praktiknya, arah untuk mempertegas sistem pemerintahan presidensial tersebut masih mengalami hambatan karena terjadi pertentangan antara pasal yang terdapat
dalam hasil amandemen UUD 1945 itu sendiri.
15
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan adapun perumusan masalah yang diangkat adalah
1. Bagaimana sistem pemerintahan di Negara Republik Indonesia sebelum
amandemen Undang-Undang Dasar 1945? 2.
Bagaimana penerapan sistem pemerintahan presidensial di Negara Republik Indonesia setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui sistem pemerintahan Indonesia sebelum dan sesudah
amandemen Undang-Undang Dasar 1945. 2.
Mendapatkan pemahaman mengenai penerapan sistem pemerintahan presidensial di Indonesia.
2. Manfaat Penulisan A.
Secara Teoritis
Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, menambah dan melengkapi perbendaharaan dan koleksi karya ilmiah serta memberikan
15
Abdul Ghoffar, Op.Cit., hlm xiv.
Universitas Sumatera Utara
kontribusi pemikiran dalam hal sistem pemerintahan setelah adanya
amandemen UUD 1945. B.
Secara Praktis
Hasil penulisan ini semoga bermanfaat bagi semua orang, terutama untuk peminat pada perkuliahan di Fakultas Hukum dan untuk sumbangan
pemikiran ilmiah hukum positif Indonesia. Penulisan ini diharapkan mampu mengggambarkan tentang penerapan sistem pemerintahan
presidensial di
Indonesia pasca amandemen UUD 1945.
D.KEASLIAN PENULISAN
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Penerapan Sistem
Presidensial Di Negara Republik Indonesia Setelah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 dan dari informasi yang diperoleh dari perpustakaan, judul ini belum
pernah ditulis sebagai skripsi. Kemudian, permasalahan yang dimunculkan dalam penulisan ini merupakan hasil olah pikir dari penulis sendiri. Dalam skripsi ini,
penulis mencoba untuk mengarahkan penerapan sistem pemerintahan presidensial di Indonesia setelah amandemen UUD 1945. Oleh karena itu, keaslian dari tulisan
ini dapat dijamin oleh penulis.
E. Tinjauan Kepustakaan 1.
Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata yaitu sistem dan pemerintahan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian sistem.
Menurut Poerwodarminto bahwa sistem adalah 1 seperangkat unsur yang secara
Universitas Sumatera Utara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, 2 susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya, dan 3 metode.
16
Sedangkan
Menurut Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, pengertian sistem adalah :
“Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun
hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang jika
akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya itu”.
17
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan, pengertian sistem adalah seperangkat atau suatu keseluruhan yang utuh yang terdiri beberapa bagian
yang yang mempunyai hubungan fungsional terhadap keseluruhannya dan memiliki keterkaitan antara bagian-bagian untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan kata pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan pemerintah berasal dari induk kata perintah. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata
tersebut memiliki arti sebagai berikut: a.
Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; b.
Pemerintah ialah kekuasaan yang memerintah suatu negara atau badan tertinggi yang memerintah suatu negara;
c. Pemerintahan adalah suatu perbuatan atau cara, urusan dalam hal
memerintah.
18
16
http:id.shvoong.comsocial-sciencessociology2024097-pengertian-sistem, diakses 23 Maret 2011.
17
Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hlm 171.
18
. http:mjieschool.blogspot.com200810sistem-pemerintahan-pertemuan-1.html, diakses pada 24 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan juga memiliki dua pengertian yang berbeda yaitu pemerintahan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, pemerintahan
adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan Negara. Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya
dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
19
Jadi, sistem pemerintahan diartikan sebagai seperangkat atau suatu keseluruhan utuh yang
terdiri atas berbagai bagian yang yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan.
20
Kekuasaan dalam suatu negara menurut Montesqieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan membentuk undang-
undang, Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaaan yang menjalankan undang- undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan, dan kekuasaan yudikatif
yaitu kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Jadi sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga
negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Lembaga-
lembaga negara yang berada dalam suatu sistem pemerintahan negara bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk dapat mewujudkan tujuan dari
19
.Ibid.
20
http:uzey.blogspot.com diakses 4 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan negara yang bersangkutan.
21
Secara umum sistem pemerintahan terbagi atas dua yaitu sistem parlementer dan sistem presidensial.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial
A. Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan dimana menteri-menteri harus mempertanggung jawabkan kinerja eksekutifnya.
22
Sistem pemerintahan parlementer merupakan sistem pemerintahan yang paling luas
diterapkan didunia. Menurut sejarah, Negara Inggris merupakan tempat kelahiran sistem pemerintahan parlementer.
23
Sistem parlementer lahir dari pertanggungjawaban menteri seperti yang terjadi di Inggris dimana seorang raja tidak dapat diganggu-gugat the king can do
no wrong, maka jika terjadi perselisihan antara raja dan rakyat, maka menterilah yang bertanggung jawab atas kebijakan raja. Sebagai contoh, Thomas Wenthwoth
salah satu menteri pada masa Raja Karel I dituduh melakuka tindak pidana oleh majelis rendah. Kemudian karena terbukti, menteri tersebut dijatuhi hukuman
mati oleh majelis tinggi. Dari pertanggungjawaban pidana ini, kemudian lahir pertanggungjawaban politik, dimana menteri harus bertanggung jawab atas
seluruh kebijaksaanaan pemerintah terhadap parlemen.
24
Sistem parlemen telah terjadi sejak permulaan abad ke-18 di Inggris. Dari sejarah ketatanegaraan, dapatlah dikatakan, bahwa sistem parlementer ini adalah
21
Ibid.
22
http:ngotakngatik.blogspot.com201001macam-sistem-pemerintahan beserta.html, diakses pada 5 Agustus 2011.
23
Saldi Isra, Op.Cit., hlm 26.
24
Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.Cit, hlm 172.
Universitas Sumatera Utara
kelanjutan dari bentuk negara Monarchi Konstitusionil, di mana kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi. Karena itu dalam sistem parlementer, raja atau ratu dan
presiden, kedudukannya adalah sebagai kepala negara. Contoh kedudukan ratu di Inggris, raja di Muangthai dan presiden di India. Selanjutnya yang disebut
eksekutif dalam sistem parlementer adalah kabinet itu sendiri. Kabinet yang terdiri dari perdana menteri dan menteri-menteri, bertanggung jawab sendiri atau
bersama-sama kepada parlemen. Kesalahan yang dilakukan oleh kabinet tidak dapat melibatkan kepala negara. Karena itulah di Inggris dikenal istilah “the king
can do no wrong”.
25
Untuk lebih jelasnya karakter sistem pemerintahan parlementer akan diuraikan sebagai berikut :
1. Hubungan antara eksekutif dan badan perwakilan sangat erat. Hal ini
disebabkan adanya pertanggung jawaban para menteri terhadap parlemen, oleh karena itu kabinet yang dibentuk harus memperoleh dukungan
dengan suara yang terbanyak dari parlemen. Sehingga kebijaksanaan pemerintah atau kabinet tidak boleh menyimpang dari yang dikehendaki
parlemen.
26
2. Fungsi eksekutif dibagi kedalam dua bagian yaitu kepala pemerintahan
dan kepala negara. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana menteri atau kanselir. Kepala negara adalah seorang presiden sebagaimana
25
Ibid, hlm 173.
26
Ibid., hlm 172.
Universitas Sumatera Utara
yang ada di Jerman, India, dan Italia atau seorang ratu di Inggris dan seorang kaisar seperti di Jepang.
27
3. Pada umumnya sistem kepartaian yang dianut dalam sistem pemerintahan
parlementer adalah sistem multi partai. Walaupun demikian ada negara yang menganut sistem partai yang sederhana seperti Inggris yang
menganut sistem dua partai. 4.
Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet dan sekaligus sebagai Perdana Menteri adalah ketua partai politik yang
memenangkan pemilihan umum. Sedangkan pihak yang kalah akan berlaku sebagai pihak oposisi. Dalam sistem multi partai, karena tidak satu
pun parlemen dari partai politik yang menguasai parlemen secara mayoritas, maka pembentukan kabinet tidak lancar seperti yang ada pada
sistem dua partai. Formatur pembentuk kabinet harus membentuk kabinet secara koalisi berdasarkan kekuatan perimbangan di parlemen.
28
Karena koalisi dibentuk atas dasar kompromi, maka kadang kala dukungan partai politik ditarik dengan menarik menterinya di kabinet lalu
mengembalikan mandatnya kepada kepala negara. Oleh karena itu, banyak pendapat yang mengatakan sistem parlementer yang diikuti dengan sistem
multi partai sering menimbulkan ketidakstabilan pemerintahan karena sering terjadi pertukaran kabinet.
29
5. Menteri-menteri biasanya berasal dari anggota parlemen. Para anggota
pemerintahan memiliki peranan ganda dalam sistem parlementer. Mereka
27
Abdul Ghoffar, Op.Cit., hlm 55.
28
Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.Cit, hlm 174.
29
Ibid., hlm 175
Universitas Sumatera Utara
tidak saja sebagai menteri tetapi juga menjadi anggota parlemen. Namun, tidak semua negara parlementer yang memiliki menteri yang juga anggota
parlemen. Di negara-negara tertentu seperti Belanda, Norwegia dan Luxemburg memiliki larangan para menteri untuk menjadi anggota
parlemen.
30
6. Pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen, bukan kepada rakyat.
Karena pemerintah secara keseluruhan tidak dipilih secara langsung oleh para pemilih, maka pertanggung jawaban kepada rakyat juga dilaksanakan
secara tidak langsung yaitu melalui parlemen.
31
7. Kepala Pemerintahan dapat memberikan pendapat kepada kepala negara
untuk membubarkan parlemen. Dalam monarki pra-parlementer di Eropa, jika tidak puas dengan kinerja parlemen, maka raja dapat membubarkan
salah satu atau kedua badan legislatif. Pada saat ini, kepala negara tetap dapat membubarkan parlemen tetapi harus berdasarkan permintaan kepala
pemerintahan.
32
8. Adanya prinsip supremasi parlemen yaitu kedudukan parlemen dianggap
lebih tinggi dari bagian-bagian pemerintahan. Kedudukan pemerintah kabinet lebih rendah dari parlemen, sehingga pemerintah harus
bergantung pada parlemen bila ingin tetap berkuasa.
33
9. Kekuasaan Negara terpusat pada parlemen. Penyatuan kekuasaan eksekutif
dan legislatif di parlemen menjadikan parlemen menjadi pusat kekuasaan
30
Arend Lijphart, Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial, PT RajaGrafindo, Jakarta, 1995,hlm 41.
31
Ibid.
32
Ibid
33
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
negara. Agar sistem pemerintahan parlementer bisa berjalan dengan baik, maka pemerintah sebaiknya tidak menentang penolakan atau kritik atas
program pemerintah yang disampaikan parlemen.
34
Kelebihan dari sistem pemerintahan parlementer adalah 1.
Pembuatan kebijakan dapat dilakukan secara cepat karena penyesuaian pendapat yang mudah antara eksekutif dan legislatif. Hal ini dikarenakan
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
2. Pertanggungjawaban dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
yang jelas yaitu kabinet. 3.
Dengan adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet, maka kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
35
Sedangkan kekurangan sistem pemerintahan parlementer adalah 1.
Kedudukan pemerintah atau eksekutif sangat bergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga aewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan
oleh parlemen. 2.
Kedudukan pemerintah atau eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesua dengan masa jabatnnya karena eksekutif dapat dibubarkan
sewaktu-waktu. 3.
Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal ini terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
34
Ibid
35
http:karuniayeni.blogspot.com, diakses pada 5 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
4. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan menjadi bekal untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
36
B. Sistem Pemerintahan Presidensial