Tingkat Stres Pada Pasien Skizofrenik Fase Stabilisasi Pengobatan

(1)

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

FASE STABILISASI PENGOBATAN

TESIS

OLEH :

SUPERIDA BR GINTING SUKA

087106006

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

FASE STABILISASI PENGOBATAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar magister di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

SUPERIDA BR GINTING SUKA 087106006

PROGRAM MAGISTER SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : Tingkat Stres Pada Pasien Skizofrenik Fase

Stabilisasi Pengobatan

Nama Mahasiswa : Superida Br Ginting Suka

Nomor Induk Mahasiswa : 087106006

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Prof.dr.Bahagia Loebis, SpKJ(K) Ketua

Ketua Program Magister Ketua TKP PPDS

Prof.dr.H. Chairuddin P Lubis, DTM&H,SpA(K) dr.Zainuddin Amir SpP(K

NIP. 194503181973021001 NIP. 195406201980111001


(4)

Telah diuji pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr. Bahagia Loebis, SpKJ (K)

Anggota : 1. Prof.dr. H.M Joesoef Simbolon, SpKJ (K) ...

2. dr. Elmeida Effendy, SpKJ ...

3. dr. Dapot P Gultom, SpKJ ...


(5)

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

FASE STABILISASI PENGOBATAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.

Medan, Januari 2012


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa Mahmud Amin, SpKJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan –masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. dr. Elmeida Effendy, SpKJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri FK USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengoreksi, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. Prof.dr. Bahagia Loebis, SpKJ(K), sebagai guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang banyak memberikan koreksi dan masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 5. Para guru besar dan konsultan psikiatri, dr. H. Harun Thaher Parinduri,


(7)

Simbolon, SpKJ(K), yang tidak pernah lelah memberikan arahan, masukan,koreksi yang membangun kepada penulis.

6. Para guru dr. Raharjo Suparto, SpKJ, Alm. dr. H. Marhanuddin Umar, SpKJ(K), dr.M. Surya Husada, SpKJ, selaku senior dan guru penulis yang banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. dr. Vita Camellia, SpKJ, selaku guru dan pembimbing penulis dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, yang banyak memberikan koreksi dan masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

8. Para dosen luar biasa dr.Juskitar, SpKJ, dr. Herlina Ginting, SpKJ, dr. Mawar Gloria Tarigan, SpKJ, dr. Freddy Nainggolan, SpKJ, yang telah banyak memberi masukan selama penulis mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

9. dr. Sulastri Effendi, SpKJ, dr. Evawaty Siahaan, SpKJ; dr. Donald F. Sitompul, SpKJ; dr. Artina Roga Ginting, SpKJ; dr. Rosminta Girsang, SpKJ; dr. Paskawani Siregar, SpKJ; dr. Citra Julita Tarigan, SpKJ; dr. Vera R.B. Marpaung, SpKJ; dr. Yusak P.Simanjuntak, SpKJ; dr. Adhayani Lubis, SpKJ, dr. Juwita Saragih, SpKJ; dr. Rudyhard Hutagalung, SpKJ; dr. Laila Sari, SpKJ; dr. Fredrich Lupini, SpKJ; dr. Evalina Perangin-angin, SpKJ; dr. Victor Eliezer Perangin-angin, SpKJ; dr. Siti Nurul Hidayati, SpKJ; dr. Lailan Sapinah, SpKJ; dr. Silvy Agustina Hasibuan, SpKJ sebagai senior, yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis


(8)

selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

10. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Tembakau Deli Sumatera utara Medan, atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa. 11. dr. Dapot Parulian Gultom, SpKJ, M. Kes, selaku Kepala BLUD RS Jiwa

Propinsi Sumatera Utara Medan, atas izin, kesempatan, fasilitas dan pengarahan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis dalam penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

12. dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Pencegahan FK USU dan konsultan metodologi penelitian dan statistik penulis dalam penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.

13. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU; dr. Herny Taruli Tambunan, dr. Mila Astari Harahap, dr. Ira Aini Dania, dr. Baginda Harahap, dr. Muhammad Yusuf, dr. Ricky Wijaya Tarigan, dr. Ferdinan Leo Sianturi, dr. Hanip Fahri, dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr. Andreas Xaverio Bangun, dr. Dian Budianti Amalina, dr. Tiodoris Siregar, dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Duma M. Ratnawati, dr. Nauli Aulia Lubis, dr. Nanda Nurlita Sari, dr. Taufik Wijaya Tiji, dr. Agussyah Putra, dr. Alfi Syahri


(9)

Rangkuti, dr. Rini Gusya Liza, dr. Gusri Girsang, dr. Dessy Wahyuni, dr. Ritha Mariati Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati, dr. Annissa Fransiska, dr. Dessi Mawar Zalia, dr.Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, dr. Rosa Yunilda, dr. Arsusy Widyastuty, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal dan informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

14. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

15. Kepada Direktur Rumah Sakit Bhayangkara Poldasu yang memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan, rekan sejawat, para staf medis dan non medis Rumah Sakit Bhayangkara yang telah dengan sabar memberi arahan kepada penulis selama bekerja di RS Bhayangkara dan mendoakan serta memberi semangat agar penulis melanjutkan Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

16. Semua pasien Skizofrenik beserta keluarga yang telah bersedia berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian untuk keperluan tesis ini.


(10)

17. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan kasihi Simon Ginting Suka dan Reh Malem br Taringan, yang telah penuh perjuangan membesarkan, memberikan perlindungan, kasih sayang dan penyertaan doa yang tidak pernah urung serta dukungan penuh dalam menjalani banyak hal terutama selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18. Kepada kedua mertua saya, bapak Adma Tarigan Sibero dan Ibu Dem br Ginting Suka, SPd, yang banyak memberikan semangat, dorongan dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

19. Kepada Seluruh abang dan kakak saya Drs. Riswan Ginting Suka (Alm), Sukaria br Ginting Suka AM.Kep, AKBP.dr. Athonius Ginting Suka SpOG, MARS, Maspelita br Ginting Suka Amd, AKP.dr. Martinus Ginting Suka dan adik saya IPDA (Anumerta) Eddy Ginting Suka, dan juga seluruh ipar saya; Ruth br Sitepu, Alm. Udin Sembiring, SE, Roswitha Bukit, SE.AK, Rasidin Tarigan, dr. Leksolie Lirodon FoES, dr. Juliyanti Tarigan Sibero, Gelora Adil Ginting, SH, MM, Nora Novita Tarigan Sibero ST, Kapten.CPN. Armanta Ginting, SSi, beserta semua keponakanku yang terkasih yang banyak memberikan semangat, inspirasi, dukungan dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

20. Akhirnya kepada suami tercinta, Dael Efraim Tarigan Sibero SE.AK, dan kedua anak saya tersayang Hans Sergio Keiji Tarigan Sibero, Callista Viola


(11)

Candy Tarigan Sibero, terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat, pengorbanan, pengertian dan kasih sayang yang senantiasa diberikan kepada penulis, sehingga penulis tidak pernah berjalan sendirian melalui semuanya.

Akhir kata, semoga Bapa Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik moril maupun materil, dalam mewujudkan cita-cita penulis.

Medan, Januari 2012


(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

PPDGJI-III : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia

PTSD :

SPSS :

Post Traumatik Stress Disorders

SD : Sekolah Dasar

Statistical Package for Social Sciences

SMP : Sekolah Menengah Pertama


(13)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing i

Ucapan TerimaKasih i

Daftar Isi i

Daftar Tabel i

Daftar Singkatan dan Lambang i

Abstrak 1

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1,1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 1

1.3. Tujuan penelitian 3

a. Tujuan Umum 3

b. Tujuan Khusus 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Skizofrenia 4

2.2. Stres 4

2.3. Fase Stabilisasi pengobatan skizofrenia 4

2.4. Kerangka konsep 4

BAB 3. METODE PENELITIAN 5

3.1. Desain Penelitian 5

3.2. Tempat dan Waktu 5


(14)

3.4. Estimasi Besar Sampel 5

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 5

3.5.1. Kriteria Inklusi 5

3.5.2. Kriteia Eksklusi 5

3.6. Ijin Subjek Penelitian 5

3.7. Etika Penelitian 5

3.8. Cara Kerja Penelitian 5

3.9.Kerangka Operasional 5

3.10. Definisi Operasional 5

3.11. Analisis dan Penyajian Data 5

3.12. Jadwal Penelitian 5

BAB 4. HASIL 6

BAB 5. PEMBAHASAN 7

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 8

6.1. Kesimpulan 8

6.2. Saran 8

BAB 7. RINGKASAN 9

DAFTAR RUJUKAN 10

Lampiran

1. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 11 2. Lembar persetujuan Setelah Penjelasan (

3.

Informed Consent) 12


(15)

6. 7.

Kuesioner Daily Hassles Stress 16

8. Data Tingkat Stres Pada Pasien Skizofrenik 18


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, Pekerjaan dan tingkat pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik dengan Daily Hassles Scale.

Tabel 4.3 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 4.4 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan Kelompok umur.

Tabel 4.5 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 4.6 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan Pendidikan.

Tabel 4.7 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan Tempat tinggal.


(17)

ABSTRAK

Objektif : Untuk mengetahui tingkat stres pada pasien skizofrenik pada fase stabilisasi pengobatan dan perbedaan karakteristik demografi berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal terhadap tingkat stres.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sistemik randomisasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah sampel mencapai 100 orang, yang dilakukan terhadap pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri Umum BLUD Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, selama periode 1 Maret 2010 sampai dengan 31 Agustus 2010. Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara langsung secara autoanamnesis dengan menggunakan skala pengukuran Daily Hassles Scale.

Hasil : Dari 100 pasien skizofrenik didapati bahwa tingkat stres

menengah adalah sebesar 31 orang (31%), tingkat stres tinggi sebesar 33 orang (33%) dan tingkat stres paling tinggi sebesar 36 orang (36%).

Berdasarkan demografi dijumpai tingkat stres paling tinggi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 27 orang (75%), pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 17 orang (47,2%), pada kelompok


(18)

yang tidak bekerja sebesar 24 orang(66,7%), pendidikan SMA sebesar 22 orang (61%), dan tempat tinggal diluar kota medan sebesar 27orang (75%).

Kesimpulan : Didapati tingkat stres paling tinggi pada pasien skizofrenik fase stabilsasi pengobatan yaitu sebesar 36 orang (36%), jenis kelamin laki-laki, usia 33-44 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, dan tinggal diluar kota Medan


(19)

ABSTRAK

Objektif : Untuk mengetahui tingkat stres pada pasien skizofrenik pada fase stabilisasi pengobatan dan perbedaan karakteristik demografi berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal terhadap tingkat stres.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sistemik randomisasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah sampel mencapai 100 orang, yang dilakukan terhadap pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri Umum BLUD Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, selama periode 1 Maret 2010 sampai dengan 31 Agustus 2010. Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara langsung secara autoanamnesis dengan menggunakan skala pengukuran Daily Hassles Scale.

Hasil : Dari 100 pasien skizofrenik didapati bahwa tingkat stres

menengah adalah sebesar 31 orang (31%), tingkat stres tinggi sebesar 33 orang (33%) dan tingkat stres paling tinggi sebesar 36 orang (36%).

Berdasarkan demografi dijumpai tingkat stres paling tinggi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 27 orang (75%), pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 17 orang (47,2%), pada kelompok


(20)

yang tidak bekerja sebesar 24 orang(66,7%), pendidikan SMA sebesar 22 orang (61%), dan tempat tinggal diluar kota medan sebesar 27orang (75%).

Kesimpulan : Didapati tingkat stres paling tinggi pada pasien skizofrenik fase stabilsasi pengobatan yaitu sebesar 36 orang (36%), jenis kelamin laki-laki, usia 33-44 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, dan tinggal diluar kota Medan


(21)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang membicarakan stres dalam kehidupan mereka, dan sering sekali merupakan pemikiran pertama saat konsultasi dengan seorang psikiater. Semua orang rentan untuk mengalami kesulitan-kesulitan hidup. Stres sering disebut sebagai suatu penyebab psikopatologi mayor, suatu presipitator atau trigger dari penyakit penyakit psikiatrik.

Keterlibatan stres pada perkembangan gangguan psikiatrik seperti depresi, Post Traumatic Stress Disorders, dan skizofrenia sudah diterima secara umum.

1

Pada skizofrenia, stres didiskripsikan secara menonjol dalam istilah peristiwa kehidupan dan emosi yang diekspresikan. Dalam beberapa studi, pengaruh peristiwa kehidupan yang stressful pada dekompensasi psikotik dan frekuensi relaps telah ditegakkan dengan baik. Lebih lanjut, tingkat emosi yang diekspresikan dalam keluarga telah dideskripsikan terhadap perburukan atau dekompensasi menjadi lebih baik pada pasien skizofrenia, secara berturut-turut, saat penyakit berkembang. Bahkan lebih penting pengamatan yang kontras terhadap peristiwa kehidupan yang berat, stres yang relatif ringan atau yang disebut Daily Hassles,ditentukan oleh besarnya stres yang dialami secara subjektif pada pasien-pasien skizofrenik, dan untuk beberapa perluasan, jumlah


(22)

simtom-simtom psikotik yang ditampilkan. Stres yang relatif ringan ini mungkin bahkan menjadi prediktif pada kerentanan relaps.

Asumsi bahwa stres yang terlihat pada onset penyakit skizofrenia yang sebenarnya masih kurang jelas dan hanya dilaporkan pada pasien minoritas. Meskipun, pengurangan stres yang melalui intervensi dan pelatihan keterampilan sosial dan atau eduksi keluarga telah terbukti berharga dalam pengelolaan psikosis. Bagaimanapun ketika pasien diobati secara adekuat dengan antipsikotik dan dukungan sosial mereka hanya terlindungi secara parsial dan masih rentan terhadap stres. Ini menyatakan bahwa pasien-pasien skizofrenik mungkin mengalami sensitivitas yang berubah terhadap stres.

2

Sensitivitas terhadap stres ini pada pasien-pasien skizofrenik telah dikonseptualisasikan bahwa pasien skizofrenia memiliki kepekaan terhadap stres, yang telah dikonseptualisasikan pada Vulnerability-stress model, dengan perhatian terhadap etiologi dan patogenesis skizofrenia.

2

Beberapa studi telah melaporkan bahwa data pasien skizofrenik memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan diagnosis penyakit psikiatrik lain. Studi lain juga melaporkan bahwa pasien skizofrenik memiliki peristiwa hidup lebih stres dari populasi umum.

2

3

Ada tujuh studi, tersebut setidaknya lima dari tujuh pasien-pasien skizofrenik terlibat, yang mana peristiwa kehidupan secara retrospektip dinilai untuk periode waktu 3 sampai 12 bulan sebelum opname. Al Khani dan teman-teman melaporkan bahwa mereka merekrut pasien-pasien dari klinik perawatan, tetapi mereka juga tampaknya menilai stresor kehidupan secara retrosepektif


(23)

apakah peningkatan gejala tersebut selalu ikut terlibat atau berapa banyak waktu yang telah berlalu antara onset, dan waktu pengumpulan data peristiwa kehidupan. Sampel Schwartz dan Myers terdiri dari pasien yang didiagnosis skizofrenik diwawancarai 2-3 tahun setelah keluarnya. Dalam studi terakhir peristiwa kehidupan dinilai enam bulan sebelum periode waktu timbulnya peningkatan gejala. Pengukuran stresor peristiwa kehidupan adalah wawancara terstruktur atau dengan check – lists.

Penelitian terakhir yang memberikan 14 perbandingan apakah pasien-pasien skizofrenik melaporkan tingkat stresor peristiwa kehidupan yang lebih tinggi dibanding yang normal. Lima dari 14 perbandingan (36%), pasien menunjukkan tingkat stresor yang lebih tinggi. Untuk sampel normal tidak ada menunjukkan perbandingan stresor yang lebih tinggi.

3

3

The Americant Psychiatric Association Practice Guideline for the Treatment of Schizophrenia menggambarkan tiga fase dari integrasi tujuan pengobatan yaitu: fase akut, fase stabilisasi, dan fase stabil. Dimana pada fase stabilisasi ini gejala-gejala psikotik akut secara bertahap menurun dalam tingkat keparahan. Fase ini berlangsung rata-rata 6 bulan setelah onset episode akut. Selama fase ini individu-individu yang paling rentan terhadap relaps. Gejala membaik, tetapi pasien tetap rentan untuk kambuh jika dosis obat dikurangi atau jika ada stres lingkungan.6

Karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stres pada pasien skizofrenik, hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.6


(24)

1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah tingkat stres yang dialami oleh pasien skizofrenik di fase stabilisasi pengobatan.

2. Berapakah proporsi tingkat stres berdasarkan demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tempat tinggal) terhadap stres pada pasien skizofrenik pada fase stabilisasi pengobatan.

1.3. Tujuan penelitian

a. Tujuan Umum:

Untuk mengetahui tingkat stres yang dapat terjadi pada pasien skizofrenik di fase stabilisasi pengobatan.

b. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui proporsi tingkat stres pada pasien skizofrenik yang berada pada fase stabilisasi pengobatan berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, pekerjaan, tingkat pendidikan dan tempat tinggal.

1.4. Manfaat penelitian


(25)

2. Dapat menjadi salah satu sumber data untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan tingkat stres pada pasien skizofrenik.

3. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi tempat penelitian sehubungan dengan penyusunan strategi untuk mendeteksi stres pada pasien skizofrenik sejak dini.


(26)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. Tanda dan manifestasinya bervariasi di antara pasien dari waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit ini biasanya berat dan bertahan seumur hidup. Kelainan biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun, menetap seumur hidup, dan mempengaruhi semua status sosial. Pasien dan keluarga penderita skizofrenia biasanya mengalami pengasingan secara sosial karena ketidakpedulian yang menyeluruh terhadap penyakit ini.

Walaupun skizofrenia didiskusikan sebagai penyakit tunggal, tetapi mungkin saja merupakan sekumpulan kelainan yang terdiri dari berbagai etiologi, dan meliputi gambaran klinis, respons pengobatan dan rangkaian penyakit yang bervariasi. Klinisi harus menyadari bahwa diagnosis skizofrenik, seluruhnya didasarkan pada riwayat psikiatri dan pemeriksaan status mental.

1

Skizofrenia yang mengenai kurang lebih 1% dari populasi, biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun, bertahan sepanjang kehidupan dan mempengaruhi orang dari seluruh kelas sosial. Baik penderita maupun keluarganya mengalami permasalahan sosial dari masyarakat akibat ketidaktahuan yang besar mengenai penyakit tersebut.

4


(27)

skizofrenia dalam kehidupan mereka. Prevalensi skizofrenia sama pada pria dan wanita. Puncak usia timbulnya serangan pertama atau onset adalah 10-25 tahun pada pria dan 25-35 tahun pada wanita. Sekitar 90 % pasien dalam pengobatan untuk skizofrenia berusia antara 15-55 tahun.

Model Diatesis stres pada skizofrenia merupakan suatu teori kontemporer yang populer, yang menyarankan manifestasi dari skizofrenia adalah multi determine, hasil interaksi antara predisposisi genetik dan lainnya. Faktor-faktor tersebut menambah kecenderungan peningkatan skizofrenia tetapi bukan penyerta yang spesifik, seperti kondisi lingkungan berperan sebagai faktor non spesifik.

6,7

Bukti - bukti menyokong bahwa beberapa individu dengan skizofrenik adalah lebih rentan terhadap eksaserbasi gejala-gejala dibawah stres daripada yang lainnya.

4

4-5

2.2. Stres

Stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban, stres itu sendiri bermacam-macam bisa berat, bisa juga ringan, dan stres berat

mengakibatkan berbagai gangguan. Stres merupakan suatu penyebab

psikopatologi mayor, suatu presipitator dari penyakit psikiatri dan suatu penyumbang untuk penderitaan mental yang sungguh-sungguh.

Beberapa teori etiologi dari skizofrenia memfokuskan pada genetik dan faktor lingkungan atau kombinasi keduanya. Yang mana cukup bukti tentang


(28)

kehidupan yang merugikan dan stres sosial mulai dari keluarga berperan penting dalam menentukan penyebab dari penyakit secara keseluruhan.

Respons terhadap stres, respons normal terdiri dari tiga komponen : 6

1) Respons emosi dengan perubahan somatis yang menyertai. 2) Respons psikologis yang mengurangi dampak pengalaman itu.

3) Cara menghadapi situasi (coping) dan respons emosi berkaitan dengan itu. Coping adalah kemampuan individu untuk mengatasi berbagai masalah yaitu perilaku, kognitif, dan respons emosional, dalam stres yang didapat, agar dapat menguasai situasi ini dan mengurangi dampak dari stres yang datang itu.

8

Pasien dengan skizofrenia cenderung untuk menggunakan strategi coping pada kehidupan stressfull.

3,10

Perlekatan vulnerability-stress pada skizofrenia menyatakan tingkat dukungan yang berbeda terhadap hubungan antara stres dan skizofrenia pada tiga tipe perbandingan yang telah dilaporkan;

3,10

a. Tingkat stresor peristiwa kehidupan pada pasien skizofrenik dalam perbandingan dengan kelompok gangguan psikiatri lainnya.

b. Tingkat stresor tersebut pada pasien skizofrenik dalam perbandingan dengan kontrol normal.

c. Tingkat stresor tersebut pada pasien skizofrenik yang bervariasi dalam keparahan gejala.

Studi yang menyelidiki dampak stres sehari-hari atau Hassles, baik stres fisik dan kesehatan psikologi, dari individu yang menalami gangguan mental.


(29)

keuangan, kesepian, kebosanan, kriminal, keprihatinan tentang prestasi dan penurunan kesehatan. Level tertinggi dari stres yang mana berhubungan pada kenaikan somatik dan simtomatologi psikiatrik, indikasi asosiasi nyata dengan Hassles dan adaptasi jalan keluar dalam populasi sampel secara keseluruhan.

Tidak sama dengan skala kehidupan yang biasanya yang hanya fokus pada kehidupan sekitar kita. Daily Hassles stress mempunyai ide dimana setiap harinya seseorang itu menjumpai stresor di lingkungannya yang mungkin juga memberikan pengaruh negatip pada kesehatan mental dan psikis individu itu sendiri. Apapun kejadian yang dihadapi dapat menjadi ancaman besar atau tantangan.

9

Daily Hassles Stress terdiri dari 51 pertanyaan tentang kehidupan sehari-hari yang terjadi pada selama beberapa bulan. Dan dinilai dengan menggunakan angka numerik 1 - 4. Setelah itu dihitung hasil dan dijumlahkan, dibuat dalam tingkatan yakni; skor respons dan jumlahkan hasilnya:

9

> 136 stres paling tinggi 116 – 135 stres tinggi

76 – 115 stres menengah

56 – 75 stres rendah


(30)

2.3. Fase Stabilisasi Pengobatan Skizofrenia

Pada fase ini simtom akut dapat dikendalikan tetapi pasien mempunyai risiko relaps jika pengobatan atau dosis obat diturunkan terlalu dini atau pasien berhadapan dengan stres yang berlebihan.6

Tujuan terapi ini adalah mengurangi stres pada orang dengan skizofrenik dan memberikan dukungan untuk mengurangi kekambuhan, meningkatkan adaptasi pasien skizofrenia terhadap kehidupan dalam masyarakat, memfasilitasi pengurangan gejala secara terus-menerus dan konsolidasi remisi, dan meningkatkan proses penyembuhan. Bila pasien memiliki perbaikan dengan obat tertentu, obat tersebut dapat dilanjutkan dan dipantau selama enam bulan. Penurunan dosis dan penghentian pengobatan pada fase ini dapat menyebabkan kekambuhan.

Tujuan terapi selama fase stabilisasi adalah meyakinkan pasien skizofrenik bahwa gejala yang sudah terkontrol harus dipertahankan sehingga pasien skizofrenik bisa mempertahankan dan memperbaiki derajat fungsi dan kualitas hidupnya. Edukasi tentang perjalanan dan luaran

18

(outcome) penyakit, misalnya kepatuhan terhadap pengobatan dapat dimulai pada fase ini.18


(31)

2.4. Kerangka Konsep

Pasien Skizofrenik Fase Stabilisasi Faktor Demografi - Jenis Kelamin

- Kelompok Umur

- Pekerjaan - Pendidikan - Tempat Tinggal


(32)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan crossectional, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan kuesioner

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Poliklinik Psikiatri BLUD RSJ PROVSU

Waktu penelitian : Dilaksanakan dalam periode 6 bulan ( 01 Maret 2010 Sampai dengan 30 Agustus 2010).

3.3. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi target : Pasien skizofrenik yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU.

2. Populasi terjangkau : Pasien skizofrenik yang datang berobat periode kunjungan 01 Maret 2010 sampai 30 Agustus 2010.

3. Sampel penelitian : Pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan

4. Cara pengambilan sampel dengan teknik sistematik randomisasi yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai waktu tertentu sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi yaitu 100 orang.


(33)

3.4. Estimasi Besar Sampel

Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus :

n = z α2 pq = 1,962 d

x 0,5 x 0,5 = 96 2

0,12

Z = tingkat kepercayaan = 95%; pada α = 5% = 1,96 p = 0,5 ( proporsi stres pada pasien skizofrenik) d = 0,1 ( ketepatan absolut yang dikehendaki ) q = 0,5

2 n = z α2

P1 – P2

√ 2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2

z α2

Zβ = Kesalahan tipe dua 20% ( power 80%, zbeta 0,84)

= tingkat kepercayaan = 95%; α = 5% = 1,96

P = proporsi penyakit atau keadaan yang dicari

Q = nilai Q = 1-P

P1 = Proporsi efek standar

P2 = Proporsi efek pada yang diteliti

3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.5.1. Kriteria inklusi

1. Pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria PPDGJI-III


(34)

3. Kooperatif

4. Bersedia sebagai subjek penelitian

3.5.2. Kriteria eksklusi

1. Tidak memiliki riwayat gangguan medis umum

2. Tidak memiliki riwayat penggunaan zat, kortikosteroid.

3.6. Ijin Subjek Penelitian

Semua subjek penelitian akan diminta mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut serta dalam penelitian setelah terlebih dahulu diberi penjelasan yang terperinci dan jelas.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja

 Seluruh pasien skizofrenik rawat jalan yang berobat di BLUD Rumah sakit

jiwa provinsi sumatera utara yang memiliki nomor antrian ganjil dan yang memenuhi kriteria inklusi / ekslusi mengisi persetujuan secara tertulis setelah mendapat penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian. Selanjutnya pasien akan mengikuti pemeriksaan dengan menggunakan skala Daily Hassles and Stress untuk mengetahui tingkat


(35)

Pasien juga dicatat ; jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal.

Dari data yang terkumpul akan dibuat bentuk tabel.

3.9. Pengolahan dan Penyajian Data

Untuk melihat tingkat stres dan perbedaan tingkat stres secara demografi pada pasien skizofrenik di fase stabilisasi pengobatan dengan menggunakan skala pengukuran tingkat stres yaitu Daily Hassles and Stress,pengolahan dan analisis statistik dari data yang diperoleh, dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for Social Sciences ( SPSS).

a.

3.10. Definisi Operasional

Pasien skizofrenik adalah pasien yang memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia berdasarkan PPDGJI- III.

b.

c.

Daily Hassles and Stress adalah suatu alat skrening yang digunakan dalam mengukur tingkatan stres.

d.

Jenis kelamin adalah laki-laki, perempuan.

e.

Status pekerjaan adalah suatu kegiatan yang mendapatkan upah

f.

Status pendidikan yaitu pendidikan sekolah yang pernah dijalani pasien sampai selesai yaitu ; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi

Kelompok umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.


(36)

25- 35-

g.

45-55

h.

Tempat tinggal adalah medan dan luar medan

Fase stabilisasi adalah pada fase ini simtom akut sudah dapat dikendalikan tetapi pasien masih mempunyai risiko relaps jika pengobatan dihentikan atau dosis diturunkan terlalu dini atau pasien berhadapan dengan stres yang berlebihan

3.11. Jadwal Penelitian

Waktu kegiatan

Maret 2010

April - Agustus 2010

September 2010

Oktober 2010 Persiapan

Pelaksanaan Penyusunan

Laporan Seminar Hasil


(37)

3.12. KERANGKA KERJA

INKLUSI EKSKLUSI

Faktor Demografi: Jenis Kelamin

Kelompok Umur

Pekerjaan

Pendidikan

Tempat Tinggal Pasien skizofrenik

Fase Stabilisasi

Daily Hassles and Stress

Tingkat Stres Sangat Rendah

Tingkat Stres Rendah

Tingkat Stres Menengah

Tingkat Stres Tinggi

Tingkat Stres Paling Tingi


(38)

BAB 4. HASIL

Sebanyak 100 pasien skizofrenik di Poliklinik Psikiatri Umum BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara, telah terpilih untuk ikut serta dalam penelitian ini. Pemilihan sampel-sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara sistemik randomisasi pada periode 1 Maret 2010 sampai dengan 31 Agustus 2010.

Tabel 4.1 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

Karakteristik Pasien Skizofrenik

Demografik Sampel

n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 65 65

Perempuan 35 35

Jumlah 100 100

Kelompok Umur

15 – 24 13 13

25 – 34 35 35

35 – 44 31 21

> 44 21 21

Jumlah 100 100

Pekerjaan

Bekerja 41 41

Tidak Bekerja 59 59

Jumlah 100 100

Tingkat Pendidikan

SD 23 23

SMP 24 24

SMA 46 46

Perguruan Tinggi 7 7

Jumlah 100 100

Tempat tinggal

Medan 36 36

Luar Medan 64 64


(39)

Dari tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah laki-laki sebesar 65 sampel (65%), berdasarkan kelompok umur yang memiliki sampel paling banyak adalah kelompok umur 25 – 34 tahun sebesar 35 sampel (35%), berdasarkan kelompok pekerjaan yang memiliki sampel paling banyak adalah kelompok tidak bekerja sebesar 59 sampel (59%), berdasarkan tingkat pendidikan yang memiliki sampel paling banyak adalah tingkat pendidikan SMA sebesar 46 sampel (46%), berdasarkan tempat tinggal yang memiliki sampel paling banyak adalah pasien yang tinggal di luar Medan sebesar 64 sampel (64%).

Tabel 4.2 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik dengan Daily Hassles Scale

Tingkat Stres dari pasien skizofrenik n %

Menengah 31 31

Tinggi 33 33

Paling tinggi 36 36

Jumlah 100 100

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik dengan Daily Hassles Scale yang paling banyak tingkat stres adalah tingkat paling tinggi sebesar 36 sampel (36%).


(40)

Tabel 4.3 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Stres Pasien Skizofrenik

Karakteristik Menengah Tinggi Paling Tinggi Jumlah

Sampel

n % n % n % n %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 14 45,2 24 72,7 27 75 65 65

Perempuan 17 54,8 9 27,3 9 25 35 35

Jumlah 31 100 33 100 36 100 100 100

Dari Tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan jenis kelamin, untuk tingkat menengah didapati yang paling dominan adalah jenis kelamin perempuan sebesar 17 orang (54,8%), pada tingkat stres tinggi didapati jenis kelamin yang dominan adalah laki-laki sebesar 24 orang (72,7%) sedangkan pada tingkat stres paling tinggi didapati jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki sebesar 27 orang (75%).

Tabel 4.4 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Kelompok Umur

Tingkat Stres Pasien Skizofrenik

Karakteristik Menengah Tinggi Paling Tinggi Jumlah

Sampel

n % n % n % n %

Kelompok Umur

15 - 24 3 9,7 8 24,2 2 5,6 13 13

25 - 34 12 38,7 14 42,4 9 25 35 35

35 - 44 6 19,4 8 24,2 17 47,2 31 31

45 - 55 10 32,2 3 9,1 8 22,2 21 21


(41)

Dari Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan kelompok umur, untuk tingkat menengah didapati yang paling dominan adalah kelompok umur 25-34 tahun sebesar 12 orang (38,7%), pada tingkat stres tinggi yang paling dominan didapati kelompok umur 25-34 tahun sebesar 14 orang (42,4%), dan tingkat stres paling tinggi yang paling dominan didapati kelompok umur 35-44 sebesar 17 orang (47,2%).

Tabel 4.5 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Pekerjaan

Tingkat Stres Pasien Skizofrenik

Karakteristik Menengah Tinggi Paling Tinggi Jumlah

Sampel

n % n % n % n %

Pekerjaan

Bekerja 14 45,2 15 45,5 12 33,3 41 41

Tidak Bekerja 17 54,8 18 54,5 24 66,7 59 59

Jumlah 31 100 33 100 36 100 100 100

Dari Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan kelompok pekerjaan dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien skizofrenik untuk tingkat menengah didapati yang paling dominan adalah pasien yang tidak bekerja sebesar 17 orang (54,8%), pada tingkat stres tinggi yang paling dominan didapati pasien yang tidak bekerja sebesar 18 orang (54,5%), dan tingkat stres paling tinggi yang paling dominan didapati pasien yang tidak bekerja sebesar 24 orang (66,7%).


(42)

Tabel 4.6 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Stres Pasien Skizofrenik

Karakteristik Menengah Tinggi Paling Tinggi Jumlah

Sampel

n % n % n % n %

Tingkat Pendidikan

SD 8 25,8 7 21,2 8 22,2 23 23

SMP 8 25,8 12 36,4 4 11,1 24 24

SMA 11 35,5 13 39,4 22 61,1 46 46

Perguruan Tinggi 4 12,9 1 3,0 2 5,6 7 7

Jumlah 31 100 33 100 36 100 100 100

Dari Tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat stres pasien skizofrenik untuk tingkat menengah didapati yang paling dominan adalah pasien yang tingkat pendidikannya adalah SMA sebesar 11 orang (35,5%), pada tingkat stres tinggi yang paling dominan didapati pasien yang tingkat pendidikan SMA sebesar 13 orang (39,4%), dan tingkat stres paling tinggi paling dominan didapati pasien yang tingkat pendidikan SMA sebesar 22 orang (61,1%).

Tabel 4.7 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Tempat Tinggal

Tingkat Stres Pasien Skizofrenik

Karakteristik Menengah Tinggi Paling Tinggi Jumlah

Sampel

n % n % n % n %

Tempat Tinggal

Medan 11 35,5 16 48,5 9 25 36 36

Luar Medan 20 64,5 17 51,5 27 75 64 64


(43)

Dari Tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat bahwa tingkat stres dari pasien skizofrenik yang paling banyak untuk tingkat menengah didapati yang paling dominan adalah pasien yang tinggal di luar Medan sebesar 20 orang (64,5%), pada tingkat stres tinggi yang paling dominan didapati pasien yang tinggal di luar Medan sebesar 17 orang (51,5%), dan tingkat stres paling tinggi yang paling dominan didapati pasien yang tinggal di luar Medan sebesar 27 orang (75%).


(44)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain yang digunakan adalah cross sectional study. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres pada pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan dan perbedaan karakteristik demografi berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal.

Dari 100 pasien skizofrenik yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri Umum BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara dalam periode waktu 1 Maret 2010 sampai dengan 31 Agustus 2010 didapati bahwa tingkat stres paling tinggi sebesar 36%, tingkat stres tinggi sebesar 33%, dan tingkat stres menengah sebesar 31%, berdasarkan wawancara secara langsung secara autoanamnase dengan menggunakan skala pengukuran Daily Hassles Scale. Penelitian yang dilakukan oleh Green menemukan bahwa 48% dari pasien skizofrenik mengalami stres terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor peristiwa kehidupan sehari-hari yang diukur dengan skala Hassles.

Dari penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada pasien skizofrenik yang paling banyak mengalami tingkat stres paling tinggi adalah sebesar 27 orang (75%), tingkat stres tinggi adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 24 orang (72,7%) dan tingkat stres menengah pada jenis kelamin perempuan sebesar 17 orang (54,8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Leung dan Chue pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa 93% laki-laki


(45)

Penelitian oleh Goldstein dan Lewine pada tahun 2000 mengemukakan bahwa skizofrenia pada wanita adalah familial atau tipe diathesis-stress, dan pada laki-laki adalah tipe sporadik. Status sosial yang tinggi dapat sebagai sumber stres yang signifikan pada laki-laki sehingga cenderung untuk menderita skizofrenia.

Berdasarkan kelompok umur, dapat dilihat bahwa paling banyak mengalami tingkat stres paling tinggi adalah pada kelompok umur 33 – 44 tahun sebesar 17 orang (47,2%), tingkat stres tinggi adalah kelompok umur 25 – 34 tahun sebesar 14 orang (42,4%), dan tingkat stres menengah terdapat pada kelompok umur 25 – 34 tahun sebesar 12 orang (38,7%). Hal ini sesusai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shibre dan kawan-kawan dimana didapati sebanyak 75% usia 35 tahun yang mengalami risiko menjadi skizofrenia dibandingkan dengan dibawah umur 35 tahun.

15

Dari penelitian didapatkan faktor pekerjaan pada pasien skizofrenik yang paling banyak mengalami tingkat stres paling tinggi adalah pada kelompok tidak bekerja sebesar 24 orang (66,7%), tinggi sebesar 18 orang (54,5%) dan menengah juga pada kelompok tidak bekerja sebesar 17 orang (54,8%), sekitar 75% pasien dengan skizofrenia tidak bekerja dan tidak memiliki tingkat pekerjaan.

15

Berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien skizofrenik yang paling banyak mengalami tingkat stres paling tinggi adalah tingkat pendidikan SMA sebesar 22 orang (61,1%), stres tinggi adalah SMA sebesar 13 orang (39,4%) dan menengah adalah tingkat SMA sebesar 12 orang (35,5%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shibre


(46)

dan kawan-kawan mendapatkan bahwa sekitar 85% pasien skizofrenik tidak mendapatkan pendidikan yang formal dan sekitar 30% yang mendapatkan pendidikan formal yang mempunyai risiko untuk mengalami stres pada pasien skizofrenik.

Berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat bahwa tingkat stres pasien skizofrenik yang paling tinggi dijumpai pada tempat tinggal diluar Medan yaitu sebesar 27 orang (75%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Shibre dan kawan-kawan menemukan bahwa tingkat stres yang tinggi pada pasien skizofrenik pada penduduk yang tinggal diperkotaan sebanyak 54%.

15


(47)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terhadap 100 orang pasien skizofrenik yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri Umum BLUD RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat stres pada pasien skizoprenik Pada fase stabilisasi pengobatan adalah stres paling tinggi yaitu sebesar 36 orang (36%), jenis kelamin laki-laki, usia 33-44 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, dan tinggal diluar kota Medan

6.2. SARAN

 Klinikus hendaklah selalu memantau adanya tingkat stres pada pasien

skizofrenik.

 Memperbaiki tingkat stres pada pasien skizofrenik dengan memberikan

edukasi yang cukup.

 Perlu dilakukan penelitian analitik untuk melihat faktor-faktor yang


(48)

DAFTAR RUJUKAN

1. Buchanan RW, Carpenter TW. Concept of Schizophrenia. Dalam : Sadock BJ, Sadock VA. Comprehensive Texbook of Psychiatry. Vol 1, Edisi delapan, Lippincott Williams dan Willkins, Philadelphia, 2005, h.1329-45.

2. Christine C. Gispen-de Wied, Stress in schizophrenia: an integrative view, European Journal of Pharmachology 405, 2000, h.375-84.

3. Norman G.M Ross, Malla K.A, Stressful Life Events and Schizophrenia, I: A Review of the Research, British Journal of Psychiatry 1993, 162, h.161-66. 4. Dinzeo T.J, Cohen A.S, NienowM.T, Docherty M.N : Stress and arousability in

schizophrenia, Schizophrenia Research 71,2004, h.127-35

5. Herz I.M, Marder R.S : Schizophrenia, dalam Comprehensive Treatment and Management, Lippincott Williams dan Willkins, Philadelphia, 2002, h.38-40. 6. Joel E.D, Micael I, Francis J.K, Murray B.S, Stress and Psychiatry, dalam,

Kaplan & Sadock Comprehensive Text Book of Psychiatry. Volume II , Edisi 8,

7. Sadock BJ, Sadock VA, ods, Kaplan & Sadock Synopsis Of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.Edisi 10,

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins 2005 : 2180-95.

8. Maramis F. Willy, Maramis A.A, dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi kedua, 2009, h.317-20.

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins 2007 : h. 467-97.

9. Segal P.S, VanderVoort J.D, Daily Hassles and Health Among Persons with Severe Mental Disabilities, Psycosocial Rehabilitation Journal, Vol.16,1993


(49)

10. Horan P.W, Ventura J, Mintz J, Kopelowicz A, Wrishing D, Herman C.J, Foy D, Liberman P.R: Stress and coping responses to a natural disarter in people with schizophrenia, Psychiatry Research 151,2007,h.77-86

11. Mueser T M, McGurk R S: Schizophrenia, The Lancet Journal, Vol 363, 2004 h.2063-72

12. Peuskens J, Trivedi J, Malyarov S, Brecher M, Svensson O, Miller F, at all: Prevention of schizophrenia relapse with extended release quetiapine, fumarate doses once daily , MMC Psychiatry Journal, Vol.4 ,11,2007, 34-50. 13. Mueser T M, Jeste V D, Clinical handbook of schizophrenia, Liabrary of

congress cataloging publication data, edisi 9, 2008 h. 12-206.

14. Lubis C P, Lubis, M, Pasaribu S, Daulay M R, Ali M, Pedoman penulisan usulan penelitian dan tesis, Program magister klinik-spesialis ilmu kesehatan anak FK USU, edisi 1, 2009 h. 1-96.

15. Kebede D, Alem T, Shibre A,Negash A,Deyassa N,Beyero T, The sociodemographic correlates of schizophrenia in Butajira, rural Ethiopia.in

schizophrenia research,69 2004 133-141.

16. Betensky JD, Robinson DG, Bruce HG, Sevy S, Lencz T, Kane JM, et al, Patterns of stress in schizophrenia in psychiatry research 160 ,2008, 38- 46. 17. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III ( PPDGJ III ) Jakarta,1993 : h.105 - 09.

18. Konsensus penatalaksanaan gangguan skizofrenia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Jakarta 1 Juli 2011, h 54.


(50)

19. Marder SR,Kane JM, Schizophrenia: Somatic treatment in Sadock BJ, Sadock VA,eds. Kaplan & Sadok’s comprehensive textbook of psychiatry, eighth edition, vol.I B, Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005,1467-75.

20. Sastroasmoro S,Pemilihan subjek pene litian dalam : Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke 2 ,Jakarta Sagung Seto 2002, h 67-77.

21. Lecomte Y, Mercier C, The stress process perspective and adaptation of people with schizophrenia an exploratory study, Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiology, 2005, 40: 139-48.


(51)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA KELUARGA

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

Dimana stres itu sangat berpengaruh dalam terjadinya suatu kelainan psikiatrik, yang berhubungan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari pasien skizofrenik.

Beberapa peneliti menemukan dan menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialami pasien skizofrenik dapat memicu timbulnya kembali gangguan psikiatrik.

Pada penelitian ini saya akan melakukan tes dengan menggunakan alat bantu penilaian tingkat stres berupa kuesioner pada saat wawancara dengan pasien skizofrenik dan keluarganya yang mendampingi pasien. Kemudian saya akan menginformasikan kepada Bapak/ Ibu/Sdr/i hasil dari penilaian tersebut.

Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.


(52)

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya : dr. Superida Br Ginting Suka, Departemen Psikiatri FK-USU, telepon genggam saya 08126012348. Terima kasih.

Medan,_____________________ 2011 Hormat Saya


(53)

Lampiran 2

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

Umur :

Hubungan dengan penderita :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ” Tingkat stres pada pasien skizofrenik” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut termasuk risiko maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan, ... 2011 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. Superida Br Ginting Suka ... Saksi-saksi :

1. ... ...


(54)

Lampiran 3

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor : Tanggal

Nomor MR :

A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur : / (Tahun / bulan)

3. Jenis Kelamin : Laki-laki / perempuan

4. Alamat : Medan / luar medan

5. Pekerjaan : Bekerja / tidak bekerja

6. Pendidikan : SD / SMP/ SMA / Perguruan Tinggi 7. Status pernikahan : Kawin / Tidak Kawin /Janda / Duda

B. Diagnosis :

C. Pengamatan : Tanggal Nilai Tingkat Stres :

Terapi :


(55)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : dr. Superida Br Ginting Suka

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal lahir : Tigapanah / 04 Mei 1974

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Bunga Sedap Malam IX No: 16 Medan

Telepon : 0812-601-2348

Email : superidaginting@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 1980-1986 : SD Negeri Tigapanah

Tahun 1986-1989 : SMP Swasta GBKP Kabanjahe

Tahun 1989-1992 : SMA Negeri 1 Pancur Batu

Tahun 1992-2000 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun 2009- sekarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas


(56)

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2001- 2003 : Dokter PTT di Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara.

Tahun 2006 – sekarang : PNS di Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Sumatera Utara.


(57)

Lampiran 5

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ”Tingkat Stres pada Pasien Skizofrenik” dan telah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela tanpa paksaan menyatakan bersedia, bahwa pasien diikutsertakan dalam penelitian tersebut.

Medan...2011


(58)

Lampiran 6

KUESIONER

Nama______________________ Umur______Thn Jenis

Kelamin___________

Tanggal ______________ Alamat _____________________________________ Daily Hassles and Stress

Menurut kamu seberapa sering hal-hal ini terjadi padamu dalam beberapa bulan ini.

1 = tidak pernah sama sekali 2 = hanya sekali

3 = lumayan sering terjadi 4 = sangat sering

____ 1. tidak suka dengan kehidupan sehari-hari mu / bosan dengan rutinitas atau kegiatan sehari-hari

____ 2. tidak punya privasi

____ 3. tidak suka dengan kerjaanmu / sekolahmu ____ 4. konflik etnik atau ras (SARA)

____ 5. Konflik dengan ipar atau kakak/adik pacarmu ____ 6. dikecewakan oleh temanmu


(59)

____ 10. dijadikan sebagai jaminan

____ 11. masalah keuangan dengan anggota keluarga ____ 12. dikhianati oleh teman mu

____ 13. berpisah dengan orang yang disayangi

____ 14. peranmu/bantuanmu (kontribusi)tidak dipedulikan

____ 15. Berjuang keras untuk memenuhi standarmu dalam hal penampilan dan target

____ 16. dimanfaatin orang lain ____ 17. tidak cukup waktu bersantai ____ 18. masalah keuangan dengan teman

____ 19. berjuang keras untuk memenuhi target orang lain ____ 20. tindakan mu disalahartikan orang lain (salah paham) ____ 21. kesulitan keuangan

____ 22. banyak tanggung jawab

____ 23. tidak puas dengan kerjamu atau sekolahmu. ____ 24. keputusan tentang hubungan dekat

____ 25. tidak punya cukup waktu untuk memenuhi janji ____ 26. tidak puas dengan kemampuan berfikir / belajar ____ 27. keuangannya menipis

____ 28. penilaian kerja mu yang lebih rendah dari kamu pikir pantas kamu dapatkan

____ 29. mengalami banyak keributan

____ 30. penyesuaian hidup dengan orang lain


(60)

____ 32. konflik dengan anggota keluarga

____ 33. menentukan banyak tuntutan dalam pekerjaan ____ 34. konflik dengan teman

____ 35. berusaha keras untuk maju (dalam segala hal) ____ 36. berusaha melindungi keuangan

____ 37. dibohongi atau ditipu pada saat belanja barang ____ 38. tidak puas dengan kemampuan dalam berekspresi ____ 39. gangguan yang tidak diharapkan ketika kerja

____ 40. isolasi sosial

____ 41. dicuekin (sama siapa saja)

____ 42. kecewa sama tubuh atau penampilan ____ 43. tidak puas dengan kondisi rumah ____ 44. Dapat pekerjaan yang tidak menarik

____ 45. gagal menghasilkan uang yang kamu harapkan ____ 46. gosip tentang orang yang kamu sayangi

____ 47. kecewa dengan kesehatan tubuh kamu ____ 48. gosip tentang kamu

____ 49. gagap tehnologi (tidak mengerti tentang tehnologi) ____ 50. masalah dengan mobilmu

____ 51. bekerja keras menjaga dan memelihara rumah

Skor


(61)

76 – 115 stres menengah 56 – 75 stres rendah

51 – 55 stres paling rendah

- Pernah menghubungi psikolog/psikiatrik sebelumnya ? * Ya Tidak


(1)

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2001- 2003 : Dokter PTT di Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara.

Tahun 2006 – sekarang : PNS di Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Sumatera Utara.


(2)

Lampiran 5

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ”Tingkat Stres pada Pasien Skizofrenik” dan telah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela tanpa paksaan menyatakan bersedia, bahwa pasien diikutsertakan dalam penelitian tersebut.

Medan...2011


(3)

Lampiran 6

KUESIONER

Nama______________________ Umur______Thn Jenis Kelamin___________

Tanggal ______________ Alamat _____________________________________

Daily Hassles and Stress

Menurut kamu seberapa sering hal-hal ini terjadi padamu dalam beberapa bulan ini.

1 = tidak pernah sama sekali 2 = hanya sekali

3 = lumayan sering terjadi 4 = sangat sering

____ 1. tidak suka dengan kehidupan sehari-hari mu / bosan dengan rutinitas atau kegiatan sehari-hari

____ 2. tidak punya privasi

____ 3. tidak suka dengan kerjaanmu / sekolahmu ____ 4. konflik etnik atau ras (SARA)

____ 5. Konflik dengan ipar atau kakak/adik pacarmu ____ 6. dikecewakan oleh temanmu

____ 7. konflik dengan guru / orang yang lebih tua

____ 8. penolakan sosial pada mu


(4)

____ 10. dijadikan sebagai jaminan

____ 11. masalah keuangan dengan anggota keluarga ____ 12. dikhianati oleh teman mu

____ 13. berpisah dengan orang yang disayangi

____ 14. peranmu/bantuanmu (kontribusi)tidak dipedulikan

____ 15. Berjuang keras untuk memenuhi standarmu dalam hal penampilan dan target

____ 16. dimanfaatin orang lain ____ 17. tidak cukup waktu bersantai ____ 18. masalah keuangan dengan teman

____ 19. berjuang keras untuk memenuhi target orang lain ____ 20. tindakan mu disalahartikan orang lain (salah paham) ____ 21. kesulitan keuangan

____ 22. banyak tanggung jawab

____ 23. tidak puas dengan kerjamu atau sekolahmu. ____ 24. keputusan tentang hubungan dekat

____ 25. tidak punya cukup waktu untuk memenuhi janji ____ 26. tidak puas dengan kemampuan berfikir / belajar ____ 27. keuangannya menipis

____ 28. penilaian kerja mu yang lebih rendah dari kamu pikir pantas kamu dapatkan

____ 29. mengalami banyak keributan

____ 30. penyesuaian hidup dengan orang lain


(5)

____ 32. konflik dengan anggota keluarga

____ 33. menentukan banyak tuntutan dalam pekerjaan ____ 34. konflik dengan teman

____ 35. berusaha keras untuk maju (dalam segala hal) ____ 36. berusaha melindungi keuangan

____ 37. dibohongi atau ditipu pada saat belanja barang ____ 38. tidak puas dengan kemampuan dalam berekspresi ____ 39. gangguan yang tidak diharapkan ketika kerja

____ 40. isolasi sosial

____ 41. dicuekin (sama siapa saja)

____ 42. kecewa sama tubuh atau penampilan ____ 43. tidak puas dengan kondisi rumah ____ 44. Dapat pekerjaan yang tidak menarik

____ 45. gagal menghasilkan uang yang kamu harapkan ____ 46. gosip tentang orang yang kamu sayangi

____ 47. kecewa dengan kesehatan tubuh kamu ____ 48. gosip tentang kamu

____ 49. gagap tehnologi (tidak mengerti tentang tehnologi) ____ 50. masalah dengan mobilmu

____ 51. bekerja keras menjaga dan memelihara rumah

Skor

Lihat respon kamu dan jumlahkan hasilnya > 136 stres paling tinggi


(6)

76 – 115 stres menengah 56 – 75 stres rendah

51 – 55 stres paling rendah

- Pernah menghubungi psikolog/psikiatrik sebelumnya ? * Ya Tidak