Dari pertemuan masing masing desa menunjukkan ke egoisan sendiri. Setiap desa bersedia untuk di jadikan sebagi tempat didirikanya kantor kecamatan. Namun dari musyawarah masyarakat mengatakan bahwa pertapakan dari kantor kecamatan harus di beri ganti rugi, Sementara pemerintah kabupaten tidak akan memberikan kantor kecamatan kalau pertapakanya harus ganti rugi. Dari perseteruan yang terjadi banyak yang bersedia memberikan tanahnya untuk di jadikan kantor kecamatan. Dan setelah di observasi ternya tanahnya tidak ada yang mau di ajukan. Setelah beberapa perseteruan maka masyarakat dari desa sibanggor tonga bersedia memberikan tanahnya untuk di jadikan sebagai tempat pertapakan kantor camat. Kantor camat yang sekarang ini merupakan dulunya sawah masyarakat desa sibanggor tonga, yang hasilnya di sumbangkan untuk kas desa. Namun untuk ke majuan bersajama masyarakat sibanggor tonga memberikan untuk dijakan sebagai pertapakan. Dan sekarang ini pusat pemerintahan dari kecamatan Puncak Sorik marapi adalah sibangggor tonga.

4.1.2. Keadaan alam dan batas wilayah desa Hutatinggi.

Desa Hutatinggi berada di dataran yang cukup tingggi. Yang mana dataran tinggi sekarang di sulap jadi sebuah pemukiman penduduk. Rumah-rumah berada di kaki kaki bukit. Tanah tanah di tambak oleh masyarakat desa sehingga bisa di jadikan tempat pemukiman penduduk. Untuk menjaga agar tanah tidak longsor


(36)

karena rumah penduduk yang berada di tebing, maka penduduk menanaminya dengan pepohonan. Pohon pohon tersebut menjaga agar tidak longsor dan tanah tetap terjaga. Dan jika hujan turun maka air bisa di tampung oleh pohon. Jenis pohon yang di tanama adalah sejenis tanam-tanaman tua. Seperti jeruk manis. Di kabupaten Mandailing Nalal, Dulu masih kabupaten Tapanuli Selatan. dan Merupakan daerah penghasil jeruk terbanya,

Keadaan alam yang cukup asri dan penomena pemandangan gunung sorik marapi membuat pemandangan alam dari desa hutatinggi cukup mengagumpakan, di sebelah barat maka akan nampak gunung sorik marapi yang berdiri begitu megahnya. Gunung berdiri menjulang tinggi. Jika cuaca cerah maka gunung tersebut tampak indah dan tampak mengagumkan. Gunung yang berwarna biru setiap hari mengeluarkan asap, karena gunung tersebut masih aktif. Jika cuaca mendung maka gunung akan di selimuti oleh kabut asap yang tebal, sehingga puncak gunung tidak tampak.

Asap vulkanik dari mulut gunung sorik marapi , sangat bermamfat bagi masyarakat yang ada di sekitar gunung sorik marapi. Akibatnya tanah menjadi subur dan tumbuh tumbuhan menjadi tumbuh subur. Kondisi ini di mamfaatkan oleh penduduk. Masyarakat mengelola tanam tanaman menjadi lebih mudah. Sayur sayuran yang yang ditanam akan tumbuh subur.

Jika di toleh ke sebelah selatan makan akan nampak dari kejauhan ibu kota dari kabupaten mandailing natal yaitu kota Panyabungan . kota Panyabungan tampak jauh di kelilingi oleh bukit bukit, yaitu bukit barisan. Jika kita berdiri tepat di puncak desa Hutatinggi maka angin akan berhembus kencang. Udaranya sejuk dan terasa dingin, membuat panorama alam desa huttinggi lebik nikmat. Sehingga


(37)

sangat potensial untuk di jadikan sebagai objek pariwisata yang dapat menyumbangkan pendapatan penduduk bahkan pendapaan daerah sekali pun.

Secara geografis desa hutatinggi memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatas dengan wilayah desa hutan desa Angin Barat, dan Laru Dolok. Antara desa hutatinggi dengan angin barat dibatasi kurang lebih sekitar ±7 kilometer, sedangkan ke laru sekitar ±7 kilometer. Batas antara kedua desa tersebut di pisahkan oleh hutan belantara, perkebunan keret dari penduduk dan sawah sawah dari penduduk.. masyarakat dari ke tiga kampong ini melakukan usaha pertanian di lokasi yang sering di sebut “Saba sialang” dan “Saba laru”. Tempat tersebut menjadi pusat pertanian dari kedua desa antara desa hutatinggi dengan desa laru dolok. Masyarakat sering bertemu dan melakakukan tatap muka di areal persawahan, misalanya ketika lagi istirahat dari sawah. Sedangkan antara Hutatinggi dengan desa angina barat di pisahkan hutan belantara yang masih jarang di kunjungi oleh penduduk baik dari kedua desa tersebut. Masyarakat sering menyebutkanya dengan sebuatan Aek Botung. Aek Botung ini merupakan tanah ulayat masyarakat desa dari angin barat. Namun masyarakat desa sering berinteraksi keketika kedua masyarakat desa melakukan perburuan hewan seperti rusa dan kijang di tengah hutan.

2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Hutanamale, Kampung lama, Hutabaringin. Antara desa Hutaname dengan desa Hutatinggi hanya di pisahkan oleh persawahan dari masyarakat Desa hutatinggi dan desa Kampong Lamo. Persawan tersebut menjadi pusat pertanian dari


(38)

masyarakat kedua desa. Masyarakat menggantungkan hidupnya di areal persawahan tersebut.

3. Sebelah utara berbatasan dengan perkebunan desa Pastap. Antara desa Hutatinggi dengan pastap julu di pisahkan oleh hutan lindung yang cukup luas. Hutan Taman Nasional Batang Gadis yang merupakan satu satunya hutan lindung di Mandailing Natal. Taman Nasional Batang Gadis di bentuk pada tahun 2004, dan di resmikan oleh peresiden Revoplik Indonesia yaitu ibu Megawati Sukarno Putri Hutan lindung tersebut di bentuk dari tanah ulayat dari beberapa desa. Salah satunya desa Hutatinggi dan pastap julu. Sekarang ini masyarakat sudah jarang bertemu di hutan, ini di sebabkan area hutan tersebut sudah berbentuk hutan lindung. Jadi masyarakat sudah jarang pergi ke hutan untuk mengambil kayu.

4. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Handel, HutaBaru, Hutalombang. Batas antara ke tiga desa ini hanya di batasi oleh persawahan penduduk. Batas dari ke 3 desa hanya sekitar ±1.5 kilometer. Sama seperti masyarakat desa Hutanamale. Tempat tersebut menjadi ajang pertemuan jika melakukan usaha pertanian.

Pemerintahan Desa

Desa Hutatinggi dulu di pimpin oleh seorang raja yang berasal dari desa Hutanamale, Namun setelah kurun waktu maka beralaih ke sistem kepala desa. Masyarakat desa di pimpin oleh seorang kepala desa. Kepala desa yang bertanggung jawap terhadap segala hal di desa Hutatinggi. Kepala desa di pilih 6


(39)

tahun sekali. Pemelihan dilakuakan biasanya dengan pemungutan suara. Desa hutatinggi terdiri dari 4 Banjar/lingkungan. . yang memimpin dari 4 lingkungan ini adalah seorang kepala lingkungan yang di angkat oleh masyarakat melalui musyawarah. Pengangkatan kepala lingkungan dilakukan dengan pemilihan umum atau sering di sebut dengan PEMILU. Siapa yang layak dia yang memimpin. Biasanya yang diangkat adalah “Para Hatobangon atau alim ulama” yang merupakan tokoh masyarakat desa Hutatinggi. Mereka terus berkordinasi dengan kepala desa. Permasalahan permasalahan di lingkungan harus di selesaikan dulu oleh kepala lingkungan sebelum di selesaikan oleh kepala desa. Penyelesaian masalah di utamakan secara kekeluargaan. Kalau tidak selesai secara kekeluargaan baru menggunakan hukum yang berlaku. Bisanya para tokoh masyarakat berkumpul dan melakukan musyawarah bersama. Misalnya kasus perceraian, perkelahian, pencurian, dll. Jadi yang paling penting dalam masyarakat desa adalah para tokoh masyarakat.

Di desa Hutatinggi yang paling berperan secara formal di dalam pemerintahan desa adalah Kepala desa dan perangkat-perangkatnya. Mereka yang sering menentukan kebijakan-kebijakan di desa Hutatinggi. Para perangkat desa dan kepala desa memiliki hubungan yang cupup baik. Sedangkan kepala desa di dampingi seorang sektretaris desa. Sekarang ini secara umum di kabupaten mandailing natal seorang sekretaris desa sudah menjadi Pegawai negeri Sipil (PNS). Di harapkan sekretaris desa dapat bekerja dengan optimal.dan seorang sekretaris desa tidak boleh diganti ganti seperti kepala desa. Karena sekretaris desa lah yang memahami betul permasalahan permasalah desa. Perebutan


(40)

sekretaris desa di Hutatinggi cukup tinggi. Masyarakat banyak berharap untuk menjadi seorang Pegawai negeri Sipil (PNS).

Desa Hutatinggi melakukan hubungan pemerintahan dengan kecamatan yang ada di daerah tersebut yaitu. Kecamatan puncak sorik marapi, yang bertempat di desa sibanggor tonga.

Berikut ini adalah Jabtan secara struktural dari pemerintahan Desa Hutatinggi. Gambar. 1

Gambar Struktur Organisasi Pemerintah Desa Hutatinggi

KEPALA DESA (Saparuddin Nasution)

BPD Ketua (H. Martaon)

Sekretaris (Arsat Nasution)

Kepala lingkungan I

(Tohir Nasution) Kepala lingkungan II (Rohmad)

Kepala lingkungan III

( Ali alatas) Kepala lingkungan IV (Sopian Nasution)

Kaur Pembangunan

(Gosman Nasution) Kaur Kemasyarakatan (Marsuki Pulumgan)

Anggota (Hadi Rangkuty


(41)

4.1.4. Keadaan Penduduk dan penguasaan lahan. A. Keadaan Penduduk

Desa Hutatinggi yang merupakan desa yang yang paling banyak jumlah penduduknya di kawasan Puncak Sorik Marapi. Desa Hutatinggi memiliki 4 banjar/ lingkunganan. Dari penuturan kepala desa Hutatinggi jumlah penduduk desa Hutatinggi sebanyak 1750 jiwa dan memiliki 365 kepala keluarga. Masyarakat desa hutatinggi merupakan masyarakat yang homogen. Masyarakat yang memeliki hubungan kekeluargaan yang begitu erat. Warga desa mempunyai tali persaudaraan antara warga yang satu dengan yang lain. Ini di sebabakan merga/klen yang paling mendominasi di desa hutatinggi adalah klen/marga nasution. Dan dari pengamatan penulis, masyarakat desa hutatinggi melakukan perkawinan masih mengabil dalam satu keluarga. Dalam budaya mandailing masyarakatnya di haruskan untuk mengambil anak dari tulang (dalam bahasa Mandailing yang berarti adek ibu yang laki laki). Masyarakat desa Hutatinggi dapat dapat dilihat masih memegang nilai nili dari pada adat istiadat Mandailing.

Di desa Hutatinggi masyarakatnya mempunyai berbagai macam-macam marga Mandailing diantara lain adalah: marga nasution, rangkuty, pulungan, lubis dan siregar. Marga nasution merupakan marga yang mendominasi marga marga di desa Hutatinggi. Sedangakan posisi yang kedua adalah marga pulungan. Marga pulungan sangat sedikit di desa hutatinggi. Namun jumlangnya tidak sebanyak dari pada marga nasution dan rangkutiy.

Marga rangkutiy adalah maga yang berasal dari aek marian. Jumlah marga rangkutiy cukup banyak juga di desa Hutatinggi. Sedangkan marga yang paling sedikit adalah marga lubis. Marga lubis di desa Hutatingi dapat di


(42)

perkirakan hanya beberapa keluarga saja yang memiliki marga lubis. Sedangkan marga siregar merupkan marga yang tidak asli dari pada masyarakat desa. Orang yang memiliki marga tersebut adalah orang yang di tugaskan di desa hutatinggi seperti para guru guru yang mengajar di sekolah dasar.

Marga dalam masyarakat desa Hutatinggi dan pada umumnya masyarakat mandailing sangat sangat berarti sekalai. Marga menjadi identitas seseorang. Seseorang yang tidak mempunyai marga maka dia tidak akan bisa hidup di dalam suatu kampung. Ini di sebabkan karena ketika dia melakukan acara seperti pesta dan syukuran maka yang bertanggung jawab malaksanakan kegiatan tersebut adalah keluarganya yang memiki marga yang sama.

Jika sesorang mempunyai masalah di kampung tersebut maka yang menyelasaikanya adalah keluaranya yang memiliki mara yang sama. Seseorang yang datang ke desa Hutatinggi dan berniat untuk tinggal di desa Hutatinggi maka ia harus menjumpai marga yang sama dengan di rinya. Dalam istilah mandailingnya adalah manopot kahanggi . Dalam hal ini seseorang yang manopohot kahanggi tersebut membayat uang sebesar Rp200.000,00. dan ini di gunakan untuk kast desa. Jadi dalam masyarakat mandailing magra sangat lah penting dalam kehidupan sehari hari.

Masyarakat desa Hutatinggi menganut agama islam sebagi sumber kehidupan sehari hari. Masyarakat desa Hutatinggi menganut secara sepenuhnya Jika sesorang yang bukan beragama islam maka tidak boleh tinggal di desa Hutatinggi.Agama sangat berpengaruh dalam kehidupan. Agama islam menjadi pengontrol kehidupan bermasyarakat. Agama islam juga menjadi pemersatu dari masyarakat desa. Ini nampak dengan jelas masyarakat berkumpul dan saling


(43)

berinteraksi di sebabkan karena acara acara/ ritual agama seperti: pengajian ibu-ibu, muda mudi. Namun menurut penuturan dari pada orang tua dulu agama yang di anut oleh masyarakat desa bukan agama islam namu agama yang sudah di wariskan secara turu temurun Agamnya di sebut dengan “sipele begu”. Kepercayaan terhadap roh roh halus dan keuatan pohon besar dan kuburan keramat. Ini mnenjadi sumber ke aifan lokal dari masyarakat desa. Pemujaan terhadap roh halus dengan tidak menebang pohn sembarangan tidak merusak hutan merupakan kepercayan masyarakat desa hutatinggi dahulu kala.

B. Kondisi rumah

Rumah-rumah di desa Hutatinggi rata-rata terbuat dari kayu. Atapnya terbuat dari ijuk. Rumahnya rata-rata berbentuk panggung. Rumah tersebut di buat untuk menjaga kondisi suhu di dalam rumah karena daerah pegunungan dan cuaca yang begitu dinggin membuat masyarakat untuk beradaptasi dengan alam. Rumah tersebut dapat menahan panas jika siang hari dan dapat mengurangi dinginnya malam hari. Sehingga di dalam rumah tetap hangat. Jika rumah terbuat dari seng maka akan mengakibatkan kerusakan secara cepat pada seng. Sengnya akan cepat karatan. Sengnya akan mudah kekuning kunigan. menurut penuturan masyarakat ini di sebabakan Karena asap belerang yang di keluarkan oleh gunung sorik marapi.

.

C. Penguasaan Lahan

Masyarakat desa Hutatinggi desa rata-rata bekerja disektor pertanian dan perkebunan. Masyarakat sehari hari di perkebunanan. Masyarakat


(44)

desa melakukan kegiatan perkebunan di daerah yang yang merupakan awalnya tanah yang di miliki secara turun temurun. Pembangian lahan dulu ceitanya masyarakat desa melakukan pembagian lagan berdasarkan marga. Misalnya lahan yang satu di kuasai oleh marga nasution.

Masyarakat Hutatinggi melakukan kegiatan pertanian di wilayah yang sering di sebut” saba sialang” jarang dari desa Hutatinggi sekitar 7 km. untuk menempuh persawahan tersebut, dalam perjalanan di butuhkan sekitar 2 jam dengan jalan kaki. Sedang perkebunan masyarakat desa Hutatinggi ada di sebuah daerah antara pasatap dengan desa Hutatinggi. Daerah tersebut biasanya di sebut” banggua”. Masyarakat desa Hutatinggi memiliki tanah ulayat. Tanah ulayat masyarakat desa Hutatinggi berada di daerah “banggua”

D. Jenis pekerjaan.

Tabel. 2 Jenis Pekerjaan.

No Jenis pekerjaa Jumlah kepala keluarga Persenta si

1 Petani dan peternakan 328 89.86%

2 Pegawi negeri sipil 21 5.75%

3 Wiraswasta 16 4.39%

Total 365 100%

Sumber: Kantor Kepala desa.

Dari data diatas menunjukkan bahwa sanya. Desa Hutatinggi mayorias penduduknya bekerja di sektor pertanian.. hasil hasil pertanaian seperti:


(45)

padi, gula aren, kayu manis, coklat. Dan karet/getah.pertanian di desa Hutatinggi yang di lakukan oleh masyarakat desa adalah pertanian dengan mengunakan sistem sekali dalam 4 bulan akan melakukan pemanennan. Masyarakat basih bertani sebagai gaya hidup. Hasil pertanian hanya untuk kebutuhan hidup saja. Dan masyarakat kalau ingin menjualanya hanya karena butuh secara tiba tiba. Kebutuhan air dalam bertani di desa huatinggi, cukup untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat tersebut. Air mengalir secara deras dari pegunungan gunung sorik marapi.

Biasanya masyarakat di samping bertanani padi masyarakat juga biasanya bertani sayur sayuran di perkebunan, seperti kacang panjang, pepaya, kol, dan lain lain. Masyarakat tidak perlu lagi membeli sayur sayuran di pasar untuk di jadikan lauk. Kadang kadang masyarakat membuat kolam di tengah sawah. Jika mereka ingin ikan hanya tinggal mengambil ikan si kolam. Namun yang di beli dari pasar hanyalah seperti ikan laut.

Sebagaian lagi masyarakat, khusus para laki laki mereka menyadap pohon aren. Pohon aren yang tumbuh di tengah hutan. Masyarakat memampaatkanya untuk menambah uang saku. di Desa Hutatinggi dulunya pohon aren cukup banyak namun sekarang ini sudah mulai berkurang. Di perkirakan penghasilan dalam satu minggu masyarakat menghasilkan sekitar 500kg/minggu. Dan masyarakat menjualanya dengan harga Rp 11.000/kg. hasil gula aren akan di pasarkan ke kota medan melalu toke/tengkulak.

Disamping itu masyarakat juga mayoritas mempuyai pohon karet. Pohon Karet ini merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat desa. Setiap 2 hari sekali masyarakat pergi ke hutan untuk mengambil karet. Hasil perkebunan


(46)

karet biasanya di pasarkan di pekan. Pekan pasar maga merpakan pekan yang di adakan setiap satu kali dalam satu minggu. Harga karet sekarang ini hampir mencapai Rp11.000/kg. tergantung karetnya. Dari Hutatinggi karet yang di hasilkan masyarakat tersebut hampir mencapai 2 ton/ minggunya.

Sebagai tambahan masyarakat mempunyai pokok kayu manis. Kayu manis ini tumbuh sendiri di tengah hutan. Masyarakat tidak menanamnya. Namun sebagaian ada yang menanamnya untuk di panen nantinya kulit kayunya. Sekarang ini harga dari kayu manis perkilonya sekitar Rp.6500. sama seperti coklat pohon colat hanya sebagi tambah tambahan bagi masyarakat. Pohon coklat ini di tanam oleh masyarakat. Namun hasilnya ini tidak di begitu bayak seperti pohon karet. Coklat ini cuga di jual ke pasar. Jadi dari penjelelasn di atas memang masyarakat desa Hutatinggi sejahtera Karena sumber daya alam cukup luas.

4.1.5. Sarana dan Pra sarana desa.

Desa Hutatinggi adalah desa yang terisolir dan sulit di jangkau oleh masyarakat dari luar daerah. Desa Hutatinggi sebagai sebuah desa yang memiliki aktifitas sehari hari. Untuk mendukung perekonomian masyarakat desa agar kebutuhan masyarakat desa terpenuhi. Dan aktifitas masyarakat desa dapat berjalan lancar.

1.Sarana Trasportasi.

Untuk sampai pada desa hutatinggi maka harus menempuh sekitar 2 jam dari pusat kota panyabungan. Jalan yang sekarang ini sudah mulai di bangun, sehingga memudahkan masyarakat untuk dapat berhungan dengan dunia luar.


(47)

Saran trasportasi seperti mobil yang mengangkut barang dan mobil angkutan sekarang ini sangat mudah untuk di jumpai. Berbeda dengan zaman dahulu sekitar 6 tahun yang lalu. Yang mana mobil untuk menuju desa hutatinggi sangat sulit untuk dijumpai. Bahakan dulu hanya satu kali dalam satu hari baru mobil bisa di jumpai.

Pembangunan yang terus berjalan secara bergilir. Membuat pembangunan Mandailing Natal semakin maju. Namun realitanya. Ada sebuah kekurangan yang nampak dari pembangunan tersebut. Di mana penulis melihat ada sebuah ketimpangan dari pembangunan pemerintah daerah. Jalan raya yang di bangun oleh pemerintah menuju desa Hutatinggi hanya sampai pada desa hadel saja. Ada 0.5 kilo meter pembangunan itu tidak di lanjutkan. Ini membuat pertanyaan bagi peneliti. Mengapa ini bisa terjadi. Dari wawancara yang di lakukan di lapangan ternyata permasalahanya adalah permasalahan politis.

Kondisi rumah masyarakat desa hutatinggi yang sembrautan dan tidak terarah membuat tata letak dari rumah tersebut tampak tidak terartur, sehingga membuat desa Hutatinggi sulit untuk berhungan antara rumah yang satu dengan rumah yang lain. Sekarang ini pembangunan jalan raya semakin di galakkan. Dan pembangunan Gang di desa Hutatinggi mulai di laksanakan. Perumahan yang berada di tebing tebing bukit membuat pembanguan semakin sulit.

2. Saran pendidikan.

Desa Hutatinggi yang memiki jumlah penduduk terbanyak di kawasan Puncak Sorik Marapi membuat kebutuhan akan pendidikan semakin tinggi. Ini di sebabkan karena jumlah penduduk semakin hari semakin bertambah. Maka sarana


(48)

pendidikan sangatlah di butuhkan oleh masyarakat desa. Pendidikan akan membuat masyarakat lebih maju. Sarana pendidikan sudah bisa di nikmati oleh masyarakat desa Hutatinggi karena sarana tersebut sudah tersedia.

Sekolah dasar yang ada Hutatinggi terdapat 2 sekolah yang satu sekolai SD impress dan yang satunya lagi SDN 2 hutanamale. Siswa yang belajar di SDN2 Hutanamle berasal dari hutatinggi dan kampung lamo. Jumlah siswanya cukup banyak. namun kekurangan tenaga pengajar. Selama penulis berada di lapangan, nampak sedang di lakukan renovasi dari bagunan SDN2 tersebut.

Di desa Hutatinggi terdapat juga sebuah sekolah yang di tujukan untuk anak anak yang ingin belajar agama islam. Sekolah tersebut adalah di beri nama Madrasah Iptidaiah Nurul Falah. Setiap anak anak SDN2 dan SD impres pulang sekolah maka mereka terus menuju sekolah. Sesudah sholat zuhur dan makan. Sejak kecil mereka telah di bekali oleh ajaran agama islam. Sekitar jam 14.30 JIB maka pelajaran agama mulai di berikan oleh guru mengaji yang merupakan lulusan Mustopawiah Purba Baru, salah satu pondok pesanteren terkemuka di Mandailing Natal. Pelajaran di berikan sampai jam 17.00 wib.

Setelah mereka selesai dari sekolah dasar maka rata rata mereka melanjudkannya ke sekolah menengah pertama yang ada di hutalombang. Jarak dari desa Hutatinggi ke desa Hutalombang sekitar 3 kilometer. Para siswa menempunya dengan jalan kaki. Namun sebagian lagi mereka sekolah di salah satu pondok pesanteren yang ada di desa kamung lamo. Desa tersebut sebuah pondok pesanteren AL_JUNAIDIAH. Sekolah tersebut menyediakan madrasah Tsnawiah, hingga Madrasah Aliah. Sekolah tersebut di bawah naungan


(49)

departemen agama. jarak dari desa Hutatinggi ke desa kampong lamo tersebut sekitar 1.5 meter.

Untuk melanjukan sekolah lanjutan atas (SMA/MA) para siswa yang belajar. Maka mereka harus ke pusat kota. Mereka harus pergi ke panyabungan atau kotanopan. Di sanalah baru di jumpai SMA tersebut. Di daerah tersebut tidak memiliki fasilitas sekolah menegah atas sehingga diharapkan pemerintah kedepannya agar meberikan sekolah mengah keatas di kawasan puncak sorik marapi.

3. Sarana Kesehatan.

Di desa Hutatinggi memiliki seorang bidan desa yang bertugas untuk mengurusi masyarakat desa jika mengalami sakit. Bidan tersebut harus rela tinggal di sebuah puskesmas yang di sediakan oleh masyarakat untuk tempa tinggal,nya. Di puskesmas ini masyarakat berobat. Bidan tersebut rela meninggalakan kampung halamanya yang jauh menuju desa Hutatinggi demi tugas yang mulia yaiu untuk mengobati masyarakat desa Hutatinggi. Jika masyarakat ada yang sakit pada malah hari maka ia rela bagun untuk mengobatinya. Dari penuturan seorang ibu, ia sangat bersyukur karena adanya seorang bidan di desa tersebut.

Sebagian dari masyaraat desa hutatingi di berikan kartu sehat secara gratis oleh pemerinthan Mandailing Natal, warga tersebut di berikan karena kondisi perekonomianya kurang mampu sehingga memberatkan baginya untuk berobat. Masyarakat desa sangat cukup terbantu dengan adanya kartu gratis tersebut.


(50)

Namun sebagian masyarakat berobat ke pusat kota yaitu di panyabungan jika sakit yang di deritanya cukup parah dan cukup serius.

Sedangkan peratalan bidan di desa Hutatinggi tidak mencukup maka sering kali bidan menyarankan agar pasien di bawa berobat ke panyabungan.Air bersih di desa Hutatinggi cukup lumanyan. Air yang mengalir ke desa hutatinggi menuju ke tempat penampungan air. Sehinggga air sangat berlimpah ruah di desa Hutatinggi. keberadaan air bersih ini cukup membantu bagi masyarakat desa. Sebelum adanya peyaluran air bersih ini masyarakat terpaksa harus pergi mengambil air ke sugai yang ada di bawah, sangat jauh dari rumah penduduk. Sedangkankan sarana kamar mandi dan WC di desa ini hampir tidak ada. Hanya sebagian yang memiliki kamar mandi. Masyarakat harus mandi di mesjid dan sebagian nya lagi pergi ke sungai yang ada di desa hutatinggi.

4.Sarana Olah raga.

Desa Hutatinggi merupakan desa yang cukup luas. di desa Hutatinggi terdapat satu lapangan bola kaki dan 2 tempat permainan bulu tangkis. Lapangan bola tepat berda di atas desa Hutatinggi. Lapangan bola berada di atas bukit. Setiap sore para pemuda melakukan kegiatan bermain bola kaki. Kelehan bekerja seharian di ladang akan di tumpahkan di lapangan bola. sedangkan kalau malam hari masyarakat melakukan permainan yang namanya bulu tangkis.

5. Organisasi Sosial.

Ikatan ke gotong-royongan di desa Hutatinggi cukup tinggi dan cukup akarap. Jika seseorang melakukan pesta perkawinan maka ia hanya cukup


(51)

mengambilnya di persatuan para ibu-ibu.. Semua perlekapan sudah tersedia. masyarakat bersatu membelinya, agar siapa yang ingin kawin maka tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Di desa Hutatinggi juga terdapat Serikat tolong menolong (STM). Jika ada masyarakat yang mengalami ke malangan maka serikat tolong menolong ini akan membatunya.

Di desa Hutatinggi terdapat juga organisasi ke pemudaan. Organisasi tersebut yang di beri nama Persatuan Naposo Nauli Bulung (PNNB). Di dalam organisasi ini. Pemuda desa berkumpul dan melakukan pengajian jika di malam hari. Ikatan kekeluargaan semakin tersa di dalamya.

6. Sarana komunikasi.

Perkembangan jaman yang terus maju. Hambatan untuk maju pun tidak ada lagi. Rata rata sekarang masyarakat desa Hutatinggi sudah memiliki yang namany Handphone (HP). Walaupun rumahnya belum tersentuh listrik.. Komunakasi ke sanak saudara yang ada di kota kota besar di Indonesia ini semakin mudah.

7. Rumah Ibadah.

Masyarakat desa secara keseluruhan memeluk agama islam . Di desa Hutatinggi terdapat sebuah mesjid yang berdiri begitu megah di tengah tengah desa. Mesjid tersebut dibangun sejak masuknya agama islam ke kawasan puncak Sorik Marapi. Masyarakat desa melakuan kegiatan sholat 5 waktu di mesjid tersebut. Mesjid juga di gunakan sebagi temapat musyawah yang berkaitan dengan agama. Selain mesjid terdapat 4 musolla yang terdapat di setiap


(52)

lingkungan . musolla tersebut di dirikan di pingiir sungai sehingga memudahkan masyarakat mengambil air untuk keperluan ber ribadah.

4.2. Profil Informan.

4.2.1. Informan Kunci (key Informan)

Dalam penelitian ini terdapat imforman kunci yang mengetahui banyak hal mengenai permasalahan yang ingin di ungkapkan dalam penelitian ini. Para informan ini terlibat langsung dalam proses mengusulkan, perencanaan pembangunan dan pengawasan terhap proses pembangunan di desa Hutatinggi. namun tidak semua informan dapat memberikan semua jawaban yang ingin di teliti, karena keterbatasan pengetahuan dari informan tersebut. Karena proses wawancara di lakukan pada saat sang informan sambil bekerja. Dan tidak semua informan dapat di cantiumkan di dalam tuliskan ini

A.Tokoh Masyarakat

1. Kasmir nasution.

Kasmir nasution (53 tahun) adalah tokoh masyarakat di Puncak Sorik Marapi. Belua adalah seorang yang paling di tuakan di desa Hutatinggi. Sekarang ini beliau sehari harinya bekerja sebagai petani di desa Hutatinggi. Setiap harinya pegi ke kebun karet yang ada di “Saba Laru “ (tempat perkebunan masyarakat desa Hutatinggi). Kasmir nasution mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam memimpin dan mengurusi masyarakat desa Hutatinggi. Sejak masih pemuda di sudah di angkat menjadi ketua Naposo Nauli Bulung di desa


(53)

Hutatinggi sekitar tahun 1975-1980. adan belia sudah menjabat sebagai kepala lingkungan sebanyak 8 kali.

Di desa Hutatinggi Kasmir nasution sering menjadi “Hatobangon” dalam pesta perkawinan. Kasmir nasution sering mengurusi masyarakat desa hutinggi juka mengalami masalah. Selama proses wawancara bapak kasmir nasution menjawab pernyataan dari penulis dengan tutur kata yang halus. Ia mengatakan bahwa sanya dulu yang membuka desa hutatinggi ini adalah marga klen dari marga nasution. Sehingga sekarang banyak di desa Hutatinggi yang bermarga nasution.beliau juga mencerikan sejarahnya bagaimana desa Hutatinggi ini menjadi desa yang begitu besar di kawasan puncak sorik marapi ini.

Kasim Nasution di tunjuk oleh kepala desa sebagai tokoh masyarakat di desa Hutatinggi sekarang ini. Kasmir nasution mempunai rekan-rekan yang menjadi tokoh masyarakat di desa Hutatinggi adalah sebagi berikut: lokot, jautari, dkk. Merekalah yang sering menjadi Sumber pengaduan masyarakat desa jika mempunyai permasalahan. Sering kali bapak Kasmir nasution ini mendamaikan masyarakat jika bermasalah atau yang sering di sebut dengan pihak mediasi.

Bapak kasmir nasution juga sudah berpengalaman dalam partai politik. Sejak adanya partai golkar bapak kasmir nasution sudah menjadi pengurus golkar dan sampai sekarang ini. Jika ada pesta pemilihan umum maka kasmir nasution ini yang menjadi salah satu pemenangan dari partai golkar di daerah puncak sorik marapi. Di Puncak Sorik Marapai bapak kasmir nasution ini menjadi sekretaris golkar.Dan ketika kami diskusi mengenai permasalahan dengan Pilkada. Bapak kasmir nasution ini cukup antusias dan merasa baga ketika mencertkan


(54)

pengalamannya waktu masih menjabat sebagai pengurus di partai Golkar. Dan boleh di katakan belau sudagh fungsionaris partai golkar.

Beliau menjelaskan bahwa sanya perencanan pembangunan jalan raya maupun ang ke desa Hutatinggi ini sudah lama di rencanakan. Sebagai mana di tuturkan oleh bapak kasimir nasution dalam wawancara dengan penulis.

“ perencanaan pembangunan desa Hutatinggi suda lama kami rencanakan dan kemi perjuangkan di tingkat satu. Dulu kepala desa masih saudara Donnik nasution pembangun sudah di rencanakan”.

(Hasil Wawancara, bulan Desember 2009)

Menurut Kasmir nasution pembangunan di desa Hutatinggi sudah sering diusahakan agar anggaran pembangunan dapat di kucurkan ke desa Hutatinggi. Namun menurutnya pemerintah daerah kurang memperhatikan desa Hutatinggi. Menurut kasmir nasution di sudah menyuruh kepala desa membuat proposal pembangunan. Setelah proposal itu di buat maka ia pergi ke kota penyabungan menjumpai pejabat-pejabat tingkat satu di kabupaten. Dengan bermodalkan proposal pembangunan desa dan beliau rela meninggalakan usahanya demi ke majuan Hutatinggi. Namun menurut beliau. Pejabat nampanya kurang memperhatikanya. Menurutnya sudah sering di adakan musyawarah demi pembangunan desa manun tidak ada hasilnya.

2. Saparuddin nasution. ( kepala desa Hutatinggi)

Saparuddin adalah seorang kepala desa di Hutatinggi. Saparuddin sangatlah di segani oleh masyarakat desa di Hutatinggi. Saparuddin memimpin desa Hutatinggi sanagat arif dan bijak sana. Bapak saparuddin ini masih muda , beliau bekerja sehari-hari sebagai tenaga pengajar di pesanteren di desa kampong lama. Saparuddin adalah alumni dari pesanteren Mustopawiah Purbabaru.


(55)

Saparuddin sangat pandai dalam masalah agama dan sering menjadi ustat jika ada acara acara ke agamaan.

Sebagai seorang kepala desa bapak tersebut memberi pelayanan kepada masyarakat sangat sangat lah baik. Jika masyarakat ingin mengurus kartu tanda penduduk (KTP) maka bapak tersebut memberi pelayan kepada warganya. Sebagai seorang kela desa dan Sebagai seorang guru di pesanteren merupakan tugas yang begitu berat namun belia menjalankannya dengan telus hati.

Perananya dalam masyarakat adalah sebagai pendamai atau penegah apabila ada konflik di tengah tengah warga desa, maupun dengan warga desa lain. Sama seperti bapak Kasmir nasution belia juga serig di undang dalam acara perkawinan dari masyarakat desa Hutatinggi. Perananya sebagai seorang “parkobar” (sebagai pemberi nasehat pada kedua mempelai yang ingin melaksanakan perkawinanan) seputar masalah hidup yang berumah tangga sehingga perkawinannya menjadi baik di kemudian hari,.

Mengenai masalah pebangunan desa. Bapak kepala desa menceritakan bagaimana sejarah perjuangan agar desa ini lebih maju dan lebih terhormat. Khususnya dalam masalah pembangunan. Menurutnya sejak pemerintahanyanya sudah di rencanakan pembangunan gang di desa Hutatinggi. Tahun 1996 sudah di recanakan bagaimana pembangunan gang di desa Hutatinggi sampai sekarang ini.

Dulu perencanaan pembangunan gang mengalami hambatan atau kendala. Diantanya banyak warga yang tidak memberikan tanahnya untuk di jadikan gang atau jalan. Sepanjang 3.250 meter yang hendak di bebaskan lahanya. Masyarakat merasa rugi kalau meberikan lahanya, karena jalan yang hendak di buat itu merupakan kebun-kebun dari warga. Bahkan ada yang pemiliki tanahnya pergi


(1)

sepenuhnya melaksanankan tugasnya. kadang kadang merek datang-kadang kadang mereka tidak datang.

Ketika di lakukan penelitian, ketika itu dia laksananakan pembangunan jalan tersebut jadi penulis melakukan tanya jawab sambil melaksanakan kegiatan pembangunan jalan. Dan pada saat itu para imforman merasa senang di lakukan wawancara. Menurut penuturan dari anggota kordinator menyatakan bahwa sanya mereka hanya di beri uang minum sebesar Rp 30.000/hari. Mereka menyatakan ikhlas dengan hasil seperti itu Karena demi masyarakat desa Hutatinggi. Berikut kutipan wawancara.

“saya ikhlas jika di gaji seperti itu karena demi masyarakat desa Hutatinggi”.

(Hasil Wawancara, bulan Desember 2009)

Dan barang siapa yang ingin ikut berpartisipasi boleh saja .demi kemajuan bersama. Dan pekerjaan tersebut harus siap sampai bulan Februari. Dari penuturan bapak Gosman nasution bulan maret akan datang lagi dana untuk membangun jalan di lingkungan 1. asal masyarakatnya tetap akur dan kompak. Karena sekarang ini pembungunan di lakukan di lingkunga 4.


(2)

PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Desa Hutatinggi berada di daerah yang masih terisolir dan masih di kelilingi oleh hutan belantara. Budaya budaya tradisional masih di jadikan sebagai pedomanan dalam kehidupan sehari hari. Desa Hutatinggi sebagai desa yang masih mebutuhkan pembangunan. Sekarang ini pembangunan terus di lakukan oeh pemerintah, maupun pembangunan yang berasal dari masyarakat itu sendiri.. Pembangunan tersebut tentu membuat desa Hutatinggi mulai terbuka terhadap dunia luar dan perubahanpun mulai terasa di desa Hutatinggi, Inovasi inovasi baru mulai nampak dari pembangunan tersebut.

Dari penelitian yang di lakukan oleh penulis di proleh. Informasi tentang pembangunan desa. . Sejak tahun 1996 pembangunan sudah mulai di lakukan di desa Hutatinggi. Pembangunan tersebut tidak melibatkan anggota masyarakat sebagai perencana pembangunan sampai pada pengawasan. Sehingga mengakibatkan terbengkalainya pembangunan tersebut. Namun sekarang ini pembangunan di desa Hutatinggi, baik pembangunan Jalan Maupun gang desa. Masyarakat sudah di libatkan sebagai perencana sampai pengawasaan pembangunan.

Dan yang paling mengagumpan lagi. di desa Hutatinggi ada sebuah pembangunan saran transportasi darat. Yang berasal dari masyarakat tersebut. Pembangunan jalan ke persawahan masyarakat desa Hutatinggi merupakan pembangunan yang di rencanakan oleh masyarakat desa Hutatinggi. Sampai pada pelaksanannya. Masyarakat desa Hutatinggi bergotong-royong untuk


(3)

Hutatinggi memamfatkan potesnsi yang ada di desa tersebut.Sehingga pembangunan tersebut menjadi pembangunan yang bermamfat bagi masyrakat desa.

Pembangunan tidak selamanya bersalal dari pemerintah. Pembangunan harus melibatkan masyarakat desa Jika masyarakat tidak di libatkan maka pembangunan tersebut tidak akan berhasil. Karena masyarakat desa merasa tidak memiki atas pembangunan tersebut. Jika masyarakat desa di libatkan dalam pembangunan maka mereka akan merasa memiliki terhadapap sebuah pembangunan. Sehingga tujuan dari pembangunan tersebut benar benar sebuah pembangunan yang di butuhkan oleh masyarakat.Maka keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan sangat sangatlah pentinting.

5.2. Saran

Dari penelitian yang telah di lakuakan sebelumnya. Maka peneliti ingin memberi beberpa saran, antara lain:

1. Meskipun pembangunan sudah banyak yang di lakukan di desa Hutatinggi. Baik pembangunan jalan, gang desa, dan lain lain Namun pembangunan tersebut harus di tingkatkan, agar desa Hutattinggi lebih maju lagi di kemudian hari.

2. Kepada pemerintah madailing natal.sebelum sampai ke desa hutatinggi. nampaknya pembangunan jalan tersebut terbengkalai. Di harapkan kepada pemerintahan mandailing natal jangan pilih kasih dalam pembangunan di mandailing natal. Di harapkan juga pemerintahan Mandailing Natal dapat


(4)

meneruskan pembangunan jalur desa Hutatinggi menuju desa Pastap yang dulunya sempat terbengkalai.

3. Di harapkan ke pada pemerintahan desa Hutatinggi agar terus melibatkan anggota masyarakat dalam pembangunan, karena tampa ada keterlibatan anggota masyarakat, pembangunan tidak akan berasil.

4. kepada Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD) Mandailing Natal agar turun ke masyarakat menanyakanan kepda masyarakat pembangunan apa yang di butuhkan oleh masyarakat. Karena dalam penlitan penulis banyak masyarakat yang berharap Anggota DPRD turun ke masyarakat.

5. Kepada Masyarakat desa Hutatinggi, di harapakan kerjasamanya dalam pembangunan terus di tingkatkan Sehingga tercapainya masyarakat yang maju dan sejahtera.

6. Dalam penyelesaian permasalahan pembangunan hendaknya harus di lakukan dengan pendekatan Sosiologis serta memperhatikan adat istiadat masyarakat setempat. Sehingga permasalahan pembebasan lahan yang akan di jadikan jalan maupun gang dapat di selesaikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mohd Shukri. 1989. Strategi Pembangunan Desa Negara Dunia Ketiga. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka.

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ali,medekhan. 2007.Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Malang: Averroes Press. Antlov, Hans. 2002. Negara dalam Desa Patronase Kepemimpinana Lokal.

Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta:PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Surabaya: Kencana Prenada media Group.

Chambers, Robet. 1983. Pembangunan mulai dari belakang. Jakarta: PT. KIncir Buana.

Daniel, Moehar. 2002. Metode penelitian ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara.

Denim Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bengkulu: CV Pustaka setia. Fakih, Mansour. 2001. Runtuhnya teori pembangunan dan globalisasai.

Yogyakarta: Insist Press.

Mansur. 2007. Konflik Penguasaan Tanah Dan Hasil Hutan Pada Pra Dan Pasca Penetapan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) (Studi Deskriftif: Pada Desa Yang Berbatasan Langsung Dengan Tnbg Di Desa Hutabaringin, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing


(6)

Natal) . Skripsi (S-1) Tidak Di terbitkan Medan: Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Hoogvelt, Ankie M.M. 1985. Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Website:

Jawa pos. 2007. Jumlah Desa Tertinggal Naik Tajam (online).

di akses 08

September 2009)

Nias Online, 2006. Desa tertinggal Semakin banyak Di Sumatra Utara (online). (http.//niasonline.net./2006/09/01/ desa-tertinggal-semakin-banyak di-sumut/ di akses 08 September 2009)

Pemerintah kabupaten Mandailing Natal.2009. Gambaran Umum kabupaten mandailing Natal (oneline).

Sinar Indonesia.2007. 34 Desa di madina belum tersentuh jaringan listrik PLN (online). Desa Di Madina Belum Tersentuh Jaringan Listriuk PLN.htm. di akses 08 September 2009)


Dokumen yang terkait

Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Mata Air Aek Arnga di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal

12 92 53

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

10 155 109

Upaya Pengembangan Sorik Marapi Sebagai Objek Wisata Di Kabupaten Mandailing Natal

3 62 55

Strategi Toke Dalam Membentuk Jaringan Sosial Ekonomi Untuk Mendapatkan Gula Aren (Studi Deskriptif di Desa Hutabaringin Kec. Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal)

1 61 84

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADIPETANI DI DESA SIBANGGOR JULU KECAMATAN PUNCAK SORIK MARAPI KABUPATENMANDAILING NATAL.

0 3 23

ANALISIS OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR PANAS SIBANGGOR DI KECAMATAN PUNCAK SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL.

2 6 22

DAMPAK KEBERADAAN YAYASAN AL-JUNAIDIYAH TERHADAP PENDIDIKAN DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT TARLOLA TAHUN 1929-2006 DI KECAMATAN PUNCAK SORIK MARAPI KAB. MANDAILING NATAL.

0 1 21

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

0 1 10

Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Mata Air Aek Arnga di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal

0 1 11

PENYULUHAN PENGGUNAAN PESTISIDA ALAMI BAGI KELOMPOK TANI DI DESA HUTANAMALE KEC. PUNCAK SORIK MARAPI MANDAILING NATAL

0 0 7