3.3.2.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis KLT
Analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap Ekstrak Kloroform dengan menggunakan fase diam silika gel 60F
254
. Analisis ini dimaksudkan untuk mencari pelarut yang sesuai didalam analisis kromatografi kolom. Pelarut yg digunakan adalah
campuran pelarut n-heksana: etil asetat 90:10 ; 80:20 ; 70:30 ; 60:40 vv, sehingga diperoleh perbandingan pelarut n-heksana: etil asetat yang sesuai untuk kromatografi
kolom. Pelarut yang digunakan berdasarkan pada jumlah bercak atau noda yang terpisah dengan baik dalam kromatografi lapis tipis.
Prosedur Analisis Kromatografi Lapis Tipis : Kedalam bejana kromatografi lapis tipis dimasukkan larutan fase gerak yaitu
campuran n-heksana: etil asetat dengan campuran 90:10 ; 80:20 ; 70:30 ; 60:40 vv. Kemudian ekstrak kloroform di totolkan pada plat KLT. Lalu plat dimasukkan
kedalam bejana yang berisi pelarut yang dijenuhkan. Setelah dielusi, dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Noda terbentuk diamati dengan sinar Ultra Violet dan
difiksasi dengan pereaksi FeCl
3
1. Kemudian dihitung dan dicatat harga Rf. Yang memberikan pemisahan bercak noda yang baik adalah perbandingan perlarut n-
heksana: etil asetat 70:30 vv yang memberikan 3 noda dengan harga Rf yaitu 0,55 ; 0,42 dan 0,33.
3.3.3 Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia Dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Serbuk dari daging buah mahkota dewa ditimbang sebanyak 1170 g, dimasukkan kedalam ekstraktor kemudian ditambahkan dengan pelarut metanol sampai semua
sampel terendam oleh pelarut dan dibiarkan selama ± 72 jam dan sesekali diaduk. Ekstrak disaring dan diperoleh ekstrak berwarna merah kecoklatan. Maserasi
dilakukan secara berulang kali dengan menggunakan pelarut metanol hingga ekstrak metanol yang diperoleh memberikan hasil uji yang negatif pada pereaksi untuk
identifikasi senyawa Flavonoida. Ekstrak metanol yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan alat rotari-evaporator pada suhu 60
o
C sehingga diperoleh ekstrak pekat
Universitas Sumatera Utara
metanol, kemudian di ekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksana, sehingga terbentuk 2 lapisan n-heksana dan lapisan metanol. Kemudian fraksi metanol
ditampung dan dipekatkan dan kemudian dihidrolisa dengan menggunakan HCl 6. Kemudian disaring dan fitrat yang diperoleh diekstraksi partisi dengan kloroform
secara berulang-ulang. Ekstrak kloroform dipekatkan kembali dengan menggunakan alat rotari-evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat kloroform sebanyak 14,62 g.
3.3.4 Isolasi Senyawa Flavonoida Dengan Kromatografi Kolom
Isolasi senyawa flavonoida secara kromatografi kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat klorofom dari buah mahkota dewa yang diperoleh. Fasa diam yang digunakan
adalah silika gel 40 70-230 mesh ASTM dan fase gerak yaitu n-heksana 100 dan campuran pelarut n-heksana : etil asetat 90:10 ; 80:20 ; 70:30 vv.
Prosedur Isolasi Senyawa Flavonoida Dengan Kromatografi Kolom : Dirangkai alat kolom kromatografi, dimana terlebih dahulu dibuburkan silika gel 40
70-230 mesh ASTM dengan menggunakan n-heksana. Diaduk-aduk hingga homogen lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi. Kemudian di elusi dengan
menggunakan n-heksana 100 hingga silika gel dalam kolom padat dan homogen. Dimasukkan 14,62g ekstrak klorofom buah mahkota dewa kedalam kolom
kromatografi yang telah diisi dengan bubur silika gel yang telah dielusi. Kemudian ditambahkan fasa gerak n-heksana: etil asetat dengan perbandingan mulai dari
90:10vv; 80:20vv; 70:30vv, secara perlahan-lahan dan diatur sehingga aliran fasa gerak yang keluar dari Kolom Kromatografi sama banyaknya dengan jumlah fasa
gerak yang ditambahkan. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 8 ml. Kemudian di KLT dan digabung fraksi yang berharga Rf sama. Setelah itu
dilakukan uji Flavonoida dan diuapkan pelarutnya.
3.3.5 Pemurnian