pendirian sendiri. mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruhi oleh pertimbangan
untung rugi pamrih, penyesuaian diri dengan nilai kesusilaan dan agama.
20
5 Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk menanggung resiko
konflik. Keberanian tersebut antara lain :
21
a menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, pungli
b
menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.
2.5 Etika Profesi Hukum
Kehidupan manusia dalam melakukan interaksi sosialnya selalau akan berpatokan pada norma atau tatanan hukum yang berada dalam masyarakat
tersebut. Menakala manusia melakukan interaksinya, tidak berjalan dalam kerangka norma atau tatanan yang ada, maka akan terjadi bias dalam proses
interaksi itu. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk menyimpang dari norma atau tatanan yang ada, karena terpengaruh oleh
adanya hawa nafsu yang tidak terkendali.
22
Hal yang sama juga akan berlaku bagi yang namanya profesi, khususnya profesi hukum. Berjalan tidaknya penegakkan hukum dalam suatu masyarakat
tergantung pada baik buruknya profesional hukum yang menjalani profesinya tersebut. Untuk menghindari jangan sampai terjadi penyimpangan terhadap
menjalankan profesi, khususnya profesi hukum, dibentuklah suatu norma yang wajib dipatuhi oleh orang yang tergabung dalam sebuah profesi yang lazim
20 ibid 21
ibid
22
Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 20-21
10
disebut “Etika Profesi”. Dengan harapan bahwa para profesional tersebut tunduk dan patuh terhadap kode etik profesinya.
Menurut Notohamidjojo dalam menjalankan kewajibannya, profesional hukum perlu memiliki:
23
a Sikap manusiawi, artinya tidak menanggapi hukum secara formal belaka, melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang sesuai dengan perasaan masyarakat.
c Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam suatu perkara kongkret.
d Sikap jujur, artinya menyatakan sesuai itu benar menurut apa adanya dan menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
2.6 Hubungan Etika dan Profesi Hukum
Etika dimasukkan dalam disiplin pendidikan hukum disebabkan belakangan ini terlihat adanya gejala penurunan
etika dikalangan aparat penegak hukum, yang mana hal itu tentunya akan merugikan bagi pembangunan masyarakat di
Indonesia.
24
Di sisi lain, seorang profesional hukum harus memiliki pengetahuan bidang hukum yang andal, sebagai penentu bobot
kualitas pelayanan hukum secara profesional kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 Keputusan Mendikbud
No 17KepO1992 tentang Kurikulum Nasional Bidang Hukum, program sarjana bidang hukum bertujuan untuk menghasilkan
sarjana hukum yang:
25
1 Menguasai hukum indonesia
2 Mampu menganalisis masalah hukum dalam masyarakat
23
Ibid, hlm 21
24
Suhrawardi K Lubis, etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Hlm 4
25
Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 21
11
3 Mampu menggunakan hukum sebagai sarana untuk
memecahkan masalah kongkret dan tetap berdasarkan prinsip-prinsip hukum
4 Menguasai dasar-dasar ilmiah untuk mengembangkan ilmu
hukum dan hukum 5
Mengenal dan peka akan masalah-masalah keadilan dan masalah-masalah kemasyarakatan.
Dengan adanya pelajaran etika profesi hukum ini diharapkan lahirlah nantinya sarjana-sarjana hukum yang profesional dan beretika. Pengembangan profesi
hukum haruslah memiliki keahlian yang berkeilmuan, khususnya dalam bidang itu. Oleh karena itu setiap profesional harus secara mandiri mampu memenuhi
kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum. Untuk itu tentunya memerlukan keahlian yang berkeilmuan.
26
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional di bidang hukum terhadap masyarakat dengan
keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan
hukum.
27
Dari uraian di atas hubungan antara etika dan profesi hukum sangat erat, sebab dengan etika inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas
pengabdian profesinya dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap martabat menusia yang pada akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat.
2.7 Contoh Kasus Pilih Main Tenis Daripada Sidang, Ketua Pengadilan dan 3 Hakim