Hubungan Antara Perjanjian Kredit dan Agunan

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PENYELESAIAN SENGKETA

DALAM PERJANJIAN KREDIT DAN AGUNAN

A. Hubungan Antara Perjanjian Kredit dan Agunan

Pada hakekatnya perjanjian kredit merupakan perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769. Istilah agunan atau jaminan dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, adalah : “ Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.” Dari pengertian tersebut di atas, terkandung makna bahwa perjanjian pinjam meminjam dapat terjadi bila memiliki agunan sebagai salah satu faktor penting dalam perjanjian kredit. Tujuan agunan itu sendiri adalah untuk mendapatkan fasilitas dari bank. Adanya fasilitas kredit dapat diuraikan dengan maksud pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank ataupun lembaga keuangan non bank. Pemberi kredit merupakan pemberi uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan non bank percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya. Sama halnya dengan debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan non bank dapat memberikan kreditur atau pinjaman kepadanya. 47 Universitas Sumatera Utara Setiap pemberian kredit harus dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis. Adapun bentuk perjanjian kredit yang diterapkan di PT. Bank Mandiri Persero Tbk adalah Form perjanjian kredit sesuai standart PT. Bank Mandiri. Dalam keputusan persetujuan kredit yang diminta perlu juga ditentukan jangka waktu dan tata cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan persyaratan kredit lainnya sehingga kredit tersebut dapat langsung diambil. Beberapa isi perjanjian kredit secara umum antara lain 38 : 1 Tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh debitur sebelum bank berkewajiban untuk menyediakan dana untuk kredit, dan debitur berhak untuk menggunakan kredit tersebut. 2 Tentang agunan kredit dan asuransi barang-barang agunan. 3 Berlakunya syarat-syarat dan ketentuan hubungan rekening koran dalam perjanjian kredit. 4 Janji-janji debitur untuk tidak melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit berlaku. 5 Debitur memberikan laporan keuangannya kepada bank dan memelihara posisi keuangannya pada minimal batas tertentu. 6 Adanya tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka pengawasan, pengamanan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit. 7 Tentang klausula yang menentukan apabila terjadinya pemberian hak kepada bank secara sepihak serta mengakhiri perjanjian kredit sewaktu- waktu dan menagihnya. 38 Hasil wawancara dengan Bapak Syamsuri di Bank Mandiri, Balai Kota Medan tanggal 1 oktober 2009. Universitas Sumatera Utara 8 Penyelesaian secara damai apabila terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan antara para pihak di dalam perjanjian kredit. Perlunya agunan dalam perjanjian kredit dapat dilihat, dimana perjanjian kredit disebutkan semua objek agunan secara rinci, dan dalam akta pengikatan hak tanggungan harus dicantumkan nomor perjanjian kredit yang dijamin atas objek agunan yang diikat. 39 Keterkaitan perjanjian kredit dengan pengikatan agunan juga diawali adanya jaminan-jaminan dalam perjanjian kredit sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu jaminan kredit yang lahir karena Undang- Undang dan jaminan kredit yang lahir karena Perjanjian. Jaminan kredit yang lahir karena undang-undang diatur dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebabkan terkandung makna bahwa dengan sendirinya segala harta kekayaan seseorang menjadi jaminan dari hutang yang dibuat. Jadi pada intinya segala harta kekayaan debitur baik yang berupa benda bergerak dan tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari walaupun tidak diserahkan sebagai agunan, menurut hukum menjadi jaminan atas seluruh hutang-hutang debitur. Karena tidak adanya pengikatan secara khusus meliputi seluruh harta kekayaan debitur, jaminan kredit yang lahir karena Undang-Undang ini juga menjadi jaminan bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya. Sehingga terhadap harta kekayaan debitur dilakukan penjualan tersebut dibagi-bagi menurut keseimbangan sesuai besar kecilnya piutang masing-masing pihak. 39 Ibid. Universitas Sumatera Utara Jaminan kredit yang lahir karena Perjanjian, dapat terjadi karena adanya suatu perjanjian antara Bank dan pemilik agunan, atau antara Bank dengan pihak ketiga yang menanggung hutang debitur. Perjanjian tersebut merupakan perikatan antara kreditur dengan debitur ataupun pihak ketiga yang isinya menjamin pelunasan hutang yang timbul dari pemberian kredit, atau disebut dengan perjanjian jaminan kredit. Perjanjian jaminan kredit ini dibuat juga karena adanya perjanjian yang mendahului yaitu perjanjian kredit sesuai dengan tujuan perjanjian jaminan kredit memang dibuat untuk menjamin kewajiban dari debitur yang ada dalam perjanjian kredit, yaitu melunasi kredit. Setiap perjanjian kredit menghendaki adanya jaminan atau agunan yang dapat dipergunakan untuk menjamin bahwa kredit tersebut dapat dikembalikan oleh debitur. Walaupun demikian, perlu diketahui dalam kredit jaminan yang paling utama berupa prospek usaha yang meyakinkan dari rencana usaha debitur yang disampaikan pada Bank. Jadi tanpa adanya perjanjian kredit, perjanjian jaminan kredit dan agunan juga tidak akan ada. Dalam pemberian kredit yang menjadi pokok utama adalah usaha debitur yang bila lancar menguntungkan serta stabil setidaknya selama kredit berjalan. 40 Perjanjian kredit dalam perbankan juga berkaitan erat dengan hukum jaminan. Dimana kaitannya terletak pada fungsi perbankan yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, yang salah satu usahanya adalah memberikan kredit. Hal ini dapat membantu pembangunan ekonomi negara, kredit juga merupakan faktor penentu bagi pembangunan di bidang ekonomi. Ini berarti 40 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1980, hal. 40. Universitas Sumatera Utara pemberian kredit dalam perjanjian kredit mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan seperti bidang perindustrian, perdagangan, perumahan, transportasi, dan lainnya. Dalam perjanjian kredit ini, agunannya terbagi atas : 41 1 Agunan perorangan personal securities, merupakan agunan atas kredit yang diberikan dengan agunan seseorang atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai penanggung jawab. 2 Agunan kebendaan secara fisik terdiri atas : a Barang-barang bergerak, misalnya : mesin-mesin, kendaraan bermotor, dan barang dagangan. b Barang-barang tidak bergerak, misalnya : tanah, bangunan dan kapal. 3 Agunan kebendaan non fisik, misalnya : surat-surat berharga, obligasi, hak tagih atau surat berharga lainnya. Terlepas dari berbagai jenis bentuk pemberian kredit dalam perjanjian kredit, jelas bahwa pemberi kredit yang berpengalaman akan sedapat mungkin mengusahakan adanya agunan atau jaminan, dimana ia akan memperoleh kembali uangnya, dan uang tersebut diperoleh pada waktunya. Jika pembayaran tidak terjadi, ia akan mencoba memperoleh pelunasannya dari kekayaan si debitur yang lalai. 42 Agunan merupakan dasar untuk pembuatan perjanjian kredit ataupun untuk memperoleh pemberian kredit. Sesuai dengan Undang-Undang Republik 41 Rachmadi Usman II, Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal. 239. 42 O.K.Brahn, Fiduciaire overdracht,stille verpanding en eigendomsvoorbehoud naar huidig en komend recht , Den Haag, 1988, hal. 2. Universitas Sumatera Utara Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menyatakan : Bank dilarang memberikan kredit tanpa agunan Pasal 24 ayat 1. Berdasarkan Pasal ini jugalah Bank menekankan kepada calon debitur untuk menyediakan suatu barang yang akan dijadikan agunan sebagai faktor pengaman bagi setiap pemberian kredit oleh bank. Dilihat dari aspek yuridis pelaksanaan perjanjian kredit harus memperhatikan beberapa hal seperti : kewenangan para pihak, persyaratan agunan, dan pemenuhan persyaratan dalam rangka penandatanganan perjanjian kredit tersebut. Penandatanganan Perjanjian Kredit ini dilakukan Bank dan nasabah, dengan penjelasan sebagai berikut : a Bank Yang menandatangani Perjanjian Kredit dari pihak Bank adalah pejabat yang mempunyai surat kuasa untuk melakukan tindakan hukum mewakili Bank. Dimana Bank mengeluarkan Surat Kuasa dengan hak substitusi kepada pejabat-pejabat di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan Kantor Cabang dalam melakukan tindakan mewakili untuk dan atas nama Bank. Kaitannya dengan dibuat Surat Kuasa ini sebagai upaya memperlancar pelaksanaan proses pemberian kredit. b Nasabah Apabila bertindak untuk diri pribadi, harus orang yang cakap untuk bertindak menurut hukum. Dan apabila bertindak untuk dan atas nama perusahaan, harus orang yang secara sah dapat bertindak mewakili perusahaan yang bersangkutan. Bagi perusahaan yang berstatus “PT Universitas Sumatera Utara Perseroan Terbatas” dalam pendiriannya, maka seluruh pengurus ikut bertanggung jawab. 43 Pembuatan draft Perjanjian Kredit dibawah tangan dilakukan oleh Bank dan harus dibuat secara lengkap serta dipahami oleh nasabah dan Bank, sedangkan pembuatan draft Perjanjian Kredit notarial dilakukan oleh Notaris. Sehingga dalam pembuatan perjanjian kredit juga harus memperhatikan hal di atas. 44 Perjanjian Kredit merupakan perjanjian pokok atau induk, sedangkan Perjanjian Pengikatan Agunan yang meliputi Hak Tanggungan, Gadai, Fidusia, Hipotik, merupakan perjanjian assesoir atau perjanjian pelengkap dari Perjanjian Kredit. Dengan demikian, dalam pembuatan akta pengikatan agunan tidak boleh mendahului perjanjian kreditnya. Apabila pengikatan agunan dibuat mendahului perjanjian kreditnya atau terdapat akta yang tidak ditandatangani dihadapan pejabat pembuat akta notaris ataupun penandatanganan akta tersebut pada tanggal yang berbeda dengan tanggal dibuatnya akta tersebut, maka akan mengakibatkan pengikatan agunan tersebut cacat yuridis dan batal demi hukum. Atau setidak-tidaknya dapat dibatalkan. Sebab hal ini bagi Bank sama saja dengan tidak melakukan pengikatan agunan, sehingga tidak mempunyai hak preferensi hak untuk didahulukan dan pada akhirnya Bank akan mengalami kesulitan apabila nasabah wanprestasi. Jadi pada dasarnya perjanjian kredit dan agunan memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya. Dimana dalam pembuatan perjanjian kredit agar 43 Prosedur Perkreditan PT. Bank Mandiri, Op.Cit, hal. 20. 44 Hasil wawancara, Op.Cit. tanggal 1 Oktober 2009 . Universitas Sumatera Utara memenuhi syarat sahnya perjanjian tersebut dilakukan harus memperhatikan agunan yang diberikan debitur kepada Bank sebagai kreditur untuk menjamin pengembalian pinjaman dan kelangsungan usaha dari para debitur, dan membantu menjamin adanya suatu kepastian hukum.

B. Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Pengikatan Agunan