PENGARUH DOSIS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP HAMA Thrips sp PADA BUNGA KRISAN (Chrysanthemum sp)

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Indah Sri Mursini

20120210074

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

ii

PENGARUH DOSIS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP HAMA Thrips sp PADA BUNGA KRISAN

(Chrysanthemum sp)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Pesyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh : Indah Sri Mursini

20120210074

FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

iv

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari tim pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangan dalam bentuk karya ilmiah lain oleh tim pembimbing.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

Indah Sri Mursini 20120210074 Materai


(4)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: My Self

My beloved Parent My big family

Someone

My Friends


(5)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul:

“Pengaruh Dosis Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L) Terhadap Hama Thrips sp Pada Bunga Krisan (Chrysantemum sp)”.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagai persyaratan guna memperoleh derajat sarjana Pertanian pada Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bimbingan dan bantuan telah penulis peroleh dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini. Untuk itu atas terselesaikannya peyusun skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Achmad Supriyadi, M.M selaku Dosen Pembimbing Utama yang memberikan bimbingan dan arahanya sehingga tersusunnya skripsi ini

2. Ibu Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan hingga tersusunnya skripsi ini 3. Ibu Dina Wahyu Trisnawati, S.P.,M.Agr.,Ph.D selaku Dosen Penguji yang

telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Ir. Titiek Widyastuti, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahannya.

5. Kedua orang tua kami (Bapak Wariman dan Ibu Jumikem) yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT, membalas segala kebaikan mereka dengan surga firdaus-Nya.


(6)

viii

6. Ridwan Farsudin Ashari, S.mat yang telah mencurahkan perhatian,dorongan, dan waktunya selama ini.

7. Pak Andi, selaku guru di lapangan yang selalu memberi saran dan motivasi, terimakasih atas ilmu yang sebelumnya tidak saya dapatkan di bangku kuliah.

8. Teman-teman Agroteknologi angkatan 2012 yang selalu siap saling membantu dalam kesulitan, dan selalu bersama menjalin persahabatan di fakultas Pertanian.

9. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimaksaih banyak,” Semoga Allah SWT selalu meridhai segala sesuatu yang diawali dengan niat baik. Aamiin”.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Aamiin

Yogyakarta, Agustus 2016

Penulis


(7)

ix DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

ABSTRACT ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pestisida Nabati Daun Sirsak ... 5

B. Hama Thrips sp ... 8

C. Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp)... 10

D. Hipotesis ... 12

III. TATA CARA PENELITIAN ... 13

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 13

C. Metode Penelitian ... 13

D. Tata Laksana Penelitian ... 14


(8)

x

F. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

1. Tingkat Mortalitas ... 24

2. Tingkat Efikasi ... 25

3. Kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

A. KESIMPULAN ... 28

B. SARAN ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 25


(9)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Senyawa Daun Sirsak (Annona muricata L) ... 6 3. Rerata Tingkat Mortalitas, Tingkat Efikasi, dan kerusakan bunga ... 24


(10)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hama Thrips sp ... 8 2. Klopak bunga bintik hitam ... 10


(11)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lay Out Penelitian ... 28

2. Perhitungan kebutuhan Pupuk ... 30

3. Perhitungan Volume Semprot ... 31

4. Tabel Analisis Varian Parameter Pengamatan ... 32


(12)

(13)

Influence of does the ekstract of

(Annona muricata

L

)

to Thrips sp at

(Chrysanthemum Flovers)

Indah Sri Mursini

Ir. Achmad Supriyadi, M.M./ Ir. Syukuriyati Susilo Dewi, M.S. Agrotecnology Department Faculty of Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

A research aims to understand the influence of the extract of Annona muricata L. leaves on Thrips sp., and determine the best dose of Annona muricata L. leaves extract in controlling Thrips shop on the Chrysanthemum flower. This research was conducted in Panggeran, Pakem, Sleman from April to July 2016.

The research was conducted on experimental research with single factor with three replications, which is arranged in a Completely Randomized Design. The treatments consisted of 5 different doses, i.e. 250 g/l of Annona muricata L. Leaves extract was applied every 2 days, 500 g/l of Annona muricata L. leaves extract applied every 4 days, 750 g/l of Annona muricata L. leaves extract applied every 6 days, 500g/l profenofos applied every 6 days, and control.

The result of this research showed that applications of Annona muricata L leaves extract, affects in mortality of Thrips sp., and the best dose a extract Annona muricata L was 500 g/l of Annona muricata L. leaves extract applied every 4 days


(14)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Krisan atau Seruni (Chrysanthemum sp.) untuk merupakan salah satu komoditas tanaman bunga hias yang banyak di minati dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Krisan banyak di kenal sebagai tanaman hias dan pelengkap berbagai dekorasi, kebutuhan komoditas ini mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai bahan vas bunga, teh, rangkaian bunga dan obat tradisional (Rukmana dan Mulyana, 1997). Bunga krisan digolongkan dalam dua tipe yaitu tipe spray dan tipe standar. Krisan tipe spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10-20 kuntum bunga berukuran kecil. Sedangkan tipe standar pada satu tangkai bunga krisan hanya satu kuntum bunga berukuran besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999). Daya tarik pengembangan budidaya bunga krisan terletak pada nilai ekonominya yang tinggi, permintaan bunga krisan potong cenderung meningkat seiring dengan pertambahan pendudukdan perubahan gaya hidup masyrakat di perkotaan. Produksi bunga krisan potong di Indonesia pada tahun 2013 bunga krisan mengalami penurunan secara signifikan sebesar 10.784 tangkai, sedangkan pada tahun 2012 produksi bunga krisan sebesar 18.523 tangkai (BPS. 2014) dilihat dari siklus kebutuhan di Indonesia, permintaan bunga krisan meningkat saat menjelang hari besar keagamaan, natal, lebaran dan tahun baru.

Salah satu kendala utama yang menjadi penghambat produksi baik secara kualitas maupun kuantitas, adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman, terutama hama Thrips sp, menyerang tanaman bunga krisan dengan cara


(15)

menghisap cairan tangkai bunga, putik bunga, atau bagian tanaman yang lunak lainya. Serangan yang berat menyebabkan bunga tidak mekar sempurna, bintik-bintik hitam, warna tidak segar, batang layu dan akhirnya rontok sehingga produksi bunga krisan menurun hingga ± 80 %. ( Andi, 2015).

Pada umumnya, petani sering melakukan pengendalian organisme penggaggu tanaman (OPT) dengan menggunakan pestisida kimia karena lebih efektif untuk pengendalian organisme penganggu tanaman. Padahal jika di kaji lebih lanjut penggunaan pestisida kimia mempunyai dampak negatif bagi kehidupan tanaman, terjadinya kerusakan lingkungan dan matinya musuh alami (Untung, 2011). Dilihat dari hal tersebut maka salah satu solusi untuk pengendalian hama adalah dengan menggunakan pestisida organic yang bersifatnya ramah lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida organik dinilai sangat ekonomis karena bahan digunakan dalam pembuatan pestisida nabati mudah diperoleh dan biaya dibutuhkan relatif murah, sehingga petani dapat menekan biaya produksi, dengan ada nya hal tersebut, maka dilakukan penegndalian hama Thrips sp pada tanaman bunga krisan, yaitu dengan penyemprotan meggunakan ekstrak daun sirsak, karena daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin yang pada konsentrasi tertinggi acetogenin mampunyai keistimewaan sebagai anti feedent (menurunkan nafsu makan) sehingga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. sedangkan pada konsentrasi renah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama Thrips sp menemui ajalnya (Adiarto, 2003). Bagian lain dari dari tanaman ini yang mulai banyak di gunakan yaitu


(16)

3

daunnya. Banyak penelitian yang menghasilkan temuan bahwa banyak manfaat yang terkandung dalam daun sirsak sebagai obat tradisional dan pestisida organik. Daun sirsak telah diteliti pada tahun 1940an mengandung senyawa aktif yaitu acetogenin, alkaloid, flavonoid, dan tanin. Sehingga semua bagian dari tanaman sirsak ini dapat digunakan untuk pestisida organik. Selain itu tanaman sirsak merupakan jenis tanaman buah yang banyak di gunakan yaitu bagian daunnya (Kardiman, 1999).

Penggunaan daun sirsak sebagai pestisida organik pernah diteliti pada hama kutu daun pada tanaman cabai dan hasilnya meunjukkan insektisida daun sirsak pada konsentrasi 250 g/l air dan aplikasi 2 hari sekali belum efektif dalam mengendalikan hama kutu daun dilapangan, dengan tingkat mortalitas yaitu 29,10% dan tingkat efikasi 23,43% (Syahbani, 2008). Penelitian menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama Plutella xylostella pada tanaman sawi dan hasilnya menunjukkan daun sirsak pada konsentrsi 150 g/l air mampu mengendalikan populasi hama Plutella xylostella di lapangan. Oleh karena itu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan dosis penyemprotan yang terbaik untuk mengendalikan hama Thrips sp pada tanaman bunga krisan.

B. Perumusan Masalah

Organisme penganggu tanaman bunga krisan adalah hama utama yaitu hama Thrips sp yang mengakibatkan kualitas bunga rendah seperti terjadinya bintik-bintik hitam pada bunga, layu dan mati. Dalam menanggulangi hama tersebut petani menggunakan pestisida kimia. yang mana penggunaan bahan kimia terus menerus menimbulkan efek negatif. Untuk menggantikan


(17)

ketergantungan terhadap pestisida kimia menggunakan pestisida organik yaitu daun sirsak yang mempunyai keunggulan kandungan senyawa acetogenin, tanin yang memiliki keistimewaan sebagai anti feedent (menurunka nafsu makan). Sedangkan alkaloid dan flafonoid bersifat racun. Penggunaan daun sirsak sebagai pestisida organik belum ada anjuran dalam pemeberian dosis yang tepat, sehingga masih perlu di kaji.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil suatu tujuan dari penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh penyemprotan ekstrak daun sirsak terhadap hama Thrips sp pada bunga krisan.

2. Untuk mendapatkan dosis estrak daun sirsak yang terbaik untuk menekan populasi hama Thrips sp pada bunga krisan.


(18)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida Nabati Daun Sirsak

Pestisida organik adalah bahan alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama pengganggu. Sebagai bahan alternatif, senyawa bioaktif dalam tumbuhan memiliki manfaat yang berbeda-beda karena sifat alaminya. Bahan organik umumnya kurang stabil, mudah hilang oleh faktor fisik maupun biologi lingkungan ( Martono, 1997).

Salah satu tanaman yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai pestisida organik adalah sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhan. Tanaman sirsak berasal dari Amerika Tengah, sudah banyak di kenal di berbagai daerah. Buah tropis ini kemudian menyebar hampir diseluruh benua. Tanaman sirsak dapat tumbuh baik mulai dari dataran rendah beriklim kering sampai basah dengan ketinggian 1000 m dpl. Sirsak merupakantanaman dengan tinggi pohon 6 meter. Batang coklat berkayu, bulat, bercabang. mempunyai daun sirsak berbentuk bulat telur, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dengan ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilat,pertulanganya menyirip, panjang tangkai 5 mm. Bunga terletak pada batang atau rantig, daun kelopak kecil, kuning keputihan-putihan, benang sari banyk berambut. Daging buah sirsak berwarna putih dan berbiji hitam sedangkan kulit buah sirsak berigi. Akar pohon sirsak berwarna cokelat muda, bulat dengan perakaran tunggang (Sunarjono, 2005).


(19)

diantaranya: daun tembakau, daun sirih, daun sirsak untuk mengendalikan hama Aphis pada tanaman cabai, daun wedusan, dan biji srikaya untuk mengndalikan hama Plutella xylostella pada tanaman kobis (Untung, 1991). Secara umum bagian tumbuhan sirsak atau tanaman dapat digunakan sebagai bahan bestisida karena memiliki bahan bioaktif misalnya akar, batang, daun, bunga, kulit batang. Bahan kimia tanaman yang bersifat bahan aktif, secara biologis penghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga bahkan dapat mematikan, biasanya merupakan hasil metabolisme sekunder (Balandrine, 1986). Selain itu daun sirsak (Annona Muricata L) memiliki beberapa kandungan yaitu alkaloid, flavonoid, dan tanin (Robinson 1995; Andri, 2013). Berikut tabel 1, kandunga bioaktif yang terdapat pada daun sirsak.

Tabel 1. Kandungan Senyawa Daun Sirsak (Annona muricata L) Organ

Tanaman Alkaloid Acetogenin Flavonoid Tanin

Daun Ada Ada Ada Ada

Batang Ada Tidak ada Ada Ada

Bunga Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Biji Ada Ada Ada Ada

Sumber: Sunarjono, 2005

Tanaman sirsak terutama pada daun sirsak telah diketahui dapat berperan sebagai racun, mempunyai efek penolak yang khas dan keberadaannya dapat memberi perlindungan kepada tumbuhan dari gangguan serangga. Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamasin. Pada konsntrasi tinggi, senyawa acetogenin memeiliki keistimewaan sebagai anti feedent (menurunkan nafsu makan) Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan


(20)

7

pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Septerina, 2002).

Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan struktur 30-32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus5-methyl-2-furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktivitas sitotoksis dan darivat acetogenin yang berfungsi sitotoksit adalah asimicin, bulatacin dan squmosin. Menurut Mitsui et al. (1991), bahwa squamocin mampu menghambat transport elektron pada system respirasi sel, sehingga menyebabkan gradient proton terhambat dan cadangan energy tidak dapat membentuk (ATP). Bulatacin diketahui menghambat kerja enzim NADH-ubiqinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondaria (Panji, 2009). Pemanfaatan bahan ini amat potensial sebagai insektisida dan bekerja sebagai anti feedent (menurunkan nafsu makan) membuat gerakan serangga menjadi lamban, aktifitas menurun dan akhirnya mati, ekstrak nya bersifat letal terhadap kepik (Oncopeltus fasciatus), Thrips, dan wereng daun. Menurtut Kardiman (19999), Bagian sirsak dapat berfugsi sebagai antifeedent (penghambat nafsu makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak yaitu pestisida ini mematikan organisme sasaran apabila tersentuh oleh sasaran yang dituju dan sebgai racun perut yaitu pestisida ini mematiak organisme sasaran bila tertela oleh sasaran. Penelitian tentang sirsak pernah dilakukan sebelumnya diantaranya penggunaan daun sirsak untuk mengendalikan hama Aphids sp menggunakan insektisidan ekstrak daun sirsak mengendalikan kutu daun (Aphids sp) pada tanaman Cabai dan hasilnya insektisida ekstrak daun sirsak dengan


(21)

konsentrasi 150 g/l dengan frekuensi semprot 2 hari sekali tidak mampu mengendalikan hama Aphids sp pada tanaman cabai (Bayu, 2004).

B. Hama Thrips sp

Hama Thrips sp pada bunga krisan termasuk kedalam ordo Thysanoptera (serangga bersayap duri/rumbai), serangga ini biasa banyak ditemukan pada tanaman karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai banyak tanama inang yaitu kentang tomat, cabai, bawang merah, bunga krisan, dan bunga sedap malam dan jenis bawang lainnya, (Untung, 1993).

Gambar 1. Hama Thrips sp

Thrips sp mempunyai ciri-ciri tidak bersayap tepi, tetapi Thrips sp dewasa mempunyai sayap yang transparan (tembus cahaya), mempunyai panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/setengah sempurna (Andriato & Indrianto, 2003). Daur hidup Thrips sp pada tingkat nimfa 7 hari, setelah itu sudah menghasilkan keturunan. Bila temperatur diatas 25 0C yang dewasa akan berkurang umurnya dan jumlah keturunanya akan berkurang. Diatas temperatur 28,5 oC reproduksi terhenti. Bila


(22)

9

kelembapannya tinggi, nimfa yang muda tidak tahan karena terserang cendawan. Thrips sp menyukai bunga krisan muda yang jaringannya masih lunak, merusak dengan cara menusuk jaringan bunga, menghisap cairan sel bunga sehingga bunga tumbuh tidak normal (Percaya, 1991). Menurut Kalshoven (1981) Perkembangbiakannya secara parthenogenesis dan telurnya menetas didalam badan. Ada juga fase seksual yang membentuk jantan dan betina yang telurnya menetas di luar badan (ovivar). Didataran tinggi Thrips sp sangat subur perkembangannya terutama pada waktu permulaan kemarau, tunas-tunas muda banyak dikerumuni Thrips sp. Tubuh hama Thrips sp yang ringan akan mudah mengikuti arah angin. Sehingga tidak mengherankan jika daya serang dan daya sebar hama Thrips sp ini sangat cepat. Daerah penyebaran hama ini sangat luas hampir terdapat diseluruhThrips sp juga mengeluarkan embun madu, akibatnya banyak cendawan jelaga, Thrips sp mengeluarkan atau faktor penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus akan menyebabkan dampak bunga krisan mejadi keriput dan gagal membetuk bunga (Untung, 1993).

Serangan hama Thrips sp kadang-kadang tidak begitu nampak merusak pada tanaman tertentu, tetapi pada tanaman yang lainnya seperti bunga krisan, pada kelopak bunga terdapat bintik-bintik hitam, warna plopak bunga tidak segar atau cerah, bawah plopak bunga berwarna kecoklatan, dan batang bunga layu. Bila serangannya berat bunga akan tidak mekar sempurna. Serangan yang hebat akan mengakibatkan tanaman mejadi sangat lemah dan kerdil. Apabila kita kurang perhatian, sering kali kerusakan tidak kelihatan sampai Thrips sp sudah


(23)

tidak ada (Setiadi, 1992). Berikut gambar bunga krisan yang terserang hama Thrips sp.

Gambar 2. Klopak bunga krisan terserang hama Thrips sp

Hama Thrips sp meyerang tanaman bunga krisan dengan cara menghisap cairan tangkai bunga, putik bunga, atau bagian tanaman yang lunak lainya. Serangan yang berat menyebabkan bunga tidak mekar sempurna, bintik-bintik hitam, warna tidak segar, batang layu dan akhirnya rontok sehingga produksi bunga krisan menurun hingga ± 80 % (Andi,2015).

C. Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp)

Bunga Krisan merupakan tanaman hias berupa perdu dengan sebutan lain seruni atau bunga emas (Gloden Flower) berasal dari daratan Cina, yang termasuk dalam famili Asteraceae. Krisan Kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Krisan Chrysanthemum indicum (Kuning), Chrysanthemum daisy (Bulat, ponpon). Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800-an. Sejak tahun 1940, Krisan dikembangkan secara komersial. Tanaman bunga krisan berbentuk perdu,


(24)

11

dan tanaman bunga krisan tumbuh menyemak setinggi 20 cm - 200 cm. Bunga krisan tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang akan menjadi keras dan berwrna hijau kecoklat-coklatan. Penampilan visual tanaman Krisan mirip dengan aster. Ciri khas tanaman Krisan dapat dilihat dari bentuk daun yaitu bagian tepi dari bercelah atau begerigi, tersusun dengan berselang seling pada batang. Perakaran bunga krisan menyebar ke semua arah kedalaman 40 cm. Bunga krisan Fiji kuning tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan standar mempunyai bunga tunggal perbatang, tipe ini dihasilkan dengan membuang calon bunga samping (lateral bud) dan membiarkan calon bunga utama (terminal bud) tumbuh dan berkembang sendiri (Rukeman dan Mulyana, 1997).

Dalam penelitian ini bunga krisan yang diajukan adalah bunga Krisan standar Fiji Kuning varietas ponpon. Ukuran bunga 10,5 cm - 12 cm dengan tinggi tanaman 20 cm, Umur panen tanaman bunga krisan ± 2,5 bulan - 3 bulan setelah tanaman. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah ketika bunga telah ½ mekar atau 4 hari sebelum mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997). Bunga Krisan membutuhkan suhu udara antara 17-30oC. Tanaman krisan tumbuh berketinggian antara 600-1200 m dpl. Kelembapan yang di butuhkan pada saat pertumbuhan yaitu 70-80%, kadar CO2 yang ideal untuk fotosintesis adalah 600-900 ppm. Penambahan penyinaran yang paling baik ketika tengah malam yaitu pada jam 22:30-01:00 dengan lampu 150 lux untuk 9 m2, dan lampu dipasang menggantung 1,5 dari ujung daun. Periode pemasangan lampu di


(25)

lakukan pada vegetatif (2-6 minggu) untuk merangsang pertumbuhan bunga (Lukito, 1998). Tanah untuk tanaman bunga krisan harus subur kaya akan bahan organik, pH tanah antara 5,5-6,7 pH optimum 6,5. Tanaman bunga krisan akan beradaptasi degan baik pada tanah yang gembur.

D. Hipotesis

Diduga pemberian ekstrak daun sirsak dengan dosis setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air mampu dalam mengendalikan hama Thrips sp.


(26)

13

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2016 yang bertempat di Desa Panggeran, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jenis tanah grumosol, ketinggian tempat 600 m dpl.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, sekam padi, Urea, bibit tanaman krisan, daun sirsak dan pestisida kimia Curacron. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Polybag ukuran 20 cm x 20 cm, cangkul, skop, handsprayer, gunting, blender, timbangan, alat tulis, saring, gelas ukur, botol, dan kaca pembesar.

C. Metode Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) Adapun faktor yang diujikan adalah frekuensi dan konsentrasi aplikasi ekstrak daun sirsak yang terdiri atas 5 perlakuan, 3 ulangan, masing-masing perlakuan ada 3 tanaman perlakuan selengkapnya sebagai berikut:

P0 = Kontrol (tanpa perlakuan)

P1 = penyemprotan 2 hari sekali, Dosis250 g/l air P2 = penyemprotan 4 hari sekali, Dosis 500 g/l air P3 = penyemprotan 6 hari sekali, Dosis750 g/l air


(27)

D. Tata Laksana Penelitian 1. Persiapan Lahan

a. Bibit dari setek pucuk

Bibit setek pucuk siap dipindahkan kekebun pada umur 14 hari setelah semai.

b. Penyiapan medium tanam

Pengolahan tanah menggunakan cangkul, diberi pupuk kandang 25kg sekam tanah dengan cara diaduk rata jadi satu di atas tanah. Pupuk kandang, sekam dan tanah dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Pengolahan tanah dilakukan 2 minggu sebelum tanam.

2. Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat bibit bunga krisan berumur 14 hari dengan membenamkan bibit ke lubang tanam sedalam 1,5 cm. Pada tanaman yang mati dilakukan penyulaman dengan bibit yang umurnya sama.

3. Pemeliharaan Tanaman a. Penyulaman

Waktu penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara menganti bibit yang mati dengan bibit yang baru umur bibit yang sama agar pertumbuhannya sama.

b. Penyiraman

Bibit yang baru saja ditanam disiram setiap hari. Penyiraman dilakukan secara kontinyu 2 kali sehari, tergantung keadaan medium tumbuh (tanah) dan cuaca. Apabila pagi turun hujan maka penyiraman tidak dilakukan agar


(28)

15

tanaman tidak mati karena tergenang oleh air sehingga dapat tumbuh dengan baik.

c. Penyinaran

Untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga diperoleh tinggi tanaman yang seragam maka dibutuhkan pelampuan (Rukmana dan Mulyana 1997). Pelampuan menggunakan lampu pijar dengan daya 150 lux sebanyak 1 buah degan jarak 1,5 m dari ujung pucuk daun yang diberikan dari umur pertama sampai umur 6 minggu setelah tanam.

d. Pemupukan

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan, pupuk dasar diberikan saat pengolahan tanah, sedangkan pupuk susulan diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 4 minggu dan 8 minggu. Adapun cara pemberian pupuk adalah sebagai berikut:

i.Pupuk susulan yang pertama meggunakan pupuk Urea dengan dosis 300 kg/ha (173 gram/tanaman) diberikaan saat tanaman berumur 4 minggu. ii.Pupuk susulan yang kedua menggunakan pupuk Urea dengan dosis 150

kg/ha (86.5 gram/tanaman) diberika saat tanaman berumur 8 minggu atau pada saat berumur 56 hari setelah tanam.

e. Pemasangan Sungkup

Sungkup yang digunakan berwarna putih dengan jaring-jaring sungkup yang lembut agar hama Thrips sp yang di lepas kedalam sungkup tidak terbang. Pemasangan sungkup dilakukan minggu ke 2 sebelum aplikasi. Kemudian tanaman dibiarkan selama 2 minggu untuk beradaptasi dengan lingkungan.


(29)

4. Perlakuan

a. Persiapan bahan dan pembuatan ekstrak daun sirsak kering angin

Pembuatan insektisida daun sirsak di lakukan sehari sebelum aplikasi, Tindakan pertama yang dilakukan adalah dengan cara daun sirsak tua dikering anginkan bertujuan untuk mendaptkan banyak bahan aktif yang diinginkan, kemudian dipotong kecil-kecil selajutnya lalu dihaluskan dengan cara diblender setelah itu ditimbang masing-masing sebesar 250 gram, 500 gram, dan 750 gram. Setelah halus lalu masing-masing bahan tersebut ditambah dengan air sampai kapasitas 1 liter, dan kemudian ditambah alkohol 90% sebanyak 9 tetes bertujuan untuk menjaga kemurnian, lalu aduk sampai larut. Setelah itu disimpan pada ruangan bersuhu 260C, dibiarkan pada tempat yang aman selama 24 jam. Langkah selanjutnya bahan disaring dan diambil larutannya sebanyak konsentrasi yang digunakan untuk diapliksikan, pada setiap dosis ekstrak daun sirsak yang digunakan. Sebelum diaplikasikan, setiap larutan ekstrak daun sirsak ditambah dengan deterjen sebanyak 3 g yang bertujuan utuk memperluas volume semprot (Syahbani, 2008).

b. Infestasi Hama

Untuk menjamin tanaman terserang hama kutu daun maka dilakukan infestasi pada bunga krisan dari hasil pembiakan. Tiap bunga krisan diinfestasi dengan hama Thrips sp sebanyak 5 ekor. Pelepasan hama Thrips sp dilakukan 2 minggu setelah pemasangan sungkup pada bunga krisan.


(30)

17

kemudian dibiarkan selama 7 hari agar dapat diberkembangbiak manjadi banyak. Setelah itu, baru dilakukan pengamatan terhadap hama Thrips sp. c. Pengaplikasian ekstrak daun sirsak pada bunga krisan

Pengaplikasian penyemprotan ekstrak daun sirsak dilakukan pada pagi hari, umur tanaman 63 hari, dengan dosis 2 hari sekali 250 g/l air, 4 hari sekali 500 g/l air, 6 hari sekali 750 g/l air, aplikasi air, insektisida buatan Profenopos 2 m/l yang di ambil dari Curracron 500 EC dan dilakukan. Jarak antar pengaplikasi selama 30 menit, setelah diaplikasi ditutup dengan sungkup. Di aplikasikan selama 18 kali (3 minggu) generatif, dengan volume semprot 16 ml/tanaman.

5. Panen

Bunga krisan dipanen berumur 108 hari setelah tanam. Dengan ciri-ciri bunga sudah mekar 75%. Cara memanenanya pegang batang tanaman dengan tepat di bagian tengah 15cm dari permukaan tanah, cabut tanaman bersama seluruh akarnya secara hati-hati, lalu di gunting sekitar 5 cm dari pangkal batang.

E. Parameter yang diamati 1. Mortalitas

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hama yang mati selama 3 minggu. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung Persentase mortalitas dapat dihitung dengan mengguakan rumus sebagai berikut :


(31)

Keterangan :

X0 = Populasi hama 1 jam sebelum aplikasi X1 = Populasi hama 1 jam sesudah aplikas 2. Efikasi (%) (Natawigena, 1993)

Efikasi merupakan penguji kemanjuran atau efektif suatu insektisida yang digunakan dalam mengedalikan hama. Uji efikasi dihitung dengan rumus Handerson–Tilton untuk populasi hama sebelum dan sesudah aplikasi dengan insektisida nabati dan kimia pada berbagai perlakuan yang dicobakan (Ngatawigena, 1993).

Untuk menghitung efikasi digunakan rumus Handosen-Tilton sebagai berikut:

% Efikasi = Keterangan:

Tb : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sebelum aplikasi Ta : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sesudah aplikasi Cb : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sebelum aplikasi Ca : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sesudah aplikasi 3. Tingkat kerusakan Bunga (%)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah tanaman rusak yang disebabkan oleh hama Thrips sp setiap satu minggu sekali terhadap tanaman sampel (Suhardi et all, 1994). Perhitungan tingkat kerusakan daun dilakukan pada tiap tanaman sampel dan dinyatakan dalam %.

Intensitas kerusakan dihitung dengan menggunkan rumus :


(32)

19

Keterangan :

V = intensitas kerusakan

N = jumlah sampel yang diamati

n = jumlah sampel yang diamati untuk tiap katagori kerusakan Nilai kategori serangan (V) untuk hama umumnya didasarkan pada luas serangan sebagai berikut :

1. = 0 - < 25 % luas bagian tanaman yang terserang. 2. = 25 % - < 50 % luas bagian tanaman yang terserang. 3. = 50 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang. 4. = 75 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan yang diperoleh dilakukan analisis varians dengan taraf nyata 5%. Jika ada pengaruh nayat, dilakukan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Data dalam persen dan nol sebelum analisis ditransformasikan terlebih dahulu menjadi , x adalah data sebenarnya (Gomez, 1983).


(33)

24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Mortalitas

Hasil sidik ragam tingkat mortalitas (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat mortalitas dapat di lihat dalam tabel 2.

Tabel 2. Rerata Tingkat Mortalitas

Perlakuan Tingkat Mortalitas (%)

P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) 3.33

P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 34.33

P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 54.66

P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 46.66

P4 = Profenofos 500 g/l 51.66

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.

Pada tabel 2 rerata tingkat mortalitas menunjukkan ekstrak daun sebagai biopestisida berpengaruh nyata antar semua perlakuan. Pestisida organik ekstrak daun sirsak berbagai dosis mampu mengimbangi pestisida kimia. Hal tersebut disebabkan dari kandungan zat acetogenin yang bersifat anti feedent (menurunkan nafsu makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak sehingga jika ekstrak daun sirsak termakan oleh hama Thrips sp maka akan menyebabkan kematian (M. Thamrin, 2011).


(34)

25

Berdasarkan tingkat mortalitas, pada perlakuan p2 dan p4 ada beda nyata dengan perlakuan p0. Perlakuan P1 dan P3 tidak ada bedanyata dengan perlakuan p0 dan perlakuan p2 menunjukkan tidak ada beda nyata dengan perlakuan p4, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak dapat digunkan untuk mengurangi penggunaan pestisida sitnetis pada budidaya bunga krisan. Hal tersebut disebabkan kandungan zat acetogenin dalam ekstrak daun sirsak yang berfungsi anti feedent (menurunkan nafsu makan) membuat gerakan serangga menjadi lamban, aktifitas menurun dan akhirnya mati, ekstrak nya bersifat letal terhadap Thrips sp.

2. Tingkat Efikasi

Hasil sidik ragam tingkat efikasi (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat efikasi dapat di lihat dalam tabel 3.

Tabel 3. Rerta Tingkat Efikasi

Perlakuan Tingkat Efikasi (%) P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) 0 c

P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 72.33 b P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 81.66 ab P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 78.33 ab P4 = Profenofos 500 g/l 86.66 a

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.

Pada tabel 3 rerata tingkat efikasi menunjukkan ekstrak daun sebagai pestisida organik berpengaruh nyata antar semua perlakuan. Dilihat dari perlakuan P2 dan P4 berbeda nyata dengan perlakuan P0. Perlakuan P0 tidak ada beda nyata


(35)

pada perlakuan P1 dan P3. Berdasarkan efikasi yang baik ekstrak daun sirsak dengan kimia sudah menujukkan efikasi di atas 50% tingkat efikasi antar perlakuan tersebut efektif dalam mengandalikan hama Thrips sp, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak efektif dalam mengendalikan hama Thrips sp dan mampu mengurangi penggunaan pestisida sintetik pada budidaya bunga krisan. Menurut Natawigena (1993) berdasarkan LC 50 batas minimal kemanjuran tingkat efikasi adalah 50%, artinya apabila kurang dari 50% pestisida nabati yang digunakan tidak manjur. Semakin tinggi nilai efikasi yang diperoleh maka semakin manjur pestisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama Thrips sp.

Seperti penelitian (menurut Tofel 2001) ekstrak daun sirsak pada konsentrasi 150 g/l air mampu mengndalikan populasi hama plutella xylostella pada tanaman sawi. Ekstrak daun sirsak berfungsi sebagai anti feedant bagi hama Thrips sp. Untuk terjadinya kematian tidak memerlukan waktu yang lama karena anti feedent (menurunkan nafsu makan), sehingga hama tersebut tidak bergairah untuk memakan bagian bunga yang disukainya.

3. Kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp

Hasil sidik ragam tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp

(lampiran 4), menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan. Rerata tingkat kerusakan bunga akibat hama Thrips sp. dapat di lihat dalam tabel 4.


(36)

27

Tabel 4. Rerata Tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp.

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada bedanyata berdasarkan Uji F pada tarif 5 %.

Hasil analisis sidik ragam (lampiran 4) rerata tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan menunjukkan tidak ada beda nyata. hal tersebut terjadi karena kerusakan bunga yang disebabkan oleh hama Thrips sp., kurang dari 5% artinya hama Thrips sp pada tiap bunga belum begitu merusak, bunga krisan hanya terdapat bintik-bitik hitam dan layu. Menurut (Andi, 2015) hama Thrips sp menyerang bunga krisan pada bagian yang lunak, sehingga sel-sel bunga menjadi layu dan bintik-bintik hitam.

Menurut Suhardi et all, 1994 jika tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan yang disebabkan oleh hama Thrips sp relatif kecil kurang dari 25 % hama Thrips sp belum begitu merusak sehingga bunga krisan masih tetap tumbuh dan berkembang hal tersebut disebabkan oleh populasi hama yang sedikit, dan langsung di kendalikan sehingga kerusakan yang dialami relatif rendah.

Perlakuan Tingkat Kerusakan Bunga (%) P0 = Kontrol(Tanpa perlakuan) 3.70

P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 3.66 P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 2.93 P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 3.66


(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

1. Aplikasi insektisida ekstrak daun sirsak berpengaruh dalam pengendalian hama Thrips sp

2. Dosis ekstrak daun sirsak yang terbaik pada setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air.

B. SARAN

Untuk medapatkan efektivitas yang lebih baik, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap dosis ekstrak daun sirsak.


(38)

25

DAFTAR PUSTAKA

Adiarto, B.K. 2003. Eksplorasi, Identifikasi dan Evaluasi Potensi Musuh-Musuh Alami Thrips. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.

Anonim, 2007. Budidaya Tanaman Krisan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Di akses tanggal 31 Mei 2015.

_______, 2007. Budidaya Krisan, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-5 _______, 2007. Petunjuk Teknis Pengolahan Tanaman Krisan Secara Terpadu,

Balai Peelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-11

Bayuhaji, D, 2004, Pengaruh Frekuensi Penyemprotan da Konsetrasi Insektisida Nabati Tembakau Untuk Pengendalian Kutu Daun (Aphis Sp) Pada

Cabai Merah, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Gardner. F. P, at all, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Universitas Indonesia Press, Jakarta. 428 hal

Handoko, 1999, http://www.peyuluhanpertanian.com/mengendalikan-serangga-hama Thrips sp pada tanaman bunga krisan. Di akses pada tanggal 23 Maret 2016.

Hasyim, I dan M. Reza, 1995. Krisan, Penebar Swadaya, Jakarta.Di akses pada taggal 03 juni 2015

Jumar, 2000, Strategi dan komponen teknologi pengendalian hama terpadu pada tanaman bawang merah. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Di akses pada tanggal 5 Febuari 2016 Kalshoven, L. G. E,1981, Pest Of Crops In Indonesia. Revised and Translanted by

PA Vanden Loan, PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. 704 P. Kardima, A., 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Kofranek, AM. 1980. Cut chrysanthemum, 5-43p, In Introduction to Floricultur, larson, RA.(Ed), Academic Press.

Kontor, A. B. 2013. Analisis Rantai Pasok dan rantai Nilai Bunga Krisan, di Daerah Sentra Pengembangan Jawa Timur, Solo. Universitas Negeri Sebelas Maret. Di akses tanggal 12 April 2016.


(39)

Lukito, A. M. 1998. Rekayasa pembungaan krisan dan Bunga lain. Trubus no.348: Jakarta.

Martono, E. 1997. Iventarisasi dan Identivikasijenis tumbuhan pengendalian hamdi kecamatan rembang jawa tengah, jurnal perlindungan Tanaman Indonesia, Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Mardiana, 2011. Pengenalan pestisida nabati tanamanhortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman, Departemen Pertanian, Jakarta.

Marwoto, B 2005. Standar Oprasional Budidaya Bunga Krisan Potong. Direktorat Budidaya Tanaman Hias. Direktorat Jendaral Hortikultutra. Depertemen Pertanian. Jakarta

Natawigena, H. 1993. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya Bandung. 202 hal.

Nawangsih, A. A., H.P Imdad, dan A. Wahyudi, 2000, Bunga krisan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Pracaya, 1991. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebarab Swadaya. Jakarta. 411 hal.

Radi, J. 1996. Sirska budidaya dan pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta.40 hal. Rukmana H.R dan A.E Mulyana, 1994.” Krisan Bunga potong”, kanisius, Jakarta Rukmana H.R dan A.E Mulyana, 1997.” Krisan Bunga potong”, kanisius, Jakarta. Setiadi, 2004. Hama Utama Krisan Dan Pengendaliaannya. Badan penelitian

Dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan pengembangan Tanaman hias. Bogor. Di akses tanggal 25 Maret 2014.

Siswanto, B., Agus, K., dan S. Kusumo, 1995, Kesesuaian Lahan Pengembangan Tanaman bunga Krisan, Penebar Swadaya, Jakarta

Sunarjono, 2005, Pemanfaatan daun sirsak untuk mengendalikan hama terpadu Di Laboratorium. Balai Besar Karantina Tumbuhan. Belawan. Suhardi & Euis S., 1994, Peguji Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit

Terpadu Pada Bawang Merah Berdasarkan Nilai Ambang kedali dan Modifikasi Tipe Diel Alat Smprot, Buletin Penelitian Hortikultura Vol. XXVI No. 4, Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.


(40)

27

Syahbani, 2008. Pengaruh Frekuensi dan Kosentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annoa muricata l) Terhadaphama Kutu Daun (Aphisd sp) Pada Tanaman Cabai. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Thamrin, M. 2001. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. http:/www..Deptan.go.id 23 Juli 2016

Tofel, M. 2001. Pengaruh pestisida Nabati Biji Sirsak (Annona muricata L) Terhadap populasi hama plutella L. Dan hasil pada Tanaman Sawi. Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Hama terpadu. Gajahmada University Press. Yogjakarta.Di akses tanggal 26 Maret 2015.

Wasito dan komar, 2004. Jenis pupuk N,P dan K. Untuk peningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman krisan, Cianjur, Balai Penelitian Tanaman hias.


(41)

28 LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out Penelitian

Dari metode diatas diperoleh 5 unit perlakuan, tiap unit perlakuan terdiri atas 3 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 3 unit tanaman tanaman sampel dan 2 unit tanaman cadangan, sehingga total keseluruhan unit penelitian adalah 45 unit polybag.

P0 (1) P4 (3) P5 (2)

P2 (2) P1 (1) P2 (3)

P5 (3)

P0 (2) p6 (3)

p6 (1)

P1 (2)

P3 (2)

P6 (2) P4 (2)

P3 (1)

P1 (3) P2 (1)

P3 (2) P0 (3)

P4 (1) P5 (1)


(42)

29

Keterangan:

P0 = kontrol (tanpa perlakuan)

P1 = penyemprotan 2 hari sekali, Konsentrasi 250g/l air P2 = Penyemprotan 4 hari sekali, Konsentrasi 500/l air P3 = Penyemprotan 6 hari sekali, Konsentrasi 750g/l air

P4 = Penyemprotan dengan pestisida Profenofos 6 hari sekali, konsentrasi 2ml/l air.

= Tanaman sample = Tanaman Cadangan

P0 (1)

P4(3)

P1(1)

P2(2)

P3(2) P4(2)

P3(1)

P0(3)

P1(2)

P2(3) P4(1)

P3(3) P1(3)

P0(2)


(43)

Lampiran 2. Perhitungan kebutuhan Pupuk

 Jarak tanam antar polybag 20 cm x 20 cm2 = 400 cm2

 Jumlah tanaman/ha : = = 250.000 tanaman 1. Kebutuhan pupuk kandang untuk dosis 10 ton/ha (pupuk dasar)

Kebutuhan pupuk kandang /tanaman =

=

= 40 g/tanaman

2. Kebutuhan pupuk Urea (46%N) dosis 200 kg/ha N (pupuk susulan) = x 100 N kg / ha

= 434,78 kg/tanaman

Kebutuhan pupuk Urea/tanaman =

= 0,173 kg/tanaman = 173 g/tanaman


(44)

31

Lampiran 3. Perhitungan Volume Semprot

 Jarak tanam tanaman antar polybag 20 x 20cm2 = 400 cm2

jarak tanaman/ha =

= 250.000 tanaman

 Volume semprot ekstrak daun sirsak = 400 l/ha = 400.000 ml/ha

volume semprot/tanaman =


(45)

Lampiran 4 : Tabel Analisis Varian Parameter Pengamatan

1. Tabel Anova Presentase Mortalitas

SR DB JK KT F hitung Pr > F

Perlakuan 4 4748.93 1187.23 16.90 <0.0002*

Erorr 10 70.26 702.66

Total 14 5451.60

Keterangan : * = ada bedanyata

2. Tabel Anova Presentase Efikasi

SR DB JK KT F.hitung Pr > F

Perlakuan 4 1555.89 3897.433 79.11 <.0001*

Erorr 10 492.66 49.266

Total 4 16082.400

Keterangan : * = ada beda nyata

3. Tabel Anova Tingkat kerusakan Bunga

SR DB JK KT F.hitung Pr > F

perlankua 4 1.99733 0.499333 0.19 0.9387 ns

Erorr 10 26.40667 2.640667

Total 14 28.404


(46)

33

Lampiran 5 : Foto-Foto Penelitian

Gambar 1. Bibit


(47)

Gambar 3. Tanaman Sirsak


(48)

35

Gambar 5. Ciri-ciri Bunga Terserang HamaThrips sp


(49)

Lampiran 6 : Foto Hasil Aplikasi Ekstrak Daun Sirsak

Gambar 6.1 = ekstrak daun sirsak dosis 250 g/l air


(50)

37

Gambar 6.3 = ekstrak daun sirsak dosis 750 g/l air


(51)

(52)

39

Lampiran 7 : Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan

April Mei Juni Juli Agustus

1 Seminar Proposal

2 Persiapan Lahan

3 Pemeliharaan

4 Pengaplikasian

5 Pengamatan dan Panen

6

Laporan dan Seminar hasil

Penelitian 7 Sidang


(53)

Lampiran 8 : Data Monografi Desa Dan Kelurahan Tempat Penelitian Dasar Hukum : INMENDAGRI Nomor : 23 Tahun 1989

Desa : Panggeran Nomor Kode : 34. 04 . 2016 Kecamatan : Pakem Kabupaten : Sleman

Profinsi Dati 1 : Daerah Istimewa Yogyakarta

A. Bidang Pemerintahan 1. Luas dan batas wilayah

a. Luas Desa : 1. 348 Ha b. Batas Wilayah

1)Sebelah Utara : Hutan Lindung

2)Sebelah Selatan : Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik 3)Sebelah Barat : Desa Donokerto, Desa Girikerto, Kec. Turi 4)Sebelah Timur : Desa Cadi Binangun dan Hargobinagun 2. Kondisi Geografi

a. Ketinggian tanah dari permukaa laut : 600 - 900 b. Banyak curah hujan : 3.058 mm/th c. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Tinggi d. Suhu udara rata – rata : 25 oC - 30 oC 3. Orbital (jarak dari pusat pemerintahan desa/ kelurahan)

a. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 1 km b. Jarak dari Ibukota Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II : 12 km c. Jarak dari Ibukota Daerah Tingkat I : 17 km d. Jarak dari Ibukota Negara Jakarta : 635 km


(54)

1

PENGARUH DOSIS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP HAMA Thrips sp PADA BUNGA KRISAN (Chrysanthemum sp).

MAKALAH SEMINAR HASIL

Oleh : Indah Sri Mursini

20120210074

Program Studi Agroteknologi

Dosen Pembimbing : 1. Ir. Achmad Supriyadi, M.M 2. Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2016

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang

Krisan atau Seruni (Chrysanthemum sp.) merupakan salah satu komoditas tanaman bunga hias yang penting dibandingkan dengan jenis bunga lainya. Masyarakat pengguna bunga krisan menyebar diseluruh dunia, dari daerah tropis, subtropis, hingga ke daerah dingin. Krisan banyak di kenal sebagai tanaman hias dan pelengkap berbagai dekorasi, kebutuhan komoditas ini mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai bahan dekorasi ruangan, vas bunga, teh, rangkaian bunga dan obat tradisional (Rukmana dan Mulyana, 1997).

Bunga krisan digologkan dalam dua tipe yaitu tipe spray dan standar. Krisan tipe spray dalam satu tangkai bunga tedapat 10-20 kuntum bunga berukuran kecil. Sedangkan tipe standar pada satu tangkai bunga krisan hanya satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa dibudidayakan sebagai bunga potong adalah tunggal, Anemone, Pompon, Dekoratif, dan bunga besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999).

Daya tarik pengembangan budidaya bunga krisan terletak pada nilai ekonominya yang tinggi. Bunga potong krisan merupakan permintaan bunga potong terbesar ke dua setelah bunga mawar. Pada tahun 1993 Indonesia mengekspor bunga potong krisan sebanyak 198,3 ton senilai U$ 243,7 ke Negara Hongkong, Jepang, Malaysia dan Singapura (Rukmana dan Mulyana, 1997). Produksi Krisan potong di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta pada tahun 2007 tercatat sebesar 680,000 tangkai, sedangkan permitaan krisan potong pada tahun 2007 sejumlah 9600.000 (Kontor, 2013). Melihat siklus kebutuhan bunga krisan,


(55)

2

menguntungkan dan efisien dalam jangka pendek, tetapi akan menimbulkan berbagai dampak negatif dalam penggunaan jangka panjang seperti residu pada bahan, biaya yag mahal dan pencemaran lingkungan (Untung, 2011).

Salah satu alternatif untuk pengendalian hama Thrips sp adalah megguakan bahan-bahan alami yang tidak berbahaya, misalkan beopestisida dari bahan tumbuhan. Daun sirsak merupakan tanaman tahunan yang mempunyai kandungan senyawa kimia Acetogenin pada daun, akar, bunga, kulit buah kulit batang (Kardiman, 1999). Bahan nabati pada daun sirsak dapat digunakan senyawa penolak serangga, toksin dan menjadi pertahanan bagi tumbuhan terhadap hewan pemangsa tumbuhan Kardiman, 1999). Beberapa penelitian telah mencoba mengguakan ekstrak nabati dari tanaman untuk mengendalikan hama Thrips sp. Menurut Syahbani. (2008) pemberian ekstrak daun sirsak dengan konsntrasi 250g/l air dan aplikasi setiap 2 hari sekali beleum efektif mengendalikan hama kutu daun (Aphis sp) di lapangan dengan tingkat mortalitas yaitu 29,10% dan tingkat efikasi yaitu 23,43%. Dengan hasil penelitian tersebut perlu adanya kajian lanjutan dalam pengendalian hama Aphis sp.

Hama Thrips sp merupakan salah satu hama utama bunga krisan selain aphis sp. Keberadaan Thrips sp sangat merusak bunga krisan dalam

Organisme penganggu tanaman bunga krisan adalah hama utama yaitu hama Thrips sp yang mengakibatkan kualitas bunga rendah seperti terjadinya bintik-bintik hitam pada bunga, layu dan mati. Dalam menanggulangi hama tersebut petani menggunakan pestisida kimia. yang mana penggunaan bahan kimia terus menerus menimbulkan efek negatif. Untuk menggantikan ketergantungan terhadap pestisida kimia menggunakan pestisida organik yaitu daun sirsak yang mempunyai keunggulan kandungan senyawa acetogenin, tanin yang memiliki keistimewaan sebagai anti feedent (menurunka nafsu makan). Sedangkan alkaloid dan flafonoid bersifat racun. Penggunaan daun sirsak sebagai pestisida organik belum ada anjuran dalam pemeberian dosis yang tepat, sehingga masih perlu di kaji.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil suatu tujuan dari penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh penyemprotan ekstrak daun sirsak terhadap hama Thrips sp pada bunga krisan.


(56)

3 2. Untuk mendapatkan dosis estrak daun sirsak yang terbaik untuk

menekan populasi hama Thrips sp pada bunga krisn II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida Nabati Daun Sirsak

Sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhan. Tanaman sirsak berasal dari Amerika Tengah, sudah banyak di kenal di berbagai daerah. Buah tropis ini kemudian menyebar hampir diseluruh benua. Tanaman sirsak dapat tumbuh baik mulai dari dataran rendah beriklim kering sampai basah dengan ketinggian 1000 m dpl. Daun sirsak berbentuk bulat telur, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dengan ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilat. Pada buah yang telah masak biji sirsak berwarna coklat kehitaman, sedangkan kulit buah sirsak berigi (Sunarjono, 2005).

Tanaman sirsak terutama pada bagian buah sirsak mentah, daun, kulit buah dan akarnya telah diketahui mempunyai senyawa kimia (bioaktif) atau mengandung senyawa acetogenin, sebagai anti fertilitas dan bersifat toksik secara kontak sistematik yang diharapkan dapat berfungsi sebagai pestisida (Mardiana, 2011). Daun sirsak telah diketahui dapat berperan sebagai racun, mempunyai efek penolak yang khas dan keberadaannya dapat memberi perlindungan kepada tumbuhan dari gangguan patogen atau serangga. Acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti

feedant dan penolak seragga. Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan struktur 30-32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus5-methyl

-2-furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktivitas sitotoksis dan darivat acetogenin yang berfungsi sitotoksit adalah asimicin, bulatacin dan

squmosin. Selain itu daun sirsak (Annona Muricata L) ada beberapa kandungan yaitu alkaloid, flavonoid, tanin,dan saponin (Robinson 1995; Andri,2013). Pemanfaatan bahan ini amat potensial sebagai insektisida dan bekerja toksik membuat gerakan serangga menjadi lamban, aktifitas menurun dan akhirnya mati, ekstrak nya bersifat letal terhadap kepik (Oncopeltus fasciatus), Thrips, dan wereng daun. Penelitian tentang sirsak pernah dilakukan sebelumnya diantaranya penggunaan daun sirsak untuk mengendalikan hama Aphids sp menggunakan insektisidan ekstrak daun sirsak mengendalikan kutu daun (Aphids sp) pada tanaman Cabai dan hasilnya insektisida ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi 150 g/l dengan frekuensi semprot 2 hari sekali tidak mampu mengendalikan hama

Aphidssp pada tanamn cabai (Bayu, 2004).

B. Hama Thrips sp

Hama Thrips sp pada bunga krisan termasuk kedalam ordo Thysanoptera (serangga bersayap duri/rumbai), serangga ini biasa banyak ditemukan pada tanaman karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai banyak tanama inang yaitu kentang tomat, cabai, bawang merah, bunga krisan, dan bunga sedap malam dan jenis bawang lainnya, (Untung, 1993). ketang dan tomat, cabai, bawang merah, dan jenis bawang lainya, bunga krisan, dan sedap malam (Untung, 1993).


(57)

4

Gambar 1.

Thrips sp mempunyai ciri-ciri tidak bersayap tepi, tetapi dewasa mempunyai sayap yang transparan (tembus cahaya), mempunyai panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/setengah sempurna (Andriato & Indrianto, 2003). Daur hidup Thrips sp

pada tingkat nimfa 7 hari, setelah itu sudah menghasilkan keturunan. Bila temperatur diatas 25 0C yang dewasa akan berkirang umurnya dan jumlah keturunanya akan berkurang. Diatas temperature 28,5 oC reproduksi terhenti. Bila kelembapannya tinggi, nimfa dan yang muda tidak tahan karena terserang cendawan. Thrips sp menyukai bunga krisan muda yang jaringannya masih lunak, merusak dengan cara menusuk jaringan bunga, menghisap cairan sel bunga sehingga bunga tumbuh tidak normal(Percaya, 1991). Menurut Kalshoven (1981) Perkembang biakannya secara parthenogenesis dan telurnya menetas didalam badan. Ada juga fase seksual yang membentuk jantan dan betina yang telurnya menetas di luar badan (ovivar). Didataran tinggi Thrips sp sangat subur

dan gagal membetuk bunga (Untung, 1993)

Ciri-ciri gejala terserang hama thrip diantaranya adalah, pada kelopak bunga terdapat bitik-bintik hitam, warna plopak bunga tidak segar atau cerah, bawah plopak bunga berwarna kecoklatan, dan batang bunga layu. Serangan hama Thrips sp menghisap cairan bunga secara langsung, sehingga bunga yang terserang akan layu, bintik-bintik hitam dan kering, sehingga produksi bunga krisan menurun. Serangan yang hebat akan meyebabkan tanaman akan sangat lemah dan bunga tidak normal. Apabila kita kurang perhatian, seringkali kerusakan tidak kelihatan sampai

Thrips sp sudah tidak ada (Setiadi, 2004 ). Tubuh hama Thrips sp yang ringan akan mudah mengikuti arah angin. Sehingga tidak mengherankan kalau daya serang dan daya sebar hama Thrips sp ini sangat cepat. Daerah penyebaran hama ini sangat luas hampir terdapat diseluruh dunia.

C. Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp)

Bunga Krisan merupakan tanaman hias berupa perdu dengan sebutan lain seruni atau bunga emas (Gloden Flower) berasal dari daratan Cina, yang termasuk dalam famili Asteraceae. Krisan Kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Krisan Chrysanthemum indicum (Kuning), Chrysanthemum daisy (Bulat, ponpon). Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800-an. Sejak tahun 1940, Krisan dikembangkan secara komersial. Tanaman bunga krisan berbentuk perdu, dan


(58)

5

tanaman bunga Krisan tumbuh menyemak setinggi 20 cm - 200 cm. Bunga krisan tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang akan menjadi keras dan berwrna hijau kecoklat-coklatan. Penampilan visual tanaman Krisan mirip dengan aster. Ciri khas tanaman Krisan dapat dilihat dari bentuk daun yaitu bagian tepi dari bercelah atau berigi, tersusun dengan berselang seling pada batang. Perakaran bunga krisan menyebar ke semua arah kedalaman 40 cm. Bunga krisan Fiji kuning tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang (Rukeman dan Mulyana, 1997).

Bunga krisan stndar mempunyai bunga tunggal perbatang, tipe ini dihasilkan dengan membuang calon bunga samping (lateral bud) dan membiarkan calon bunga utama (terminal bud) tumbuh dan berkembang sendiri. Bunga krisan megandung Vitamin C, beta karotene, kalsium serat, zat besi, kalium, dan magnesium.

Dalam penelitian ini bunga krisan yang diajukan adalah bunga Krisan standar Fiji Kuning varietas ponpon. Ukuran bunga 10,5 cm-12cm dengan tinggi tanaman 20 cm, Umur panen tanaman berbunga krisan ± 2,5 bulan-3 bulan setelah tanaman. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah ketika bunga telah ½ mekar atau 4 hari sebelum mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997). Bunga Krisan membutuhkan suhu udara antara 17-30oC. Tanaman krisan tumbuh berketinggian antara 600-1200 m dpl. Kelembapan yang di butuhkan pada saat pertumbuhan yaitu 70-80%, kadar CO2 yang ideal untuk fotosintesis

adalah 600-900 ppm. Penambahan penyinaran yang paling baik ketika tengah

malam yaitu pada jam 22:30-01:00 dengan lampu 150 lux untuk 9 m2, dan lampu dipasang menggantug 1,5 dari ujung daun. Periode pemasangan lampu di lakukan pada vegetatif (2-4 minggu) untuk merangsang pertumbuhan bunga (Lukito, 1998). Tanah untuk tanaman bunga krisan harus subur kaya akan bahan organik, pH tanah antara 5,5-6,7 pH optimum 6,5. Tanaman bunga krisan akan beradaptasi degan baik pada tanah yang gembur.

D. Hipotesis

Diduga pemberian ekstrak daun sirsak dengan dosis setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air mampu dalam mengendalikan hama Thrips sp.

III. TATA CARA PENELITAIN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan pada bulan Maret sampai Juni 2016 yang bertempat di Desa Panggeran, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jenis tanah grumosol, ketinggian tempat 600 m.dpl.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, sekam padi, Urea, bibit tanaman krisan, daun sirsak pestisida kimia Curacron. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Polybag ukuran 20 cm x 20 cm, cangkul, skop,


(59)

6

Rancangan penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) Adapun faktor yang diujikan adalah frekuensi dan konsentrasi aplikasi ekstrak daun sirsak yang terdiri atas 5 perlakuan, 3 ulangan, masing-masing perlakuan ada 3 tanaman perlakuan selengkapnya sebagai berikut:

P0 = Kontrol (tanpa perlakuan)

P1 = penyemprotan 2 hari sekali, Dosis 250 g/l air P2 = penyemprotan 3 hari sekali, Dosis 500 g/l air P3 = penyemprotan 4 hari sekali, Dosis 750 g/l air

P4 = penyemprotan dengan pestisida Profenofos 6 hari sekali, konsentrasi 2 m/l air.

D. Tata Laksana Penelitian

1. Persiapan Lahan

a. Penyiapan medium tanam

Pengolahan tanah menggunakan cangkul, diberi pupuk kandang 10 ton/ha dan sekam dengan cara diaduk rata jadi satu di atas tanah. Pupuk kandang, sekam dan tanah dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Pengolahan tanah dilakukan 2 minggu sebelum tanam.

dilakukan penyulaman dengan bibit yang umurnya sama.

3. Pemeliharaan Tanaman a. Penyiraman

Bibit yang baru saja ditanam disiram setiap hari. Penyiraman dilakukan secara kontinu 2 kali sehari, tergantung keadaan medium tumbuh (tanah) dan cuaca. Apabila pagi turun hujan maka penyiraman tidak dilakukan agar tanaman tidak mati karena tergenang oleh air sehingga dapat tumbuh dengan baik.

b. Penyinaran

Untuk memacu pertumbuha vegetatif tanaman sehingga diperoleh tinggi tanaman yang seragam maka dibutuhkan pelampuan (Rukmana dan Mulyana 1997). Pelampuan menggunakan lampu pijar dengan daya 150 lux sebanyak 1 buah degan jarak 1,5 m dari ujung pucuk daun yang diberikan dari umur pertama sampai umur 6 minggu setelah tanam.

c. Pemupukan

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan, pupuk dasar diberikan saat pengolahan tanah sedangkan pupuk susulan diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 4 minggu dan 8 minggu. Adapun cara pemberian pupuk adalah sebagai berikut:


(60)

7

i. Pupuk susulan yang pertama meggunakan pupuk Urea dengan dosis 300 kg/ha (173 gram/tanaman) diberikaan saat tanaman berumur 4 minggu. ii. Pupuk susulan yang kedua menggunakan pupuk Urea dengan dosis 150

kg/ha (1,5 gram/tanaman) diberika saat tanaman berumur 8 minggu atau pada saat berumur 56 hari setelah tanam.

4. Perlakuan

a. Persiapan bahan dan pembuatan ekstrak daun sirsak kering

Pembuatan insektisida daun sirsak dilakuakan sehari sebelum aplikasi, Tindakan pertama yang dilakukan adalah dengan cara daun sirsak tua dikering anginkan kemudian dipotong kecil-kecil selajutnya lalu dihaluskan dengan cara diblender setelah itu ditimbang masing-masing sebesar 250 gram, 500 gram, dan 750 gram. Setelah halus lalu masing-masing bahan tersebut ditambah dengan air sampai kapasitas 1 liter, dan kemudian ditambah alkohol 90% sebanyak 9 tetes, lalu aduk sampi larut. Kemudian disimpan pada ruangan bersuhu 260C, dibiarkan pada tempat yang aman selama 24 jam. Langkah selanjutnya, setelah 24 jam bahan yang tadi disaring dan diambil larutannya sebanyak konsentrasi yang digunakan untuk diapliksikan, pada setiap tanaman sesuai dengan frekuensi dan konsentrasi ekstrak daun sirsak yang digunakan. Sebelum diaplikasikan, setiap larutan ekstrak daun sirsak ditambah dengan deterjen sebanyak 3 g yang bertujuan utuk memperluas volume semprot.

b. Pengaplikasian ekstrak daun sirsak

Penyemprotan ekstrak daun sirsak dilakukan pada pagi hari, dengan frekuensi 2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali dan konsentrasi 250 g/l air, 500 g/l air, 750 g/l air, aplikasi air, insektisida buatan Profenopos 2 m/l yang di ambil dari Curracron 500 EC dan dilakukan dengan cara menakar konsentrasi tersebut menggunakan gelas ukur sesuai dengan kebutuhan. Di aplikasikan selama 9 kali (3 minggu) pada saat itu umur bunga krisan 2 bulan dengan volume semprot 16 ml/tanaman.

5. Panen

Bunga Krisan dapat dipanen ± berumur 108 hari setelah tanam. Ciri-ciri bunga sudah siap panen diantaranya adalah petal bunga membuka 80%, dengan cara mencabut batang tanaman ataupun dengan cara memotong pangkal batang.

E. Parameter yang diamati 1. Mortalitas

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hama yang mati selama 3 minggu. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung Persentase mortalitas dapat dihitung dengan mengguakan rumus sebagai berikut :

% Mortalitas =[

]

Keterangan :

X0 = Populasi hama 1 jam sebelum aplikasi X1 = Populasi hama 1 jam sesudah aplikas


(61)

8 rumus Handerson–Tilton untuk populasi hama sebelum dan sesudah aplikasi dengan insektisida nabati dan kimia pada berbagai perlakuan yang dicobakan (Ngatawigena, 1993).

Untuk menghitung efikasi digunakan rumus Handosen-Tilton sebagai berikut:

% Efikasi = [

]

Keterangan:

Tb : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sebelum aplikasi

Ta : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sesudah aplikasi

Cb : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sebelum aplikasi

Ca : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sesudah aplikasi

3. Tingkat kerusakan Bunga (%)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah tanaman rusak yang disebabkan oleh hama Thrips sp setiap satu minggu sekali terhadap

menggunkan rumus :

V =

Keterangan :

V = intensitas kerusakan

N = jumlah sampel yang diamati

n = jumlah sampel yang diamati untuk tiap katagori kerusakan Nilai kategori serangan (V) untuk hama umumnya didasarkan pada luas serangan sebagai berikut :

1. = 0 - < 25 % luas bagian tanaman yang terserang. 2. = 25 % - < 50 % luas bagian tanaman yang terserang. 3. = 50 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang. 4. = 75 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan yang diperoleh dilakukan analisis varians dengan taraf nyata 5%. Jika ada pengaruh nayat, dilakukan Duncan’s


(62)

9 Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Data dalam persen dan nol sebelum analisis ditransformasikan terlebih dahulu menjadi , x adalah data sebenarnya (Gomez, 1983).

G. Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dilakukan analisis varians dengan tarif 5%. Jika ada pengaruh nyata, dilakukan Duncan’s Multipel Range Test (DMRT) pada tarif 5%. Data disajikan dalam bentuk gambar, grafik, dan tabel.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Mortalitas

Hasil sidik ragam tingkat mortalitas (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat mortalitas dapat di lihat dalam tabel 3

Tabel 3. Rerata Tingkat Mortalitas

Perlakuan Tingkat Mortalitas (%)

P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) 3.33

P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 34.33 P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 54.66 P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 46.66

P4 = Profenofos 500 g/l 51.66

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.

Pada tabel 3 rerata tingkat mortalitas menunjukkan ekstrak daun sebagai biopestisida berpengaruh nyata antar semua perlakuan. Pestisida organik ekstrak daun sirsak berbagai dosis mampu mengimbangi pestisida kimia. Hal tersebut disebabkan dari kandungan zat acetogenin yang bersifat anti feedent (menurunkan nafsu makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak sehingga jika ekstrak daun sirsak termakan oleh hama Thrips sp maka akan menyebabkan kematian (M. Thamrin, 2011).

Berdasarkan tingkat mortalitas, pada perlakuan p2 dan p4 ada beda nyata dengan perlakuan p0. Perlakuan P1 dan P3 tidak ada bedanyata dengan perlakuan p0 dan perlakuan p2 menunjukkan tidak ada beda nyata dengan perlakuan p4, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak dapat digunkan untuk mengurangi penggunaan pestisida sitnetis pada budidaya bunga krisan.


(63)

10 bersifat letal terhadap Thrips sp.

2. Tingkat Efikasi

Hasil sidik ragam tingkat efikasi (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat efikasi dapat di lihat dalam tabel 4. Tabel 4. Rerta Tingkat Efikasi

Perlakuan Tingkat Efikasi (%)

P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) 0 c P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 72.33 b P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 81.66 ab P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 78.33 ab P4 = Profenofos 500 g/l 86.66 a

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.

perlakuan P2 dan P4 berbeda nyata dengan perlakuan P0. Perlakuan P0 tidak ada beda nyata pada perlakuan P1 dan P3. Berdasarkan efikasi yang baik ekstrak daun sirsak dengan kimia sudah menujukkan efikasi di atas 50% tingkat efikasi antar perlakuan tersebut efektif dalam mengandalikan hama Thrips sp, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak efektif dalam mengendalikan hama Thrips sp dan mampu mengurangi penggunaan pestisida sintetik pada budidaya bunga krisan. Menurut Natawigena (1993) berdasarkan LC 50 batas minimal kemanjuran tingkat efikasi adalah 50%, artinya apabila kurang dari 50% pestisida nabati yang digunakan tidak manjur. Semakin tinggi nilai efikasi yang diperoleh maka semakin manjur pestisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama Thrips sp.

Seperti penelitian (menurut Tofel 2001) ekstrak daun sirsak pada konsentrasi 150 g/l air mampu mengndalikan populasi hama plutella xylostella pada tanaman sawi. Ekstrak daun sirsak berfungsi sebagai anti feedant bagi hama Thrips sp. Untuk terjadinya kematian tidak memerlukan waktu yang lama karena anti feedent (menurunkan nafsu makan), sehingga hama tersebut tidak bergairah untuk memakan bagian bunga yang disukainya.


(64)

11 3. Kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp

Hasil sidik ragam tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp

(lampiran 4), menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan. Rerata tingkat kerusakan bunga akibat hama Thrips sp., dapat di lihat dalam tabel 4 Tabel 4. Rerata Tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp.,

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada bedanyata berdasarkan Uji F pada tarif 5 %.

Hasil analisis sidik ragam (lampiran 4) rerata tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan menunjukkan tidak ada beda nyata. hal tersebut

terjadi karena kerusakan bunga yang disebabkan oleh hama Thrips sp., kurang dari 5% artinya hama Thrips sp pada tiap bunga belum begitu merusak, bunga krisan hanya terdapat bintik-bitik hitam dan layu. Menurut (Andi, 2015) hama Thrips sp menyerang bunga krisan pada bagian yang lunak, sehingga sel-sel bunga menjadi layu dan bintik-bintik hitam.

Menurut Suhardi et all, 1994 jika tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan yang disebabkan oleh hama Thrips sp relatif kecil kurang dari 25 % hama Thrips sp belum begitu merusak sehingga bunga krisan masih tetap tumbuh dan berkembang hal tersebut disebabkan oleh populasi hama yang sedikit, dan langsung di kendalikan sehingga kerusakan yang dialami relatif rendah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Aplikasi insektisida ekstrak daun sirsak berpengaruh dalam pengendalian hama Thrips sp

2. Dosis ekstrak daun sirsak yang terbaik pada setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air.

B. SARAN

Untuk medapatkan efektivitas yang lebih baik, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap dosis ekstrak daun sirsak.

Perlakuan Tingkat Kerusakan Bunga (%)

P0 = Kontrol(Tanpa perlakuan) 3.70 P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 3.66 P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 2.93 P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 3.66


(1)

7 i. Pupuk susulan yang pertama meggunakan pupuk Urea dengan dosis 300

kg/ha (173 gram/tanaman) diberikaan saat tanaman berumur 4 minggu. ii. Pupuk susulan yang kedua menggunakan pupuk Urea dengan dosis 150

kg/ha (1,5 gram/tanaman) diberika saat tanaman berumur 8 minggu atau pada saat berumur 56 hari setelah tanam.

4. Perlakuan

a. Persiapan bahan dan pembuatan ekstrak daun sirsak kering

Pembuatan insektisida daun sirsak dilakuakan sehari sebelum aplikasi, Tindakan pertama yang dilakukan adalah dengan cara daun sirsak tua dikering anginkan kemudian dipotong kecil-kecil selajutnya lalu dihaluskan dengan cara diblender setelah itu ditimbang masing-masing sebesar 250 gram, 500 gram, dan 750 gram. Setelah halus lalu masing-masing bahan tersebut ditambah dengan air sampai kapasitas 1 liter, dan kemudian ditambah alkohol 90% sebanyak 9 tetes, lalu aduk sampi larut. Kemudian disimpan pada ruangan bersuhu 260C, dibiarkan pada tempat yang aman selama 24 jam. Langkah selanjutnya, setelah 24 jam bahan yang tadi disaring dan diambil larutannya sebanyak konsentrasi yang digunakan untuk diapliksikan, pada setiap tanaman sesuai dengan frekuensi dan konsentrasi ekstrak daun sirsak yang digunakan. Sebelum diaplikasikan, setiap larutan ekstrak daun sirsak ditambah dengan deterjen sebanyak 3 g yang bertujuan utuk memperluas volume semprot.

b. Pengaplikasian ekstrak daun sirsak

Penyemprotan ekstrak daun sirsak dilakukan pada pagi hari, dengan frekuensi 2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali dan konsentrasi 250 g/l air, 500 g/l air, 750 g/l air, aplikasi air, insektisida buatan Profenopos 2 m/l yang di ambil dari Curracron 500 EC dan dilakukan dengan cara menakar konsentrasi tersebut menggunakan gelas ukur sesuai dengan kebutuhan. Di aplikasikan selama 9 kali (3 minggu) pada saat itu umur bunga krisan 2 bulan dengan volume semprot 16 ml/tanaman.

5. Panen

Bunga Krisan dapat dipanen ± berumur 108 hari setelah tanam. Ciri-ciri bunga sudah siap panen diantaranya adalah petal bunga membuka 80%, dengan cara mencabut batang tanaman ataupun dengan cara memotong pangkal batang.

E. Parameter yang diamati 1. Mortalitas

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hama yang mati selama 3 minggu. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung Persentase mortalitas dapat dihitung dengan mengguakan rumus sebagai berikut :

% Mortalitas =[

]

Keterangan :

X0 = Populasi hama 1 jam sebelum aplikasi X1 = Populasi hama 1 jam sesudah aplikas


(2)

8 2. Efikasi (%) (Natawigena, 1993)

Efikasi merupakan penguji kemanjuran atau efektif suatu insektisida yang digunakan dalam mengedalikan hama. Uji efikasi dihitung dengan rumus Handerson–Tilton untuk populasi hama sebelum dan sesudah aplikasi dengan insektisida nabati dan kimia pada berbagai perlakuan yang dicobakan (Ngatawigena, 1993).

Untuk menghitung efikasi digunakan rumus Handosen-Tilton sebagai berikut:

% Efikasi = [

]

Keterangan:

Tb : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sebelum aplikasi

Ta : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sesudah aplikasi

Cb : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sebelum aplikasi

Ca : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sesudah aplikasi

3. Tingkat kerusakan Bunga (%)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah tanaman rusak yang disebabkan oleh hama Thrips sp setiap satu minggu sekali terhadap

tanaman sampel (Suhardi et all, 1994). Perhitungan tingkat kerusakan daun dilakukan pada tiap tanaman sampel dan dinyatakan dalam %.

Intensitas kerusakan dihitung dengan

menggunkan rumus :

V =

Keterangan :

V = intensitas kerusakan

N = jumlah sampel yang diamati

n = jumlah sampel yang diamati untuk tiap katagori kerusakan

Nilai kategori serangan (V) untuk hama umumnya didasarkan pada luas serangan sebagai berikut :

1. = 0 - < 25 % luas bagian tanaman yang terserang. 2. = 25 % - < 50 % luas bagian tanaman yang terserang. 3. = 50 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang. 4. = 75 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan yang diperoleh dilakukan analisis varians dengan taraf nyata 5%. Jika ada pengaruh nayat, dilakukan Duncan’s


(3)

9 Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Data dalam persen dan nol sebelum analisis ditransformasikan terlebih dahulu menjadi , x adalah data sebenarnya (Gomez, 1983).

G. Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dilakukan analisis varians dengan tarif 5%. Jika ada pengaruh nyata, dilakukan Duncan’s Multipel Range Test (DMRT) pada tarif 5%. Data disajikan dalam bentuk gambar, grafik, dan tabel.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Mortalitas

Hasil sidik ragam tingkat mortalitas (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat mortalitas dapat di lihat dalam tabel 3

Tabel 3. Rerata Tingkat Mortalitas

Perlakuan Tingkat Mortalitas (%)

P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) 3.33

P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 34.33

P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 54.66

P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 46.66

P4 = Profenofos 500 g/l 51.66

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.

Pada tabel 3 rerata tingkat mortalitas menunjukkan ekstrak daun sebagai biopestisida berpengaruh nyata antar semua perlakuan. Pestisida organik ekstrak daun sirsak berbagai dosis mampu mengimbangi pestisida kimia. Hal tersebut disebabkan dari kandungan zat acetogenin yang bersifat anti feedent (menurunkan nafsu makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak sehingga jika ekstrak daun sirsak termakan oleh hama Thrips sp maka akan menyebabkan kematian (M. Thamrin, 2011).

Berdasarkan tingkat mortalitas, pada perlakuan p2 dan p4 ada beda nyata dengan perlakuan p0. Perlakuan P1 dan P3 tidak ada bedanyata dengan perlakuan p0 dan perlakuan p2 menunjukkan tidak ada beda nyata dengan perlakuan p4, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak dapat digunkan untuk mengurangi penggunaan pestisida sitnetis pada budidaya bunga krisan.


(4)

10 Hal tersebut disebabkan kandungan zat acetogenin dalam ekstrak daun sirsak yang berfungsi anti feedent (menurunkan nafsu makan) membuat gerakan serangga menjadi lamban, aktifitas menurun dan akhirnya mati, ekstrak nya bersifat letal terhadap Thrips sp.

2. Tingkat Efikasi

Hasil sidik ragam tingkat efikasi (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat efikasi dapat di lihat dalam tabel 4.

Tabel 4. Rerta Tingkat Efikasi

Perlakuan Tingkat Efikasi (%)

P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) 0 c

P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 72.33 b

P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 81.66 ab

P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 78.33 ab

P4 = Profenofos 500 g/l 86.66 a

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.

Pada tabel 4 rerata tingkat efikasi menunjukkan ekstrak daun sebagai pestisida organik berpengaruh nyata antar semua perlakuan. Dilihat dari perlakuan P2 dan P4 berbeda nyata dengan perlakuan P0. Perlakuan P0 tidak ada beda nyata pada perlakuan P1 dan P3. Berdasarkan efikasi yang baik ekstrak daun sirsak dengan kimia sudah menujukkan efikasi di atas 50% tingkat efikasi antar perlakuan tersebut efektif dalam mengandalikan hama Thrips sp, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak efektif dalam

mengendalikan hama Thrips sp dan mampu mengurangi penggunaan

pestisida sintetik pada budidaya bunga krisan. Menurut Natawigena (1993) berdasarkan LC 50 batas minimal kemanjuran tingkat efikasi adalah 50%, artinya apabila kurang dari 50% pestisida nabati yang digunakan tidak manjur. Semakin tinggi nilai efikasi yang diperoleh maka semakin manjur pestisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama Thrips sp.

Seperti penelitian (menurut Tofel 2001) ekstrak daun sirsak pada konsentrasi 150 g/l air mampu mengndalikan populasi hama plutella xylostella pada tanaman sawi. Ekstrak daun sirsak berfungsi sebagai anti feedant bagi hama Thrips sp. Untuk terjadinya kematian tidak memerlukan waktu yang lama karena anti feedent (menurunkan nafsu makan), sehingga hama tersebut tidak bergairah untuk memakan bagian bunga yang disukainya.


(5)

11 3. Kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp

Hasil sidik ragam tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp (lampiran 4), menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan. Rerata tingkat kerusakan bunga akibat hama Thrips sp., dapat di lihat dalam tabel 4

Tabel 4. Rerata Tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp.,

Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada bedanyata berdasarkan Uji F pada tarif 5 %.

Hasil analisis sidik ragam (lampiran 4) rerata tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan menunjukkan tidak ada beda nyata. hal tersebut

terjadi karena kerusakan bunga yang disebabkan oleh hama Thrips sp., kurang dari 5% artinya hama Thrips sp pada tiap bunga belum begitu merusak, bunga krisan hanya terdapat bintik-bitik hitam dan layu. Menurut (Andi, 2015) hama Thrips sp menyerang bunga krisan pada bagian yang lunak, sehingga sel-sel bunga menjadi layu dan bintik-bintik hitam.

Menurut Suhardi et all, 1994 jika tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan yang disebabkan oleh hama Thrips sp relatif kecil kurang dari 25 % hama Thrips sp belum begitu merusak sehingga bunga krisan masih tetap tumbuh dan berkembang hal tersebut disebabkan oleh populasi hama yang sedikit, dan langsung di kendalikan sehingga kerusakan yang dialami relatif rendah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Aplikasi insektisida ekstrak daun sirsak berpengaruh dalam

pengendalian hama Thrips sp

2. Dosis ekstrak daun sirsak yang terbaik pada setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air.

B. SARAN

Untuk medapatkan efektivitas yang lebih baik, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap dosis ekstrak daun sirsak.

Perlakuan Tingkat Kerusakan Bunga

(%)

P0 = Kontrol(Tanpa perlakuan) 3.70

P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 3.66

P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 2.93

P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 3.66


(6)

12 DAFTAR PUSTAKA

Adiarto, B.K. 2003. Eksplorasi, Identifikasi dan Evaluasi Potensi Musuh-Musuh Alami Thrips. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.

Anonim, 2007. Budidaya Tanaman Krisan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Di akses tanggal 31 Mei 2015.

_______, 2007. Budidaya Krisan, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-5

_______, 2007. Petunjuk Teknis Pengolahan Tanaman Krisan Secara Terpadu, Balai Peelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-11

Bayuhaji, D, 2004, Pengaruh Frekuensi Penyemprotan da Konsetrasi Insektisida Nabati Tembakau Untuk Pengendalian Kutu Daun (Aphis Sp) Pada Cabai Merah, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (tidak dipublikasikan).