Pemurnian Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT Analisis Senyawa Hasil Isolasi

metanol, kemudian di ekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksana, sehingga terbentuk 2 lapisan n-heksana dan lapisan metanol. Kemudian fraksi metanol ditampung dan dipekatkan dan kemudian dihidrolisa dengan menggunakan HCl 6. Kemudian disaring dan fitrat yang diperoleh diekstraksi partisi dengan kloroform secara berulang-ulang. Ekstrak kloroform dipekatkan kembali dengan menggunakan alat rotari-evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat kloroform sebanyak 14,62 g.

3.3.4 Isolasi Senyawa Flavonoida Dengan Kromatografi Kolom

Isolasi senyawa flavonoida secara kromatografi kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat klorofom dari buah mahkota dewa yang diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 40 70-230 mesh ASTM dan fase gerak yaitu n-heksana 100 dan campuran pelarut n-heksana : etil asetat 90:10 ; 80:20 ; 70:30 vv. Prosedur Isolasi Senyawa Flavonoida Dengan Kromatografi Kolom : Dirangkai alat kolom kromatografi, dimana terlebih dahulu dibuburkan silika gel 40 70-230 mesh ASTM dengan menggunakan n-heksana. Diaduk-aduk hingga homogen lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi. Kemudian di elusi dengan menggunakan n-heksana 100 hingga silika gel dalam kolom padat dan homogen. Dimasukkan 14,62g ekstrak klorofom buah mahkota dewa kedalam kolom kromatografi yang telah diisi dengan bubur silika gel yang telah dielusi. Kemudian ditambahkan fasa gerak n-heksana: etil asetat dengan perbandingan mulai dari 90:10vv; 80:20vv; 70:30vv, secara perlahan-lahan dan diatur sehingga aliran fasa gerak yang keluar dari Kolom Kromatografi sama banyaknya dengan jumlah fasa gerak yang ditambahkan. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 8 ml. Kemudian di KLT dan digabung fraksi yang berharga Rf sama. Setelah itu dilakukan uji Flavonoida dan diuapkan pelarutnya.

3.3.5 Pemurnian

Dilakukan pemurnian senyawa yang diperoleh dari hasil Isolasi Kromatografi kolom. Universitas Sumatera Utara Prosedur Senyawa hasil isolasi di rekristalisasi, dengan cara melarutkan kembali dengan Aseton dan kemudian diuapkan di udara terbuka hingga diperoleh kristal murni sebanyak 80mg.

3.3.6 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT

Uji kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F 254 dengan fasa gerak n-heksana: etil asetat dengan perbadingan 70:30 vv. Prosedur uji kemurnian hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis. Dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak n-heksana: etil asetat kedalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan kristal yang sebelumnya telah dilarutkan dengan klorofom pada plat KLT. Dimasukkan plat KLT yang telah ditotolkan tersebut kedalam bejana kromatografi yang telah jenuh. Setelah pelarut fasa gerak merembes hingga batas atas plat KLT dikeluarkan dari bejana kemudian dikeringkan, dan difiksasi dengan menggunakan FeCl 3 5 menghasilkan bercak berwarna hitam yang menunjukkan adanya senyawa flavonoida. Perlakuan yang sama dilakukan dan difiksasi dengan NaOH 10 yang menghasilkan bercak berwarna biru violet.

3.3.7 Analisis Senyawa Hasil Isolasi

3.3.7.1 Pengukuran Titik Lebur Senyawa hasil Isolasi

Senyawa hasil isolasi memiliki rentangan titik lebur 172 – 174 o C

3.3.7.2 Analisis senyawa hasil isolasi dengan Spektrofotometer UV-Visible

Analasis spektrofotometer UV-Visible dilakukan di Pusat Penelitian LIPI, Serpong - Tangerang. Universitas Sumatera Utara

3.3.7.3 Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer Infra Merah

Analasis spektrofotometer FT-IR dilakukan di Pusat Penelitian LIPI, Serpong - Tangerang.

3.3.7.4 Analsis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton

1 H-NMR Analasis dengan spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton 1 H-NMR dilakukan di Pusat Penelitian LIPI, Serpong Tangerang. Dengan menggunakan Aseton sebagai pelarut. Universitas Sumatera Utara

3.4 Bagan Skrining Fitokimia