tanggal 27 Desember 1947, bersamaan dengan berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat KRIS 1949.
83
Dengan berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat, maka berdasarkan Pasal 2 huruf a Konstitusi RIS, Republik Indonesia hanyalah merupakan salah
satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat, dan wilayahnya negara Republik Indonesia adalah daerah yang disebut dalam Perjanjian Renville. Dalam
Perjanjian Renville, Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
84
Undang-undang Dasar 1945 yang semula berlaku untuk seluruh Indonesia maka mulai tanggal 27
Desember 1949 hanya berlaku dalam wilayah Negara Bagian Republik Indonesia dengan ibukota Yogyakarta.
Berdasarkan hasil KMB, pada tanggal 17 Desember 1949 Soekarno terpilih menjadi presiden dan Hatta menjadi wakil presiden Negara RIS. Dua hari
setelah pemilihan itu, kabinet Hatta II melakukan reshuffle dan pada 20 Desember dibentuk Kabinet Negara RIS dengan perdana menteri Hatta yang dikenal dengan
kabinet Hatta III. Berbarengan dengan terbentuknya Kabinet peralihan dengan Susanto Tirtoprojo sebagai perdana menteri. Kabinet peralihan negara bagian RI
berakhir pada 21 Januari 1950, yaitu dengan terbentuknya kabinet baru dengan perdana menteri Abdul Halim dan presidennya Assat. Kabinet defintif negara
bagian RI ini kemudian dikenal dengan Kabinet Halim.
2. Sistem Pemerintahan Berdasarkan Konstitusi Republik Indonesia
Serikat 1949
83
Ibid, hlm 107.
84
http:id.wikipedia.orgwikiPerjanjian_Renville, diakses tanggal 5 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
Dengan berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat RIS 1949 karakter sistem pemerintahan dapat ditelusuri dari sejumlah aturan berikut yaitu :
1. Pasal 1 Ayat 2: kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.
2. Pasal 68 Ayat 1: Presiden dan Menteri-menteri merupakan Pemerintah. Ayat 2 : menentukan bahwa, yang dimaksud dengan pemerintah menurut Konstitusi
Republik Indonesia Serikat ialah Presiden seorang atau beberapa atau beberapa menteri, yakni menurut tanggung jawab khusus atau tanggung jawab umum
mereka itu. 3. Pasal 69 Ayat 1 : Presiden ialah kepala negara, dan Ayat 2 : Beliau dipilih
oleh orang-orang yang dikuasakan oleh pemerintah daerah-daerah bagian. 4. Pasal 72 Ayat 1 : jika perlu karena presiden berhalangan, maka beliau
memerintahkan perdana menteri menjalankan pekerjaan jabatannya sehari-hari. 5. Pasal 117 ayat 1 menentukan bahwa tugas penyelenggaraan pemerintah
federal dijalankan oleh Pemerintah Republik Indonesia Serikat. Ayat 2 : Pemerintah menyelenggarakan kesejahteraan Indonesia dan teristimewa
menyusun, supaya konstitusi, undang-undang Federal dan peraturan-peraturan lain yang berlaku untuk Republik Indonesia Serikat dijalankan.
6. Pasal 118 Ayat 1 : presiden tidak dapat diganggugugat. Ayat 2 : Menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik secara bersama-
sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri. 7. Pasal 127 a : kekuasaan perundang-undangan federal dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketentuan tersebut, Konstitusi RIS 1949 menganut sistem pemerintahan parlementer sistem pertanggungjawaban menteri. Karakter sistem
parlementer dalam Konstitusi RIS yaitu 1. Adanya pemisahan antara kepala negara dan kepala pemerintahan. Kepala
negara adalah presiden sementara kepala pemerintahan adalah perdana menteri. Kedudukan presiden lebih bersifat seremonial dan simbol kenegaraan saja.
2. Sebagai kepala negara, kekuasaan presiden tidak dapat diganggu gugat. Presiden tidak dapat diminta pertanggungjawabannya atas tugas-tugas
pemerintahan. Karena kedudukan presiden adalah sebagai kepala negara bukan sebagai kepala pemerintahan.
3. Menteri-menteri bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Jika kebijakan menteri atau menteri-menteri tidak diterima Dewan
Perwakilan Rakyat maka menteri harus mengundurkan diri.
C. Masa Berlaku Undang-undang Dasar Sementara 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959