Contoh Kasus Pilih Main Tenis Daripada Sidang, Ketua Pengadilan dan 3 Hakim

3 Mampu menggunakan hukum sebagai sarana untuk memecahkan masalah kongkret dan tetap berdasarkan prinsip-prinsip hukum 4 Menguasai dasar-dasar ilmiah untuk mengembangkan ilmu hukum dan hukum 5 Mengenal dan peka akan masalah-masalah keadilan dan masalah-masalah kemasyarakatan. Dengan adanya pelajaran etika profesi hukum ini diharapkan lahirlah nantinya sarjana-sarjana hukum yang profesional dan beretika. Pengembangan profesi hukum haruslah memiliki keahlian yang berkeilmuan, khususnya dalam bidang itu. Oleh karena itu setiap profesional harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum. Untuk itu tentunya memerlukan keahlian yang berkeilmuan. 26 Etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional di bidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum. 27 Dari uraian di atas hubungan antara etika dan profesi hukum sangat erat, sebab dengan etika inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas pengabdian profesinya dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap martabat menusia yang pada akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

2.7 Contoh Kasus Pilih Main Tenis Daripada Sidang, Ketua Pengadilan dan 3 Hakim

Dihukum MA. 28 26 Suhrawardi K Lubis, etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Hlm. 6 27 Ibid 28 http:news.detik.comread20140404152334254576710pilih-main-tenis- daripada-sidang-ketua-pengadilan-dan-3-hakim-dihukum-ma 12 Jakarta - Mahkamah Agung MA menjatuhkan hukuman disiplin kepada 45 hakim se-Indonesia kurun Januari-Maret 2014. Empat di antaranya dihukum karena lebih memilih main tenis daripada bersidang. Hal ini seperti dilansir Badan Pengawas MA di websitenya, Jumat 442014. Empat di antara 45 nama itu ada 3 hakim dan 1 ketua pengadilan yang diberikan sanksi kode etik berupa teguran lisan.Menjatuhkan hukuman kepada hakim Strm, Ketua Pengadilan Agama PA Pl berupa hukuman disipin sedang berupa dimutasikan ke pengadilan lain dengan kelas yang lebih rendah, putus Kepala Badan Pengawas MA, Sunarto. Kode etik yang dilanggar yaitu Pasal 12 Kode Etik dan Perilaku Hakim. Yaitu Hakim harus berperilaku disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan masyarakat pencari keadilan. Namun oleh karena pelanggaran yang dilaporkan Terlapor bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan PTWP Pertandingan Tenis Warga Pengadilan Ketua PA Cup ke IV maka kami berpendapat lebih tepat terlapor dimutasikan ke pengadilan agama yang kelasnya sama dengan jabatan yang sama, sambung Sunarto. Selain menghukum hakim Pl, MA juga menghukum 3 hakim pengadilan negeri di kabupaten yang sama dengan kasus yang sama yaitu hakim Rml F Tmbln, AFS Dwtr dan R Ys Hrty. Masuk dalam daftar sanksi tersebut hakim yang diadili di Majelis Kehormatan Hakim MKH kurun waktu Januari-Maret 2014 lalu. Dalam kasus di atas dapat dilihat bahwa banyak hakim di Indonesia yang memilih bermain tenis dari pada melakukan sidang, dan itu jelas melanggar etika yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang hakim yang sedang menangani kasus. 13 Juga yang telah dibahas bersama, misal hakim dengan pengacara tidak boleh saling bertemu atau sekedar minum kopi bersama atau main golf bersama. Di sini diartikan sebagai hakim menjaga etika, dan apabila hakim melakukan hal-hal tersebut di sini hakim dianggap melanggar etika. Dalam hal ini hakim di tuntut untuk menjaga etika karena tidak dipungkiri pertemuan antara pengacara yang hanya sekedar minum kopi atau bermain golf bisa mempengaruhi keputusan hakim pada sidang yang ditanganinya. Ada seorang hakim yang memang benar-benar tidak mau atau menolak pemberian hadiah meski itu bukan orang yang sedang ditangani kasusnya, atau menolak hadiah setelah menghadiri acara televisi. Di sini hakim mungkin dianggap berlebihan dalam menjaga etikanya. Namun menurut saya itu boleh saja, karena dia bersikap hati-hati dan tetap menjaga, karena pada suatu saat bisa saja dia menangani kasus seseorang tersebut dan bisa mempengaruhi keputusannya, juga menjaga image agar orang yang melihat pemberian itu tidak beranggapan hakim mudah menerima hadiah dari siapapun. BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan